~Chapter 13~

149 19 0
                                    

"Lo memang pacar yang baik," ucap Vox sambil memakai helm pemberian Grey.

"Gue berasa kayak tukang ojek," ucap Grey sambil menghela nafasnya.

"Mana ada tukang ojek secakep lo."

"Oh... lo ngakui gue ganteng," Goda Grey membuat Vox bersipu malu.

"Kalau lo gak ganteng, mana mungkin gue pacaran sama lo," sangkal Vox menyembunyikan rona merah malunya. Grey tersenyum kecil melihat tingkah laku Vox.

"Udah ah, cepetan pulang!" Perintah Vox. Grey lalu menjalankan motornya ke rumah Vox, tapi terlihat hari semakin lama semakin mendung dan membuat feeling Grey yakin sebentar lagi hujan.

"Rumah lo masih jauh loh ini," ucap Grey.

"Terus?" Tanya Vox kebingungan.

"Sebentar lagi hujan, kita turun di rumah gue dulu."

"Beneran GPP, mama papa lo gimana? Kan gue gak enak sama mereka."

"Buat apa lo gak enak? Lo kan pacar gue," ucap Grey sambil terus memandang ke depan tidak menyadari ucapan itu membuat Vox baper untuk kedua kalinya di episode ini.

Boleh gak gue kegeeran sekarang - Vox

————

"Woahhhh, besar banget rumah lo," puji Vox melihat keindahan rumah Grey.

Rumah Grey berlantai dua dan didominasi bewarna emas yang terlihat semakin elegan. Belum lagi barang - barang yang tersusun rapi membuat siapapun yang melihatnya merasa nyaman dan bersih. Terlihat sekali Grey termasuk keluarga orang kaya.

"Lo benar! Hujannya deras sekali," ucap Vox sambil melihat ke luar jendela. Untung saja mereka sudah masuk kedalam garasi rumah Grey karena lima menit kemudian, hujan turun dengan lebat.

"Perkiraan gue emang benar ternyata," ucap Grey ke dirinya sendiri.

Tepat Grey dan Vox masuk kedalam rumah, Vox melihat begitu mewah ruang tamu Grey. Ia sempat berfikir bahwa ia pasti sangat nyaman jika diperbolehkan tinggal disini.

"Anggap aja rumah sendiri," ucap Grey dengan nada datar.

Tiba - tiba dari belakang muncul seorang wanita berumur 50 tahun-an yang menggunakan celemek. Ia tersenyum riang melihat putra bungsunya membawa seorang gadis ke rumahnya.

"Grey! Kamu sudah pulang, dan siapakah gadis cantik ini?" Tanya wanita itu membuat Grey menggaruk belakang lehernya yang tak gatal.

"Dia Vox," jawab Grey singkat. Vox langsung berdiri dan bersalaman dengan wanita itu, sopan santun yang tinggi.

"Perkenalan tante, saya Vox, pacar Grey," ucap Vox memperkenalkan diri.

"Oh! Pacar Grey rupanya, saya ibunya Grey, sudah berapa lama pacaran?'

"Barusan kok tante, belum lama."

"Kok Grey gak pernah cerita ke tante sih? Padahal kamu cantik sekali loh, kok mau sih sama Grey?" Tanya Ibu Grey heran. Vox terdiam sebentar, tunggu kenapa ia merasa Ibunya Grey seperti menjelekkan anaknya sendiri?

"Tante tau kamu bingung, soalnya tante tahu, Grey itu anak yang keras kepala, gak mau dekat sama cewek, kalau ngomong mulutnya gak di filter dulu, tante bangga ada yang mau jadi pacar Grey," ucap Ibu Grey membuat Vox tertawa pelan. Dalam hati Vox memang menyetujui ucapannya.

"Mom!"ucap Grey tak terima.

"Sudah, kamu naik ke atas saja, Mom masih mau bicara sama Vox," suruh Ibu Grey dan Grey tidak mempunyai pilihan lain selain mengikuti perintah Ibunya. Sudah terbiasa itu katanya.

"Tante ke dapur dulu ya, mau minum apa?" Ucap Ibu Grey setelah Grey hilang dari pandangan mereka.

"Gak perlu repot - repot tante."

"Tetap saja, tamu itu harus dilayani dengan baik -baik. Tante buatkan teh manis saja ya."

"Baik makasih loh tante, maaf ngerepotin."

Ibu Grey kembali ke dapur dan Vox melihat sekitar rumah Grey, sejak awal masuk, ia sudah tertarik dengan foto yang dipajang di dekat tangga. Terlihat itu foto Grey dengan seorang cewek yang Vox tak kenal. Grey masih terlihat umur 15 tahun sementara gadis itu terlihat seumuran dengan Grey. Mereka terlihat bahagia bersama. Rasanya sakit ya.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Grey yang muncul tiba - tiba. Vox langsung menoleh dan kaget melihat Grey yang sudah berdiri di depannya. Grey melihat ke foto tersebut lalu menarik Vox untuk duduk kembali.

"Gak usah pergi kemana - mana, susah nyarinya kalau lo hilang."

Grey lalu duduk di samping Vox sambil melihat ke layar TV.

Kelihatannya gadis itu penting buat Grey - Vox

"Kenapa lo bengong? Gak perlu jadi alim mendadak untuk jaga image lo di depan ibu gue," ucap Grey dengan nada datar.

"Ini bukan jaga image, tapi sopan. Katanya pintar, tapi gitu doang gak bisa bedain. Memalukan!"

Vox juga ikut melihat TV dan tanpa sadar, jarak mereka berdua semakin dekat.

"Grey! Siapa ini?" Tanya seorang cowok yang menggoda ke arah Vox. Greypun langsung menjitak kepala cowok itu membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Lo gak sopan banget sih sama kakak lo tercinta ini," ucap cowok itu membuat Grey ingin mual dibuatnya.

"Sori untuk pertemuan awal yang buruk. Kenalin gue kakak nya Grey. Lo bisa panggil kak James, atau mungkin honey untuk panggilan berikutnya."

"Gue Vox, pacarnya Grey. Lebih baik gue manggil kak James aja,"ucap Vox merasa tak enak. Vox baru menyadari kenapa di keluarga Grey hanya Grey yang terlihat paling diam.

"Oh! Pacar Grey rupanya. Kalau sudah putus dengan Grey, kakak siap kok nerima kamu," Goda James membuat Vox hanya tersenyum membalasnya.

"Gak usah aneh - aneh lo kak, ganggu aja lo," ucap Grey kesal. Lagipula siapa yang gak kesal melihat pacarnya digoda cowok lain.

"Ya deh yang mau berdua. Lo ke dapur deh bantu Mommy, biar gue yang nemani Vox, cepetan!" Suruh James.

"Awas lo macam - macam," ancam Grey lalu ke dapur.

"Lo beneran pacarnya Grey ya, kok mau sih?"

"Pertanyaan kakak sama kayak tante," ucap Vox membuat James tertawa kecil.

"Ternyata gue dengan mommy punya pemikiran yang sama."

Obrolan mereka terhenti, Vox benar - benar merasa canggung sekarang. Bukan karena apa, tapi James ini cakep banget. Sebelas duabelas lah sama Grey. Sama - sama tinggi, terlihat pintar, dan dewasa. Kalau gak dapat adiknya, kakaknya juga boleh kok.

"Grey itu sekarang beda, di rumah ia jauh lebih diam daripada ini. Sepertinya gue harus ngucapin terima kasih sama lo udah ngerubah Grey menjadi dirinya sendiri," ucap James dengan tulus.

"Maksud kakak?"

"Tenang aja, lo bakal dikasih tahu kok sama Grey, yang terpenting lo harus sabar hadapin adik gue. Gue mohon sama lo, jangan ninggalin Grey karena untuk sekian lama karna akhirnya gue bisa lihat dia tersenyum lagi."

Ucapan James membuat Vox bingung dan penasaran. Memang Grey yang dulu seperti apa? Dan apa yang membuat Grey berubah? Belum sempat Vox menanyakan hal itu, Grey datang dengan nampan di tangannya.

"Nih minum! Jangan kayak orang yang kehausan gak pernah dikasih minum," ucap Grey menaruk nampan itu diatas meja.

"Iya ya, lo sewot banget sih," ucap Vox kesal.

"Grey, boleh bicara sebentar sama lo," ucap James dan mereka berdua meninggalkan Vox sendiri di ruang tamu.

———
"Apa yang mau kakak omongin?" Tanya Grey.

"Kakak emang gak berhak mencampuri urusan lo. Tapi, kakak peringatan sama lo. Kalau dia emang berharga buat lo, jaga dia baik - baik. Gue tau jauh di dalam lubuk hati lo, lo sayang sama dia. Jangan buat dia ninggalin lo," ucap James lalu pergi.

"Satu hal lagi! Jangan takut untuk mencoba, Grey. Kisah Jennifer itu bukan kisah lo," lanjut James.

Gue takut, hanya itu

VoxGreyWhere stories live. Discover now