~Chapter 17~

122 18 3
                                    

Vox terus mengucek matanya dan mengedipkan matanya berulang kali yang tekradang dia menampar dirinya sendirinya melihat Grey yang sudah rapi berdiri di depan pintu rumahnya.

"Jadi? Sampai kapan lo bengong kayak orang bego," ketus Grey membuat Vox tersadar dari lamunan.

"What are you doing here Grey?" Tanya Vox bingung. Dia bahkan tak menelpon atau mengechat Grey apapun.

"Well, ini sabtu, daripada lo gangguin gue di chat mending gue langsung datamg. So yeah, gue pengen ngajak lo jj. Itu yang lo lakuin pas tanggal merah beberapa hari lalu."

Vox langsung bertepuk tangan dan memandang kagum Grey, "Gue rasa ini adalah kalimat terpanjang yang pernah lo ucapin ke gue. Ok gue akan ingat tanggal ini."

Grey hanya menatap aneh Vox pacarnya itu, lama - kelamaan dia sudah biasa dengan tingkah laku Vox yang agak nyeleneh.

"Jadi? Apa lo mau bersiap - siap atau gue pulang lagi ke rumah dan rebahan di kasur gue?"

"Oh! Ya, silahkan masuk dan duduk macam biasa. Gue akan mandi dulu," ucap Vox langsung berlari ke kamarnya membiarkan Grey masuk sendiri.

"Ini sudah jam 12 dan lo baru mandi," ucap Grey yang jelas Vox tidak dengar.

"CEBOL, GUE BELUM IZIN SAMA ORTU LO."

"ORTU GUE GAK ADA, LO GAK PERLU IZIN, GA PENTING!!!"

Grey mengangkat sebelah alisnya bingung, selama dia datang dia tidak pernah melihat ortu Vox sama sekali bahkan mukanya saja dia tidak tau. Gimana bisa jadi calon menantu yang baik coba? Eh!

"So fast," ucap Grey setelah melihat jam tangannya dan hanya baru lima menit berjalan.

"Aku tidak bisa mandi lama - lama," ucap Vox sambil tersenyum manis.

"Gue gak ngajak lo pergi begitu saja tanpa izin, itu gak sopan."

Vox hanya memutar kedua bola matanya, "I told you, my parent is not here. We can just go."

"Fine, ayo kita pergi sekarang."

Dan Vox dengan senang hati akan itu, ya setidaknya dia bisa mengatasi kebosanannya di rumah.

---

"Silahkan! Para pasangan - pasangan tercinta, ikutlah dengan perlombaan pasangan hari ini yang hanya diadakan hari ini. Ohhh! Beruntungnya kalian, jika kalian menang, kalian akan mendapatkan hadiah super dari kami. Ikutlah dengan perlombaan ini."

Suara yang menggelegar seisi mall itu menarik perhatian Vox yang ikut melihat presenter yang sedang berbicara itu. Sudah sekitar tiga pasangan naik ke atas panggung yang siap menunggu lawan mereka yang lain.

"Grey, kita ikut itu yuk. Dapat hadiah loh kalau menang," ajak Vox dengan ceria sambil menarik tangan pasangannya itu.

Grey hanya terdiam sambil menahan tubuhnya agar tidak tertarik. Ia pun memutar kedua bola matanya dan mendengus kesal.

"Tidak ada gunanya lo membeberkan keromantisan seorang pasangan hanya untuk hadiah yang bahkan lo enggak tau itu apa," ucap Grey kesal.

"Kan ini berusaha menjadi pasangan yang sesungguhnya, ayolah! Cowok yang baik itu harus ngikuti apa kata pacarnya."

"Itu menjijikan Cebol."

Vox berhenti menarik tangan Grey dan menunduk terdiam, "Jadi pacaran dengan gue semenjijikan itu ya?"

Grey menghela nafasnya lelah lalu menggenggam tangan Vox, "Cukup kita dan Tuhan yang tau kalau kita sedang pacaran and well yeah, our parents of course."

"Kita pergi aja!" Lanjut Grey sambil menarik tangan Vox menjauh dari panggung. Tanpa Grey sadari Vox hanya cemberut diam.

"Gue hanya sedikit menunjukkan kalau gur emang pacaran sama lo, apa itu susah?" Tanya Vox lirih membuat Grey terdiam.

"I love you and you just need to know that."

---

"Thankyou, buat jalan - jalan hari ini, menyenangkan sekali," ucap Vox dengan senyum sedihnya dan membuka pintu rumah dengan kunci yang ia bawa.

"Vox, are you still sad?"

"Gak papa kok, gue ngerti. Seharusnya dari awal emang gue gak maksa lo atau ngajak lo. Tapi, gue kagum kok sama pemikiran lo yang tiba - tiba ngajak jalan."

"Vox!" Panggil Grey sekali lagi dambil mengangkat sebelah alisnya.

"Tidak ada apa - apa Grey, you just overreacting. I'm fine."

Saat Vox menutup pintunya, kaki Grey mengganjal pintu itu dan dia menatap Vox.

"I know you Vox, lo seharusnya memanggil gur Dodol daripada Grey. Tapi, tak apa jika lo gak mau cerita, gue akan pergi."

Grey menarik kembali kakinya dan berjalan ke mobil. Lalu pergi begitu saja.

"Lo beneran gak mencintai gue ya?" Tanya Vox yang melirik dari balik kaca yang dia tutup dengan gorden melihat mobil Grey langsung pergi begitu saja.

"Seharusnya lo membujuk gue lebih lama daripada pergi begitu saja," ucap Vox sekali lagi dengan kesal. Duh!!!!

Tok... tok... tok...

"Sapa lagi sih yang ketuk? Lagi kesel juga," sahut Vox kesal sambil berjalan ke depan pintu dan membukanya.

"Grey? Bukannya lo pergi ya? Gue lihat mobil lo udah pergi," ucap Vox lalu menutup mulutnya ketika ia keceplosan.

Grey tersenyum, "Ternyata lo merhatiin gue juga."

Vox hanya memalingkan muka merasa malu, yang seharusnya begitu kan Grey masa dirinya sih.

"Nih! Buat lo," ucap Grey sambil memberikan 3 petikan bunga yang ditali menjadi satu.

"Jangan geer dulu, gue nyabut tuh bunga dari halaman rumah lo. Gue pergi dulu," lanjut Grey segera pergi bahkan tanpa mengucapkan salam.

Vox yang menerima bunga itu langsung cemberut kembali, dia berharap apa dari cowok dinginnya itu yang tidak tau kata romantis.

Saat Vox mengecek bunga lily putih yang ia dapat, ia melihat sebuah kertas kecil yang terikat di salah satu tangkai. Ia mengambil dan membukanya lalu tersenyum sangat lebar sambil mesem - mesem sendiri.

Dia kemudian mengernyitkan dahi bingung lalu melihat halaman sekitar bahkan ke tetangganya lalu dengan senyum lebar ia masuk ke dalam rumah dengan perasaan riang.

"Gosh Grey! Lo benar - benar penipu," ucapnya sambil masuk ke dalam rumah.

Vox melihat bunga itu dan memeluknya, "Di rumah gue gak ada lily putih Grey, I mean Dodol."

Dan akan dipastikan bunga itu akan terpanjang di ruang tamu dengan vas yang indah.

---

From Dodol:
To Cebol:

❤ U

VoxGreyWhere stories live. Discover now