~Chapter 4~

187 18 2
                                    

"Jadi gimana sama percobaan pertama lo? Gue yakin gak berhasil," ucap Hani sambil meminum jus jeruknya mengetahui bahwa kemarin Vox berusaha bicara dengan Grey.

"Kampret, lo jangan ejek gue kali. Ya namanya juga baru saling kenalan, mana bisa langsung," ucap Vox membela diri. Ia memakan batagornya dengan perasaan kesal mengingat kejadian kemarin. Ia harus garis bawahi kalau Grey adalah cowok yang menyebalkan.

"Kan gue udah bilang bakal susah, lo sih kepedean."

"Tenang aja, pulang sekolah nanti gue bakal coba lagi untuk deketi dia. Gue yakin kali ini berhasil."

"Gue gak yakin dia bakal setuju, setau gue selama setahun disini, gak pernah tuh Grey nerima cewek - cewek yang nembak dia."

"Gue tau dia gak bakal nerima begitu aja, mangkanya gue bakal bikin perjanjian sama dia."

"Perjanjian apa?"

"Ada deh." Vox tersenyum penuh maksud dan percaya diri akan perjanjian yang dia buat. Dan ia yakin, Grey tidak akan menolak setelah mendengarkan perjanjian yang ia buat. Sekarang yang perlu ia lakukan adalah menunggu hingga jam pulang sekolah bubar.

"Eh sih anak culun sama si anak baru, cocok deh, cocok dibikin sengsara," ucap Clara dengan kedua temannya itu, tertawa sinis melihat Vox dan Hani. Hani hanya bisa diam sementara Vox menoleh sinis.

"Heh! Anak baru, gue kasih tau lo, kalau lo gak macarin Grey dalam kurun waktu seminggu setelah gue ngasih tantangan ke lo, lo harus akui gue menang dan minta maaf di tengah lapangan," ucap Clara dengan ketus dan sinis.

"Eh, tunggu bentar. Bukan gitu ya tantangannya atau jangan - jangan lo takut gue berhasil lakuin tantangan itu ya?"

"Jangan asal ngomong lo, gue itu kasihan sama lo yang dianggap SAMPAH sama dia," ucap Clara menekankan kata sampah. Tentu saja kedatangan Clara dkk ke meja mereka membuat mereka jadi pusat perhatian. Di sekolah ini siapa sih yang gak tau Clara, si pembuli terfemonemal?

"Sampah? Hmmm... bentar - bentar. Gue yakin lo ngasih tantangan ini bukan tanpa alasan, lo pasti pernah ditolak sama Grey ratusan kali ya, hingga lo sebegitu menderita hingga buat dia jadi tantangan gue. Atau jangan - jangan lo bukan dianggap sampah tapi, BENALU," ucap Vox tepat di telinga Clara. Ia tak ingin orang - orang mengetahui tantangan yang dibuat mereka.

Clara terdiam dan menggertakkan giginya, menahan emosi yang sudah berada di ujung batas.

"Gue ingetin buat lo, sebelum tantangan ini berakhir, sebaiknya lo gak usah ikut campur urusan gue sama Grey nantinya. Lo harus tau tempat lo berada," ucap Vox sebelum ia pergi dengan Hani, meninggalkan Clara yang masih terdiam dengan amarah.

"Lo bisikin apa ke Clara?" Tanya Hani yang sedari tadi hanya diam. Vox hanya tersenyum misterius, setidaknya ia sudah buat Clara K.O dengan kata - katanya dan itu membuat ia sangat senang.

"Gak perlu dipikirin, ayo balik ke kelas, lima menit lagi kita masuk."

Selama Vox dan Hani berjalan di koridor, terdapat banyak murid -murid yang berbisik tentang mereka. Tentu saja mereka berdua merasakan tatapan murid lainnya. Apalagi setelah kejadian di kantin yang cepat menyebar.

——-

"Lo perlu gue temenin gak?" Tanya Hani sementara Vox hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. Tatapannya masih tertuju pada Grey yang sebentar lagi selesai latihan.

"Gak perlu, ini urusan gue, bukan bermaksud menyinggung tapi, gue ingin nyelesain tantangan ini tanpa bantuan orang lain," ucap Vox. Hani yang mengerti itu pergi dari tepi lapangan.

"Finally!" Ucap Vox setelah Grey selesai latihan dan sedang beristirahat dengan meminum air.

"Hai! Kita ketemu lagi," kata Vox sambil menepuk bahu Grey. Grey menoleh dan melengos kesal.

"Lo lagi, kapan sih lo pergi? Gak puas gangguin gue."

"Oh ayolah, gue butuh bantuan lo mangkanya gue ajak ngomong lo. Setidaknya, lo dengerin gue dulu, gue yakin lo setuju kok."

"Guys, gue duluan," ucap Grey sambil membawa tasnya di pundak. Vox melihat itu lalu ikut mengejar Grey.

"Lo ngapain ikutin gue?" Tanya Grey dengan kesal.

"Bisa dibilang gue percaya diri, jadi gue gak peduli lo mau ngusir gue kayak apa, gue pasti bakal mohon ke lo untuk mau bantu gue."

"Bego! Itu namanya bukan percaya diri tapi, bodoh."

"Bla bla bla, terserah lo mau bilang apa."

Grey dan Vox sampai ke parkiran, Grey langsung menaiki motornya tanpa memperdulikan Vox yang masih terus ngoceh meminta bantuannya. Grey melajukan motornya tetapi, Vox malah berdiri di depan motor Grey membuat Grey berhenti.

"Lo mau gue tabrak sungguhan ya?"

"Gue yakin lo gak akan ngelakuin hal se-goblok itu."

"Minggir bego."

"ENGGAK!"

"Dibilangi malah nyolot anjir."

"Apa susahnya dih dengerin gue, gak sampe sepuluh menit kok."

"Apa susahnya sih minggir, lo punya kaki buat minggir kan."

"Lo yakin gue bakal minggir?" ucap Vox dengan senyum sinisnya, ia melipatkan kedua tangan didepan dada menantang Grey yang sudah terlihat kesal.

"Fine, lo mau ngomong apa sama gue?" Tanya Grey dengan pasrah, ia lebih memilih mendengarkan daripada harus ngoceh lebih lama disini.

"Hah! Gitu dong. Tapi, gue gak bisa ngomong disini, gue gak mau orang lain denger percakapan gue."

"Lo nyusahin amat sih, tinggal ngomong doang, emang lo sapa sampe orang lain dengerin lo. Ngomong sekarang sebelum kesabaran gue abis."

"Ya iya. Jadi gue sama Clara bikin tantangan buat gue. Tantangannya adalah lo pacaran sama gue sampe lo lulus. Mang-"

Belum Vox selesai bicara, Grey mengambil jalur kanan untuk melewati Vox. Untung saja Vox sigap dan berdiri di depan motor Grey lagi, Grey menghembuskan nafas kesal.

"Lo diam dulu napa, dengerin gue dulu," ucap Vox.

"Gue gak mau pacaran sama lo."

"Mangkanya dengerin! Karna itu gue mau bikin perjanjian sama lo. Lo bakal pacaran sama gue dan gue pastiin, lo gak akan terganggu sama cewek - cewek gila fans lo itu. Gue jamin seratus persen hidup lo bakal tenang kalau lo pacaran sama gue."

"Dan lo kira gue bakal mau gitu. Lo kayaknya perlu minum air lebih banyak biar sadar."

Grey langsung melajukan motornya dengan cepat membuat Vox harus minggir dengan paksa. Vox berdecak kesal melihat kesempataannya hilang begitu saja. Padahal ia yakin perjanjian yang ia buat sudah menyakinkan dan sangat bagus.

"Kayaknya gue harus nyoba lagi besok, eh tapi untung juga kalau gue pacaran sama Grey. Dia kan cakep," ucap Vox sambil tertawa kecil.

---

Grey sungguhan cakep 🙈🙈🙈

VoxGreyWhere stories live. Discover now