Chapter 8²

1.9K 236 348
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berakhir sudah perjalanan panjang yang melelahkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Berakhir sudah perjalanan panjang yang melelahkan. Perjalanan tiga hari tiga malam, menempuh jalur terdekat rel tiga negeri. Hutan hijau, Negeri Gardenia, sudah terlalui. Dataran penuh salju dingin, Negeri Annelosia, telah terlampaui. Jalur dengan tebing terjal di sepanjang jalan, Negeri Cliffside, juga berasil ditempuh.

Kini, kereta dengan rangkaian wagonnya yang mewah berhenti di stasiun AirStreet, Kota Hillaria, Cornelisium. Stasiun yang berdiri di antara perbukitan, di bawah kaki AirStreet Academy. AirStreet Academy sendiri berdiri megah di atas bukit yang dipenuni pepohonan hijau juga bunga edelweis di setiap padang. Udara di sana begitu sejuk, dengan bunga angin yang terus berhembus. Tak salah jika Hillaria disebut sebagai Kota Angin.

Letak AirStreet yang berada di atas stasiun membuat perjalanan dari stasiun hingga academy lebih menantang. Mereka harus menjejaki ratusan anak tangga batuan, melewati tanjakan padang berumput yang dipenuhi edelweis. Ren bisa dengar begitu begitu banyak keluh dan rutukan Lya. Dia benar-benar manja! Ren sendiri tak terlalu keberatan. Lagi pula, jalannya kali ini sudah diringankan dengan koper mereka yang telah diurus staff.  Menaiki tangga juga lebih cepat dibanding melalui jalur kendaraan di jalan utama.

"Kak Lya, sebentar lagi kita sampai. Semangatlah!" Rise mencoba menyemangati Lya yang terengah di tengah perjalanan. Tangga adalah penyiksaan untuknya.

"Yah, ini semua akan jadi lebih berat jika aku gemuk." Lya tersenyum kecut.

"Tapi kau ini ramping." Deaz yang berjalan di belakang Lya berujar.

"Aku tahu," jawab Lya, "tapi aku lemas karena belum makan siang."

Deaz menggelengkan kepala. Tak mau lagi mendengarkan keluhan Lya lebih jauh.

Ren sendiri agak lemas. Seakan tak banyak energi yang tertampung dalam dirinya saat itu. Ia merasa agak pening. Hingga tanpa sadar tersandung dan terjatuh di antara pijakan kakinya pada tangga.

"Kau baik-baik saja?" Deaz yang berjalan di depannya langsung menghampiri.

"I-iya aku baik. Hanya sedikit pusing." Ren menjawab seadanya. Rasa perih merambat dari siku dan lututnya, membuatnya yakin akan luka di sana.

Prince or Princess: MEMORIESWhere stories live. Discover now