PoP: Amorist 4

1.5K 195 76
                                    

Amorist Part 7: Back to Him

Amorist Part 7: Back to Him

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa kita harus memulainya dari awal lagi?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa kita harus memulainya dari awal lagi?"

Ren mengernyit. Ia menyisir wajah laki-laki itu saksama. Mencari makna dari apa yang telah ia ucapkan. Namun, lagi-lagi Ren terperangkap pada sepasang netra biru yang jernih. Dalam dan tajam. Senyuman yang terpoles pada wajah itu juga tampak hampir ganjil. Bukankah dia terlalu santai untuk orang yang terbelenggu rantai tangan kakinya dan terluka sana-sini? Kecuali kalau dia kurang waras atau semacamnya.

"Kau berkata seolah kita pernah bertemu. Apa kita saling kenal?"

"Kenapa tak coba mengingatnya sendiri?" laki-laki itu tersenyum miring hampir-hampir membuat Ren kesal. Ia menggigit bibirnya tanpa berminat untuk pergi. Ia hanya di sana, berdiri dengan mulut kembali terkunci.

Ia tadinya hanya penasaran dengan makna tanda di dahinya. Namun, kini ia lebih penasaran lagi dengan laki-laki di balik jeruji besi. Dia mungkin saja berbahaya-- melihat bagaimana Ansel berusaha untuk mengekangnya--tapi Ren sama sekali tak merasa insting bahayanya bereaksi. Ia ingin tetap di sana, memandangi wajah laki-laki itu sedikit lebih lama.

Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Ren tak tahu berapa ketukan waktu sudah terlewat. Ia menghamburkan waktu dengan cukup sia-sia hanya untuk terdiam di tempatnya. Ia tak bereaksi, sama halnya laki-laki di balik jeruji. Hanya ada hampa yang terbentang di antara mereka. Sampai akhirnya, Ren menghela napas panjang. Kasar nan jelas. Berusaha memberi tanda pada laki-laki itu ia mulai bosan dengan adu pandang mereka.

"Kau sungguh tak mau memberi tahuku?"

Tak ada jawaban. Laki-laki bermanik safir itu hanya memasang wajah tanpa emosi. Namun, tatapannya yang tegas masih tertuju sepenuhnya pada Ren.

Ren memutar matanya. "Jika kau mau memberitahuku arti tandanya, aku akan memberimu satu informasi. Pastinya kau mencari sesuatu di tempat ini, bukan?"

Ren tak lihat binar tertarik dari mata laki-laki itu. Tapi dia tersenyum dan berkata, "Mendekatlah. Jika kau mau bertukar denganku."

Tak mempertimbangkan apa pun, Ren melangkah maju. Memperpendek jarak ujung kakinya dengan jeruji besi. Seharusnya ia tak melakukannya. Setidaknya bersikap sedikit takut dan was-was. Bagaimana pun juga, laki-laki di hadapannya itu adalah orang yang membuat isi mansion berantakan dan membuat Ansel membayar mahal untuk reparasi. Namun, Ren tak merasa ketakutan sama sekali. Malahan, menghadapinya dengan dagu terangkat. Masa bodoh dengan penyusup gila yang berusaha mengambil harta karun di pulau terpencil.

Prince or Princess: MEMORIESWhere stories live. Discover now