Chapter 18 (Heart)

4K 507 68
                                    

Hembusan nafas yang memburu menembus tetesan hujan deras saat Namjoon akhirnya sampai di sebuah bangungan tua yang telah lama ditinggalkan. Jungkook menengok ke arah Jimin yang berlari tepat di belakangnya, darah di mulutnya terusap oleh air hujan yang membasahi seluruh tubuh mereka, Leo dan tiga werewolf yang ikut bersamanya telah tewas ditangan mereka beberapa saat yang lalu, mereka tak punya pilihan lain, karena nyawa seseorang yang paling berharga bagi mereka tengah terancam saat ini.

Tak ada yang bicara, meskipun sudah tak ada lagi yang menghalangi, Leo telah berhasil mengulur waktu, Namjoon takut, bahwa ia memang telah terlambat, karena dirinya merasakan bahwa eksistensi Seokjin perlahan memudar dalam instingnya. Selama pengejaran mereka sampai akhirnya tiba di kediaman keluarga Park yang terbengkalai dan dialih-fungsikan menjadi sarang werewolf ini, Namjoon terus merasa kesakitan terutama di bagian dadanya, pandangannya pun memudar, tak hanya karena hujan yang turun menghujam tubuhnya, tapi juga karena sesuatu, yaitu firasat yang amat buruk tengah menimpa Seokjin-nya.

Pikiran Namjoon terus kalut, ia menabrak apa saja yang ada di depannya dalam larinya yang cepat dan tak beraturan, ia tak peduli pada rasa nyeri di bahunya saat ia menghantam sebuah pohon akasia tua hingga bergetar, fokusnya hanya satu, yaitu menyelamatkan orang yang ia cintai. Jungkook dan Jimin berlari bersamanya, mereka sama kalutnya dengan Namjoon terlebih Jungkook yang terus merapalkan nama sang kakak bagaikan sebuah mantra.

'Seokjin hyung, Seokjin hyung, Seokjin hyung' Namjoon memandang Jimin, yang mengerti seratus persen apa maksud dari pandangannya.

"Aku mencium puluhan, tidak, ratusan werewolf di dalam sana." Membawa Jimin bersamanya saat ini adalah keputusan yang paling tepat, selain indera penciumannya yang sangat tajam, memorinya pada seluk beluk dari bangunan bak kastil ini akan membantu mereka melacak dimana Seokjin.

"Seokjin hyung masih hidup, ia berada di ruang bawah tanah rumah ini." Indera penciuman Jimin layaknya penglihatan tembus pandang, sekali lagi Namjoon bersyukur, jika tidak ada Jimin, ia tak akan bisa berpikir jernih dan batinnya akan terus bergolak dalam kekalutan yang bersumber dari tanda tanya, apa Seokjin masih bisa diselamatkan?

Setidaknya Namjoon dapat bernafas lega saat mendengar bahwa Seokjin masih hidup, dan mereka akan membawanya kembali pulang, bagaimana pun caranya. Yang ia khawatirkan adalah kondisi Jungkook, sejak mereka meninggalkan tempat dimana Leo mencegat mereka, adik kandung Seokjin itu mendadak tidak stabil, kegelisahan menyelimuti pikirannya, ia juga tak banyak bicara selain mengucapkan nama kakaknya berulang-ulang sejak tadi.

Insting alpha-nya mengambil alih, jarak mereka dengan bangunan tua itu hanya beberapa meter, pihak musuh akan segera mengetahui keberadaan mereka, tapi tidak jika sedang hujan deras seperti ini kecuali jika mereka memiliki orang seperti Jimin dalam kawanan.

Namjoon memandang Jungkook yang sama sekali tak balas memandangnya, kedua kakinya bergerak tak tentu arah di satu tempat, kedua telinganya sayu, dan pandangannya tak fokus.

Namjoon terpaksa melakukannya, ia berpijak dengan kedua kaki kokohnya yang terbuka, lehernya tegak lurus dan suara geraman khas alpha darinya berhasil membuat fokus Jungkook sepenuhnya milik Namjoon.

"Jungkook-ah, tenang 'lah," kedua telinga Jungkook berkedut saat Namjoon mulai berucap, dan Namjoon sendiri sebenarnya tak menyukai apa yang ia lakukan, mengendalikan Jungkook dengan menggunakan insting alpha-nya terpaksa Namjoon lakukan agar anggota termuda dalam kawanan mereka itu tenang, "kita akan membawa Seokjin hyung pulang dalam keadaan seperti saat terakhir kali kita bertemu dengannya."

But, I Still Want You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang