Kamu?????

40.3K 1.2K 15
                                    

Seorang wanita berumur 24 tahun dengan wajah oriental sedang menyusuri jalanan dengan langkah ringan. Rambut sepunggung dan bagian bawahnya sengaja dicurly terayun dengan lembut.

Warna kulit putih membuatnya cocok mengenakan warna apa saja. Dress hijau mint selutut berlengan panjang terlekat sempurna di badan rampingnya.

Kedua tangannya sibuk memeluk paperbag yang berisikan roti panjang untuk sarapan paginya di apartemen bersama adiknya.

Sunset mengiringi langkahnya menuju apartemennya. Wanita ini sepertinya tidak kenal lelah. Mulai pagi jam 9 sampai jam 5 sore bekerja di salah satu cafe ternama di kota new York dengan jabatan sebagai waiters. Sebenarnya dia di tawari menjadi manager di cafe tersebut , tapi dia menolak dengan alasan akan merasa bosan hanya duduk dan bertemu komputer laptop dan sebagainya. Dia lebih senang bertemu dengan costumer dan melayani secara langsung.

Pemilik cafe pun merasa senang dengannya. Dan tidak ada seorang pun tahu kalau dia berasal dari keluarga kaya raya. Ayahnya seorang pengusaha terkenal di Asia sementara ibunya seorang designer. Dan kenapa dia memilih menjadi waiters bukan sebagai karyawan perusahaan ayahnya atau asisten ibunya , itu semua karena masa lalunya sehingga dia memilih pergi dari rumahnya .

"Huuuft" Cherry menghembuskan nafas pelan setelah menutup pintu apartemen. Kakinya melangkah menuju ruang makan yang berhubungan langsung dengan dapur. Rotinya diletakkan dengan rapi diatasi keranjang roti . Setelah selesai , Cherry mengikat rambutnya asal.

" Tristan belum pulang padahal matahari hampir tenggelam. Ah sepertinya aku harus mandi "

Cherry mencoba meraih resleting dressnya di punggungnya. Tangannya meraba kebelakang sambil menunduk.

" Butuh bantuan? " Suara serak khas pria terdengar jelas .

Cherry menghentikan kegiatannya. Matanya melirik kanan dan kiri tanpa berbalik. Merasa dirinya hanya berhalusinasi , Cherry mengulangi lagi kegiatannya.

" Kamu sepertinya benar benar butuh bantuan" suara itu semakin jelas dan dekat.

Cherry merinding. Ini bukan suara Tristan. Cherry kenal baik suara adiknya. Tidak serak sama sekali bahkan suara adiknya itu sedikit nyaring dan berisik. Cherry merasa ini bukan halusinasi.

Ada orang lain dalam apartemennya. Jika Tristan sudah pulang , pasti adiknya selalu menonton ketika dia pulang. Tapi jika Tristan belum pulang , tidak mungkin adiknya membawa atau membiarkan temannya bertamu jika dia tidak ada.

Langkah sepatu pantofel beradu dengan lantai. Langkahnya perlahan lahan menuju tempat Cherry berdiri. Demi tuhan , siapa yang berani masuk ke apartemennya tanpa sepengetahuannya. Kalau benar adiknya , maka Tristan akan mendapat teguran besar darinya. Cherry membalikkan badannya dan sedetik kemudian matanya membesar.

" Haaaahhh?????? "

"Stooooooppppp.... Berhenti!!! . Cherry memajukan kedua tangannya kedepan dan otomatis langkah orang itu terhenti.

" Apa yang anda lakukan disini? " Maaf aku sama sekali tidak mengenal anda " Cherry menatap orang yang berjarak semester darinya dengan tajam.

" Kalau kamu tidak mengenalku , kenapa kamu menanyakan apa yang aku lakukan disini? Dan kalau kamu tidak mengenalku, kenapa aku bisa mendengar hatimu berteriak menyebut namaku sayang walaupun dari jarak seperti ini" seringai pria itu muncul dari bibir seksinya.

Cherry membuang wajahnya kesamping sama sekali tidak ingin melihat pria di hadapannya. " Maaf aku tidak tahu kenapa anda bisa masuk ke apartemenku. Tapi aku yakin anda pasti tahu pintu keluarnya. Silahkan keluar."

Seakan tuli , pria itu tidak merespon atau mencerna kalimat yang dikeluarkan Cherry. Pria itu dengan gagahnya menuju Cherry. Cherry tidak menyangka pria itu nekat mendekatinya walau dirinya sudah mengusirnya secara halus. Mata mereka beradu. Badan Cherry perlahan mundur dan punggungnya menabrak meja makannya dengan cukup keras.

"AW..." Cherry meringis sambil menggigit bibirnya.

" Itu karena kamu menghindari ku . Apa yang sakit? " Pria itu menarik pinggang kiri Cherry dengan tangan kanannya.

Merasa pria itu sungguh keterlaluan dan lancang , Cherry marah dan mendorong pria itu.

" Jangan menyentuhku. Pergi!! "

" Tidak akan. Katakan padaku apa yang sakit " pria itu mencoba meraih pinggang Cherry namun Cherry menamparnya.

"Plak!!. Anda tidak bisa mendengar atau memahami kalimat orang? Aku mengusir anda secara halus tetap tidak mengerti. Di usir secara kasar pun tidak berfungsi. Oh baiklah mungkin keamanan apartemen ini yang bisa membuat Anda mengerti." Cherry menabrak bahu pria itu dan segera menelfon keamanan.

" Halo. Pak aku min -- tuuut Tuut" telfonnya terputus. Sebuah tangan merampas gagang telfon dan meletakkannya dengan kasar. Cherry terperangah dengan kelakuan manusia tidak punya etika di sebelahnya.

Baru saja Cherry ingin memaki , tubuhnya sudah melayang ke udara. Cherry di gendong layaknya karung beras . Cherry berteriak dan meronta. Kakinya menendang dan tangannya memukul pria tersebut.

" Turunkan aku. Aku bilang turunkan !! "

Pria itu lagi lagi tidak merespon. Dirinya masuk ke kamar Cherry dan menarik kopor pink milik Cherry. Cherry melihat sosok yang dikenalnya duduk bersila di atas tempat tidurnya.

" Apakah semuanya sudah masuk Tan? " Pria itu mengetatkan pegangannya di tubuh Cherry.

" Sudah kak. Semuanya sudah masuk ke mobil kakak. Tinggal ini yang tersisa. "

" Baik. Terima kasih. Besok kamu sudah bisa mendapatkannya"

" Apa yang kalian katakan! . Tristan sejak kapan kamu ada dikamar kakak? Apa kalian bekerja sama ? Turunkan aku. " Cherry semakin meronta membuat pria itu menguatkan pegangannya.

" Maafkan aku kak. Sebaiknya kakak pulang bersamanya. Selesaikan dengan baik. Jangan lari dari masalah. Bukannya kita sudah taruhan. Jika di tahun kedua kakak belum bisa punya pasangan , maka kakak akan pulang. Dan. Inilah saatnya kakak pulang. Karena aku sangat menyayangi kakak, aku minta kak mark menjemput kakak karena aku yakin kakak akan selamat sampai tujuan bila bersamanya." Tristan tersenyum lebar

Mendengar ocehan Tristan yang menusuk telinganya , Cherry menunjuk kearah Tristan dengan amarah yang memuncak.

" Don't call me sister again . I hate you !! " Cherry berteriak sekencang kencangnya. Tristan kaget lalu memeluk erat bantal di pangkuannya.

Mark berjalan dengan satu tangan tetap menggendong Cherry dan satu tangannya lagi menyeret kopor Cherry. Cherry tidak memberontak. Tenaganya sepertinya hilang.

Adik yang menjadi tempat pelarian dan tempat berbagi kesahnya mengkhianatinya. Cherry tidak menyangka kalau adiknya akan berbuat seperti ini padanya.

Tristan berlari kecil lalu berhenti di depan pintu " maaf kak. Aku akan di beri kamera yang aku impikan sejak dulu oleh mark. Sayang untuk menolaknya. See you. I love you kakak"

Cherry tidak menoleh dan tidak merespon sama sekali. Cherry mendengar semua perkataan adiknya. Bukan adiknya. Mulai detik ini Tristan adalah sang pengkhianat.

Tristan menutup pintu dan mengusap wajahnya " maaf kak aku hanya ingin kakak menyelesaikan semuanya agar semuanya jelas. Aku sayang kakak. Jangan membenciku."

Cherry berharap ini adalah mimpi buruk baginya. Setelah dua tahun menghilang kenapa harus terjadi hal seperti ini. Tidak terasa air matanya menetes. Sekarang tidak ada lagi yang bisa dia percaya. Bahkan adiknya yang menjadi kepercayaannya pun membuatnya terluka.

Haloooo..

Ini cerita aku yang akan bikin kalian senyum senyum greget bahkan marah marah sendiri. Hahaha

Kalau suka vote
Kalau ada saran masukan comment
Kalau ingin kenal aku follow.

Tengs...

Candybuls 🍭

Love At The First And Second Sight ( C H E R R Y )Where stories live. Discover now