Chapter 24²

1.8K 208 96
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Malam datang terlalu cepat untuk Ren

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam datang terlalu cepat untuk Ren. Matahari yang terakhir kali ia lihat dua penggalah dari timur, kini hampir menuntaskan tugasnya. Mega kemerahan membumbung tinggi. Cahaya merahnya menyusup lewat ventilasi, lantas terpantul ke dinding yang berkilat-kilat. Rasanya Ren ada di ruangan yang dipenuhi api, tapi suhunya normal. Condong ke dingin malah.

Ren menghela napas. Seharian terlelap dan terus terlingkup selimut membuatnya sedikit gerah. Perutnya juga sudah mulai kosong. Kalau diingat-ingat lagi, ia belum makan apa-apa selain bubur herbal pagi tadi. Tenggorokannya juga kering. Ia benar-benar terlalu banyak tidur. Disingkapnya selimut, lantas turun dari kasur. Kakinya yang telanjang menapak lantai yang ternyata dingin, seperti kesan pertamanya. Ia teralih oleh jendela lebar yang memenuhi hampir setengah dari salah satu sisi ruangan. Jendela itu tertutup kelambu tipis. Saat disingkap, bentang cakrawala barat yang membara menyambut Ren. Langitnya seperti terbakar.

Setengah jam berlalu, Ren hanya berkeliling kamar. Menjelajahi lantai-lantainya hingga hampir tak ada sisi yang terlewat. Ia juga sudah menyisir dinding-dinding berkilat yang selalu mengundang perhatiannya. Ia tak tahu harus apa. Tak tahu harus ke mana lebih tepatnya. Ia berada di tempat terasing. Ini memang kuil, tapi kuil bagian mana? Memangnya kapan dirinya pernah menjelajah masuk kuil?

Ren menghela napas berat. Perutnya bergemuruh sesaat. Ia lapar, tapi tak bisa kurang ajar keluar kamar dan minta makan. Di dekat nakas hanya ada segelas air putih yang isinya tinggal seperempat. Tak ada apa pun yang bisa di makan di kamar ini. Sejenak, ia berharap dinding-dinding--yang mirip bongkahan es--berubah menjadi kue-kue sponge yang saling berkait dengan selai-selai buah sebagai perekatnya. Alangkah indahnya juga jika furnitur kamar berubah menjadi cokelat-cokelat manis dan permen yang dapat melegakan laparnya walau sesaat. Oke, pikirannya mulai ngawur. Alih-alih makanan, yang terbayang malah bongkahan es dingin yang tawar dan keras. Tak bisa dimakan, apalagi digigit.

Tak lama, terdengar suara ketukan dari arah pintu. Sebuah suara terdengar setelahnya, "Ren, apa kau sudah bangun? Ini Lunar."

Mendengar suara itu, Ren awalnya terkejut, tapi ada rasa meletup dalam dadanya. Akhirnya, selain semua kejenuhan dan keengganan ini, ada seseorang yang bakal menyelamatkan hidupnya. Dalam artian menyelamatkan hidupnya dari kebosanan. Ren melangkah panjang-panjang, lantas meraih gagang pintu. Di balik pintu itu, Lunar berdiri dalam posisi hendak mengetuk lagi. Jemarinya masih tergenggam dan lengannya terangkat separuh, posenya mirip boneka kucing yang tangannya bergerak-gerak di depan toko.

Prince or Princess: MEMORIESWhere stories live. Discover now