Chapter 21²

1.4K 199 38
                                    

Detik jam terdengar seru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Detik jam terdengar seru. Menusuk-nusuk gendang telinga. Ruangan ketua OSIS tampak begitu sepi di sore ini. Buku-buku di rak merenung jenuh, rak yang berdiri angkuh pun mulai bosan. Dengan kehadiran seorang makhluk hidup di ruangan itu pun tak mampu membuatnya sedikit bernyawa.

Ren duduk tanpa bersuara. Memeluk bantal sofa yang melembut di jari-jari tangannya yang memucat. Menembus salju untuk sampai di ruang OSIS bukan hal yang bagus untuk tubuh tropisnya. Apa sebaiknya ia menghabiskan musim dingin di bawah selimut saja? Namun, jika demikian, kemampuan matanya tak akan berkembang. Lagi pula, Vier sudah membantunya membujuk Gael. Ia tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan yang mustahil tergapai tanpa bantuan laki-laki itu, bukan?

Merasa makin jenuh menunggu kedatangan Gael, Ren beranjak dari tempat duduknya. Menyisirkan jari di atas jajaran buku yang berbaris rapi di atas rak. Meraba tiap detail yang terukir timbul di sampulnya yang tebal. Sedikit kusam dan dilingkupi duli. Membuktikan bahwa Gael tak mengabaikan mereka semua. Ia masih mau membaca buku-buku yang tentu sudah pernah ia baca. Tak mau menjadikan mereka setumpukan rongsokan kertas yang melapuk ditelan usia, teronggok mengenaskan. Penyayang buku, gumam Ren sembari terkekeh kecil. Gadis itu menengadahkan kepalanya. Di susunan paling atas, buku dengan ukiran lambang hoffan tersusun dengan eloknya. Terurut dari nomor seri satu dan seterusnya. Semuanya simpanan pribadi keluarga hoffan. Bagaimana harta-harta itu bisa berdiri terang-terangan di ruang OSIS? Bagaimana jika ada orang yang akan mencurinya? Tentang rahasia kemampuan para hoffan, kelemahan mereka, keturunan paling terkemuka. Sekumpulan sejarah yang besar. Juga gudang informasi yang kelengkapannya tak perlu dipertanyakan.

Ren berjinjit, mencoba menggapai buku hoffan seri lima. Buku yang belum ia tuntaskam sejak dua hari lalu. Lembarannya sangat banyak dan memuat hampir sembilan ratus halaman. Sangat fantastis untuk memukul kepala.

Gebrakan pintu membuat buku yang digapai Ren meleset dan jatuh menimpa kepalanya. Gadis itu jatuh ke lantai dengan kepala yang berdenyut dan berputar tak karuan. Damn! Gadis itu tahu siapa yang datang. Satu-satunya orang yang kerap masuk ruangan Gael tanpa ketukan hanya ada satu. "Vier!" Ren memijit kepalanya yang masih berdenyut dan telinganya yang berdengung.

"Oh, maaf." Vier bersegera mendatangi Ren yang bersimpuh memelas di depan rak kayu. Ia segera membantunya berdiri.

"Kau benar-benar keterlaluan," tutur Ren terdengar melantur dengan suata bergetar. Tangannya masih memegangi kepala. Langkahnya tertatih saat Vier membantunya duduk di sofa.

"Kau baik-baik saja?" Suara lain yang tak Ren kenali terdengar.

"Tidak. Kurasa aku gagar otak."

Sebuah benda dingin mendarat di dahinya. Dingin dan lembut di saat bersamaan. Menembus perlahan hingga ke bahaw kulit. Ren membuka mata yang ia pejamkan untuk menahan rasa sakit di kepala. Ia terhentak saat menjumpai seorang gadis bersurai keperakan meletakkan telapak tangan di dahinya.

Prince or Princess: MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang