Chapter 23²

1.8K 225 113
                                    

Malam itu, bulan sudah menggantung anggun di angkasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam itu, bulan sudah menggantung anggun di angkasa. Di antara gelapnya latar langit, remang bintang, dan arakan awan. Salju sudah berhenti turun, tapi suhu udara masih belum menghangat. Membuat malam bagai penyiksaan untuk Ren. Ia beberapa kali bersin sembari merapatkan syal dan mantelnya. Bahkan, ia hampir saja terjatuh di undakan tangga tanah yang terlingkupi es. Walaupun barisan orang di depannya sudah mencairkan es dengan elemen mereka, tetap saja tanah tak akan kering dari air saat itu juga.

"Ren kau baik-baik saja?" Lunar--yang ikut serta dalam misi malam ini-- menoleh dari balik bahu yang terselubung bulu dari mantelnya. Maniknya berkilat terkena cahaya lampu.

Ren tersenyum, lebih mirip senyum kecut yang menyelubungi ketidakbaik-baikannya. "Hanya kedinginan," katanya.

"Aku akan mempersilakan mantelku untukmu jika kau mau," kata Lunar hendak melepas mantelnya. Namun, Ren segera menepuk bahunya. Ia menggeleng. Bukan dirinya yang keberatan, tapi lirikan Edmud di depan sana membuat Ren bergidik--dia jelas keberatan. Ren juga tahu, laki-laki itu tak terlalu suka Lunar menempel padanya.

"Tak perlu." Ren rasa ia tersenyum kurang meyakinkan, tapi dilihatnya Lunar hanya mengangguk--mengurungkan niatnya melepas mantel--lantas menghadapkan pandangannya kembali ke depan.

Ren menegakkan wajah. Maniknya menyisir ke depan. Ke arah orang-otang yang berjalan di pijakan tangga yang lebih rendah darinya. Kedelapan orang di antara rombongan ini adalah pemilik elemen dewa. Yah, peran mereka akan sangat penting malam ini. Gael bilang, letak kristal kendali barrier AirStreet Caste berada di antara kristal kendali delapan barrier utama--delapan tiang penyangga barrier utama. Dan dirinya juga dengar, jumlah kristal kendali itu ratusan. Ada beberapa kristal kendali vital juga kristal kendali paling utama yang hanya diketahui pemilik elemen dewa. Jadi, tanpa mereka, Ren yakin misi malam ini akan jadi sangat kacau. Apalagi, kalau mimpi buruk tentang selubung barrier yang mengisolasi Benua Shappire dari dunia luar benar-benar pecah.

Menengadah, Ren menatap hamparan langit. Gelap, sebagaimana cerminan malam. Ia penasaran, apa yang ada di luar sana? Maksudnya, dunia di luar Benua Shappire. Sungguhkah itu tempat yang dipenuhi perang dan kudeta? Masihkah hal itu terjadi di luar sana, sedangkan Shappire memasuki fase-fase modernisasi. Ayolah, perang itu terdengar kuno di tempat ini.

"Barrier kendali sun yang rusak atau tak lagi di tempatnya akan merusak seluruh mekanisme barrier utama," gumama Ren pelan selagi pandangannya belum beralih pada langit. Ia menggigit bibir, mengingat sosok Edgar yang kembali muncul petang tadi. Ia bahkan tak menyangka, laki-laki itu muncul di muka jendelanya. Mengambang di udara, mengabaikan gravitasi yang ada. Penampilannya masih sama seperti biasa, lengkap dengan jubah panjang hitam yang tudungnya terbuka. Bukan hanya datang untuk mengecek keadaan Ren seperti biasa, tapi Edgar juga datang untuk membebankan tugas padanya. Tugas yang tak tahu harus Ren terima atau tolak. "Cari kristal kendali utama sun. Ambilah. Seluruh barrier di Shappire akan kehilangan keseimbangannya dan hancur perlahan."

Prince or Princess: MEMORIESWhere stories live. Discover now