Chapter 2 (Stare)

6.7K 879 48
                                    

Seokjin menderita bradikardia. Pada umumnya, manusia dewasa normal yang sedang tidak melakukan aktifitas dapat memompa jantungnya 60 sampai 100 kali per menit, sedangkan jantung penderita bradikardia berdetak di bawah 60 kali per menit.

Kondisi jantungnya yang tidak normal menjadi penyebab Seokjin mengalami gangguan kesehatan, ia sering mudah lelah, pingsan, merasakan sakit pada dadanya, dan sesak nafas karena pasokan oksigen yang kurang dan hal itu disebabkan oleh kondisi jantungnya.

Meskipun Seokjin terlahir dengan kondisi jantung yang tidak normal, dimana jaringan yang memproduksi kelenjar tiroid yang berfungsi menghasilkan aliran listrik untuk membantu memompa jantungnya mengalami disfungsi, Seokjin tetaplah seorang anak yang ceria dan bahagia.

Sejak lahir, ia terpaksa menggantungan hidupnya pada alat pacu jantung khusus, dan setiap pagi Seokjin menggunakan alat rekam jantung, untuk mengetahui kondisi jantungnya dari frekuensi detaknya yang yang belakangan ini kian melemah. Namun kali ini rasanya berbeda, Seokjin sempat berpikir kalau ia mulai tak membutuhkan semua alat itu. Seokjin merasa jantungnya berdebar kencang kala ia melihat sosok di hadapannya, ia begitu takjub dan terpesona olehnya.

"Mate-ku."

Seokjin tersadar, walau ia tak jelas mendengar apa yang dikatakan pemuda dihadapannya, tapi suara husky itu menggelitik indra pendengaran Seokjin.

"Uh? Ya?"

Mereka berdua tertegun kembali. "Siapa?" Kali ini Seokjin dengan sigap bertanya, mereka tak bisa selamanya larut dalam tegunan. "Maaf, Apa kau salah satu teman dari Taehyung dan Jungkook?" nama Taehyung dan Jungkook mudah diingat, karena kedua pemuda itu pernah berdiri paling dekat dan berbicara dengan leluasa pada Seokjin saat yang lain seolah menghindarinya.

"Um, Namaku Namjoon." Akhirnya Namjoon bicara, "Ya, aku teman mereka." Ucapnya lagi.

"Perkenalkan, aku Kim Seokjin. Aku baru pindah kesini." Dengan senyum lebar, Seokjin mendekat, mengulurkan tangan kanannya pada Namjoon. Namun Namjoon hanya diam, menatap lengan kurus yang kini ada dihadapannya, tanpa pikir panjang Seokjin meraih tangan kanan Namjoon, untuk sedetik ia merasakan tangan besar itu begitu hangat, sembulan vena diantara punggung dan pergelangan tangan Namjoon membuatnya terlihat maskulin.

"Senang bertemu denganmu." Setelah berjabat tangan beberapa saat, Seokjin melepaskan tangan Namjoon. Sempat terpikir dalam benaknya kalau pemuda tinggi di hadapannya ini adalah orang yang pemalu, hal itu bisa dibuktikan karena ia bisa melihat Namjoon yang kini tengah memalingkan sedikit wajah tampannya dan ia juga nampak gugup.

"Kenapa kau bisa ada disini?" Tanya Namjoon. "Um, Seokjin-ssi?" Tambahnya kemudian.

"Ah, aku pingsan di hutan dan temanmu menolongku dan membawaku kesini." Seokjin tersenyum. "Apa ini rumahmu?" Seokjin memandang sekeliling, ia baru sadar kalau rumah ini tidak seperti rumah pada umumnya, tak banyak perabotan disini, di ruangan tempat mereka berdiri sekarang hanya ada perapian usang dan jerami beralaskan bulu hewan yang mengelilinginya, lampu minyak tua yang tergantung di dinding, dan beberapa peti kayu tertata di bawahnya. Untuk sesaat Seokjin berpikir kalau tempat ini seperti... markas rahasia?

"Ini tempat tinggal kami." Jawab Namjoon, kali ini pandangannya penuh menatap Seokjin, "Apa yang membuatmu pingsan?" Seokjin menoleh, pandangannya menerawang berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

But, I Still Want You [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora