~Chapter 12~

142 18 4
                                    

"Lo yakin lo udah kuat buat sekolah lagi?" Tanya Grey melihat Vox yang sudah siap dengan seragamnya.

"Yakin lah, ini cuma flu biasa," jawab Vox sambil naik ke atas motor Grey.

"Awas aja sampai lo masuk UKS lagi."

"Enggak, enggak. Kali ini gue jamin gue bisa jaga diri gue baik - baik sehingga gue gak ngerepotin lo."

Grey lalu melajukan motornya menuju sekolah, entah kenapa ia merasa ada sesuatu buruk akan terjadi dan ia berharap firasatnya kali ini tidak benar. Tak lama kemudian, mereka sudah sampai. Vox turun dari motor dan menunggu Grey. Mereka berjalan berdampingan di koridor walau sebenarnya Vox yang meminta.

Tiba - tiba didepan mereka, Clara dkk dengan murid yang Vox tak kenal berdiri dihadapan mereka. Clara tersenyum sinis dan mempunyai maksud tertentu membuat Vox meningkatkan kewaspadaannya.

"Mau apa lagi lo? Kurang puas kalau lo itu kalah," ucap Vox dengan mempelankan kata kalah.

"Gue cuma mau klarifikasi aja sama lo dan Grey. Gue yakin Grey gak mungkin mau nerima lo sebagai pacarnya yang notabene nya anak baru. Grey! Gue harap lo jawab jujur, lo dipaksa apa sama dia?" Tanya Clara membuat Grey memuatar bola matanya.

"Heh! Lo punya hak apa ngomong sama pacar gue, lo harus nepatin janji yang lo udah buat dong. Pengecut amat sih."

"Lo anak baru diam aja! Gue tau ada sesuatu yang kalian sembunyikan, gue yakin kalian cuma pura -pura pacaran agar gue terlihat kalah disini."

"Masih aja ngeyel, lo punya telinga dan bisa dengerin gue baik - baik. Gue sama Grey emang beneran PACARAN."

"Ternyata lo masih gak mau ngaku ya, guys, beri mereka pelajaran," perintah Clara dan ketika itu mereka mengeluarkan beberapa telur dan tepung, bahkan beberapa saos yang pastinya sangat bau. Babu Clara langsung melempari semua barang itu ke Vox.

Vox hanya menutup mata, ia memang bisa apa? Lari? Itu bukan gaya dia. Tapi, ia sama sekali tak mereka benda - benda itu, ia membuka mata dan melihat Grey sudah berdiri di hadapan dia sebagai tameng. Baju grey terlihat sangat kotor.

"Apa yang lo lakuin?" Bisik Vox.

"Biarkan mereka ngelakuin apa yang mereka mau terlebih dahulu," ucap Grey dan Vox mengangguk mengerti.

Grey berbalik ketika tak merasakan benda terlempar ke arahnya. Ia menatap tajam Clara membuat Clara gemetar ketakutan.

"Dengar untuk SEMUA ORANG YANG DISINI! Gue sama Vox beneran pacaran jadi jangan ada yang ganggu dia lagi kalau kalian gak mau berurusan sama gue. Dan buat lo Clara, kalau lo emang bukan pengecut, lakuin janji lo," ucap Grey membuat keadaan sunyi senyap. Grey lalu menarik tangan Vox meninggalkan kerumunan.

-----
"Grey, sebaiknya lo mandi dulu deh. Badan lo kotor banget loh ini," ucap Vox khawatir. Seharusnya ia yang kena lemparan itu tapi, malah Grey yang kena.

"Lo bisa ambil seragam ganti gue di loker kan?"

"Ya gue bisa kok. Eh! Sebelum lo pergi, gue mau ngomong terima kasih sama lo."

"Hanya begini doang, cepetan! Badan gue lengket semua ini."

"Iya ya, gak usah pakek nyolot segala dong."

Vox mengambil baju ganti di loker Grey dan dengan jalan cepat ia memberi seragam itu untuk Grey. Dia benar -benar merasa menjadi pacar yang baik. Grey mengambilnya dan segera mandi sebelum jam sekolah masuk. Di sekolahnya ini memang disediakan beberapa shower yang digunakan setelah jam olahraga selesai.

"Sebagai balas budi, gue bakal cuciin seragam lo yang kotor ini. Lo gak keberatan kan?" Tanya Vox mengambil kresek yang berisi seragam Grey.

"Terserah lo aja."

"Hmmmm.... sebenarnya, setelah kejadian ini gue agak sedikit takut. Gue kan udah buat perjanjian sama lo agar hidup lo di sekolah ini tenang, tapi kayaknya kedatangan gue bikin hidup lo tambah berantakan."

Vox mengambil nafas senjenak dan menlajukan omongannya, "lo boleh putusin gue kok, gue kan udah janji sama lo tapi, janji itu malah gue ingkar."

Grey hanya diam tak membalas. Ia terlihat berfikir sebentar.

"Gak usah," jawab Grey singkat dengan masing mengeringkan rambutnya dengan handuk. Vox mendongak terkejut mendengar ucapan Grey, "Sebelum lo geer, gue bakal kasih alasannya. Gue kayaknya juga butuh sesuatu yang fun di SMA ini, jadi kalau gue sedikit balas dendam soal pagi tadi, kayaknya itu masih bisa."

Vox tersenyum kecil mendengarnya, "lo yakin bukan karna alasan lain, lo terlihat grogi."

"Kalau lo ngomong kayak gitu lagi, gue bener - bener putusin lo."

"Jangan ancam gitu dong! Gue kan cuma bercanda walau gue berharap itu benar. Gue kayaknya juga mau balas dendam," ucap Vox dengan senyum sinis menyusun rencananya.

"Gue gak mau ikut rencana lo, biarin gue yang nyusun. Lo hanya berperan sebagai pacar gue."

"Kok lo kayak kebelet banget sih, bener kan ucapan gue, gue curiga loh. Jangan - jangan lo suka sama gue ya."

"Kalau gue emang suka sama lo gimana," ucap Grey memandang Vox. Vox langsung terlihat grogi dan menjadi gugup seketika.

"Ya.... ya, boleh aja. Gue kan emang gampang disukai. Toh itu hak lo sebagai cowok untuk suka sama cewek cantik kayak gue," ucap Vox yang berusaha mengelurkan rasa percaya dirinya agar groginya tidak terlihat.

"Gue tau kalau lo grogi, lo itu gampang ditebak. Sini!" Grey lalu menarik tangan Vox yang membuat Vox hampir linglung terjatuh. Vox langsung memukul pelan Grey membuat Grey tertawa kecil melihat tingkahnya.

"Sana masuk kelas! Lo anak baru aja udah berani bolos," ucap Grey ketika sampai di depan kelas Vox. Vox langsung cemberut dibuatnya.

"Kita gak boleh bolos seharian ini kah? Gue males pelajaran," ucap Vox dengan nyengir tak bersalah.

"Pacaran itu bukan buat lo malah buruk, tapi saling ngingatkan satu sama lain untuk menjadi lebih baik. Sana belajar, cebol!"

"Gini nih kalau punya pacar rajin, susah," ucap Vox pelan seperti bisikan, tapi Grey masih mendengar dengan jelas.

"Lo ngomong apa tadi!?"

"Gak papa kok, lo baik dan ganteng. Itu yang gue omong tadi, ya udah gue masuk dulu. Sekali lagi, gue mau ucap terima kasih sama lo udah nyelamatin gue dari lemparan anak - anak. Lo bisa minta apapun yang lo mau kok."

"Apapun yang gue mau? Yakin?"

"Iyalah, lo gak minta yang aneh - aneh kan," ucap Vox curiga.

"Gue bukan cowok gituan. Gue cuma minta satu hal sama lo." Grey langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Vox dan menyentil dahi Vox pelan.

"Jangan jadi cebol lagi," ucap Grey lalu pergi, dan kata - kata itu membuat Vox bertambah marah.

"GREYYYYYY!!!!!"

VoxGreyWhere stories live. Discover now