~Chapter 3~

191 19 6
                                    

"Oh, hampir aja lupa, lo napa dibuli sama mereka?" Tanya Vox sambil jalan di sebelah Hani.

"Hm... pas awal masuk sekolah, gue gak tau soal Clara jadi tanpa sengaja gue nabrak dia. Dan dia gak terima, jadinya gue dibuli sampai sekarang," ucap Hani sambil senyum pedih meratapi nasib.

"Gak ada yang nolong lo?"

"Pada takut sama Clara. Takut dikeluarin lebih tepatnya. Ah, pas sekali, sudah kuduga lapangan pasti ramai," ucap Hani membuat vox bingung.

"Biasa, jam segini, para tim basket inti latihan. Kita harus nyerobot dan gue bakal nunjukkin kapten basket kita, btw namanya Grey," lanjut Hani melihat Vox kebingungan.

Vox yang tak tau apa - apa itu melihat sekitar. Kebanyakan murid perempuan yang sedang berteriak nama Grey dan Vox yakin cowok yang dimaksud kapten basket itu sangat terkenal. Mereka menyerobot ke arah depan lapangan. Dengan susah payah, akhirnya mereka bisa melihat jelas para tim basket latihan.

"Jadi, yang mana namanya Grey?" Tanya Vox dan Hani menunjuk seseorang yang sedang men-dribble bola basket. Vox melihatnya dan ia akui Grey memang pantas disebut kapten basket dengan cekatan ia memegang dan melempar bola.

Ia memperhatikan lebih lanjut lagi, ia tersenyum kecil ketika Grey berhasil memasukkan bola ke ring. Ia akui Grey itu sangat tampan, dengan baju basketnya melihatkan bahwa ia memang rajin berolahraga. Selain karna postur tubuhnya yang tinggi dan tegap, wajahnya yang tampan juga mendukung.

"Entah kenapa gue jadi sangat sangat bersemangat menghadapi tantangan ini," ucap Vox sambil tersenyum penuh maksud.

"Well, kalau lo berusaha mendekati dia, lo pasti dibuli fans nya," ucap Hani sedikit khawatir dengan Vox.

Vox mengebaskan tangan tanda bahwa ia tak peduli soal itu, "Gue gak peduli, toh gue hanya berusaha menjalankan tantangan bukan mendekati dia dengan maksud lain."

"Good luck for you."

"Ah! Gue boleh minta bantuan lo gak? Bisa kenalin sekolah ini ke gue, gue gak mau tersesat di sekolah gue sendiri."

"Tentu saja, ayo!"

————
"Lo sekelas sama gue? Wow, gue baru tau," ucap Vox terkejut mendengar Hani sekelas dengannya. Kenapa ia tak lihat ada Hani disana? Itu pertanyaan pertama yang digambar di pikirannya.

"Gue emang gak terlalu mencolok."

"Apa karna si Clara Clara itu?" Tanya Vox yang dijawab anggukan oleh Hani.

"Percaya atau enggak, dulu gue punya teman yang masuk ke sekolah ini juga. Gue deket banget sama dia, tapi setelah gue berurusan sama Clara, dia ngejauhi gue. Seketika itu, gue nyesel pernah baik sama dia."

"Gue turut prihatin, temen macam apa itu. Tapi, di dunia ini, semua orang pasti pernah punya teman munafik kayak temen gue dulu."

"Emang lo pernah ngalamin?"

"Hmmm... ya sekali, di sekolah lama gue. Dia ngerebut mantan pacar gue dari belakang. Tega nya, tapi ya sudahlah, yang berlalu biarkan berlalu. Oh iya, Grey itu kelas berapa?"

"12, gue kira lo tau setelah Clara ngomong tantangan itu sampe dia lulus."

"Gue gak terlalu perhatiin dia sih, bikin sakit mata."

Tengg.....tengg...tengg...

"Ayo balik ke kelas!" Ajak Hani dan Vox nurut aja.

Pulang sekolah....

"Mana sih tuh orang? Lama amat keluarnya," dumel Vox yang berusaha nyari Grey didepan pagar sekolah. Sudah 15 menit berlalu setelah bel pulang sekolah dibunyikan dan dia gak lihat Grey dimana - mana.

"Kalau lo gak ketemu dia, lo bisa nyari di lapangan. Biasanya, dia latihan sama teman - temannya," ucap Hani sambil menepuk pundak Vox. "Gue pulang dulu ya," lanjut Hani lalu naik motornya.

"Apa gue ke lapangan aja ya?" Tanya Vox lirih ke dirinya sendiri. Ia pun berjalan ke lapangan dan benar saja, banyaknya kerumunan cewek disana membuktikan bahwa Grey dkk ada disana. Vox mikir sebentar, ragu kalau ia langsung berjalan kesana dan memperkenalkan diri. Ia tau malu ya.

Ia duduk di dekat lapangan menunggu Grey selesai latihan. Sekitar 1 jam kemudian, terlihat mereka telah selesai latihan. Vox melihat bahwa Grey mendapat banyak air dan handuk dari fans nya.

"Apa dia seterkenal itu?"

Vox berdiri ketika melihat kerumunan itu telah pergi. Ia berjalan ke depan Grey dan sesampainya disana, ia langsung mendapat perhatian dari Grey dkk.

"Sori, gue mau ngomong sebentar sama lo, lo punya waktu?" Tanya Vox dan Grey mengangkat sebelah alisnya.

"Lo sapa ya?" Tanya Grey dengan nada yang bisa dibilang ketus.

"Gue Vox, anak baru, kelas 11. Gue bener - bener perlu ngomong sama lo, ini penting."

"Gak ada untungnya buat gue, guys ayo latihan lagi."

Melihat Grey ingin pergi, Vox menahan tangan Grey. Grey melepaskan tangan Vox dengan paksa, tanpa menoleh ke Vox, ia berjalan menuju lapangan bersama temannya.

"Oh, come on, seengaknya kalau lo gak ada waktu, jawab ENGGAK," ucap Vox sambil menekankan kata 'enggak'.

Grey yang merasa tersindir itu menoleh sebentar lalu memutar bola matanya, "Emang lo segitu pentingnya sampai gue harus jawab? Gue kenal lo aja kagak."

"Astaga! Heh! Kalau gue gak perlu bantuan lo, gue gak akan nyapa lo kali. Lo jangan kepedan banget deh," ucap Vox kesal.

"Lo kan bisa minta bantuan yang lain, malesi orang aja sih lo."

Grey langsung menuju ke lapangan menyusul temannya dan latihan lagi. Sementara Vox mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Sabar Vox, orang sabar, rezekinya banyak. Jangan terpancing omongannya, fokus sama tujuan lo," ucap Vox menenangkan dirinya.

Ia pun memutuskan menunggu lebih lama lagi. Hingga jam 5 sore, terlihat mereka selesai latihannya. Vox tersenyum lebar, ia berjalan mendekati Grey sekali lagi. Berharap kali ini Grey mau mendengarkannya.

"Akhirnya, jadi sekarang lo dengerin gue," ucap Vox dengan senyum percaya dirinya.

"Lo ternyata nekat juga ya. Tapi, sori aja, gue orang sibuk, gue gak punya waktu buat ngomong sama orang yang gak penting kayak lo. Lebih baik lo pulang aja," ucap Grey sambil membereskan barang - barangnya.

"Seengaknya, lo dengerin gue. Lo tau Clara kan?"

Grey menoleh sebentar dan berdecak kesal, "Astaga! Tuh orang lagi, denger ya, gue gak peduli urusan lo sama Clara. Gue gak mau hidup damai gue terganggu gara - gara lo."

"Jangan bilang lo takut juga sama Clara."

"Gue gak takut, cuma males aja. Udah, lo pergi aja, tambah males gue liat tampang lo," ucap Grey lalu pergi ke parkiran, meninggalkan Vox yang bertambah emosi karna sikap Grey.

"Kayaknya gue harus nyoba lagi besok, gue akan paksa dia sampe dia mau dengerin gue," ucap Vox lalu ke parkiran untuk pulang dengan mobilnya.

---
Yang sabar ya, momen - momen cinta ini emang butuh penantian. Kayak doi dinanti - nanti, eh kayak aku punya doi aja.

Oh ada kok, itu ada kai 🙈

VoxGreyWhere stories live. Discover now