Chapter 11 (Untold)

3.8K 572 57
                                    

'Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kematian akan datang menghampiri.'

Seokjin tahu akan hal itu. Ia sering mendengarnya, dan memang benar demikian, karena setelah ayahnya menceritakan padanya kebenaran yang ia tak ketahui selama ini, hanya berselang tiga hari, sang ayah dinyatakan meninggal dunia.

Hanya beberapa orang yang datang ke pemakaman Kim Kyuhyun, kerabat, rekan kerja di rumah sakit, dan yang paling tak Seokjin sangka, mantan istri dari pernikahan ayahnya sebelum beliau menikah dengan ibunya pun datang untuk melayat, ini pertama kalinya Seokjin bertemu dengan wanita paruh baya itu, ia terlihat ramah dan sopan, wanita yang memperkenalkan diri sebagai Choi Sooyoung itu mengucapkan turut berbela sungkawa pada Seokjin.

Seokjin tidak tahu banyak tentang pernikahan ayahnya yang sebelumnya, namun saat ia dirawat di rumah sakit yang juga merupakan tempat ayahnya berkerja, ada gosip beredar kalau pernikahan pertama ayahnya kandas karena masalah keturunan. Seokjin tidak terlalu memperldulikan hal itu, tetapi melihat sikap ayahnya yang posesif terhapnya, hal itu bisa jadi sebuah kebenaran.

"Seokjin-ah?" Tak terasa Seokjin sudah berdiri disana selama lebih dari satu setengah jam, ia menoleh sesaat setelah Lee Ahjuma memanggilnya. "Hujan akan turun." Seokjin menanggapi dengan anggukan pelan. Orang tua Sandeul juga datang, tentu saja. Mereka 'lah yang membantu Seokjin mengurus upacara pemakaman ayahnya.

"Sandeul baru akan sampai nanti sore." Seokjin menyunggingkan senyuman, namun senyuman itu tak sampai ke matanya.

"Terima kasih Ahjuma." Dengan suara yang masih serak Seokjin berucap, ia mengerti, ditengah kesibukannya dengan urusan perkuliahan, Sandeul telah mengusahakan untuk datang.

Seokjin memandang ke atas langit yang mendung, angin yang membawa aroma hujan membelai wajahnya, ia memejamkan matanya, untuk sesaat Seokjin berpikir, apa yang harus ia lakukan setelah ini? Ibunya dan ayahnya telah tiada, ia sendirian sekarang.

"Seokjin-ah, mari pulang." Ajak Lee Ahjussi padanya, Seokjin mengangguk sekali, menatap gundukan tanah tempat perisirahatan terakhir sang ayah, ia menunduk hormat sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.

Tak ada yang bicara selama perjalanan pulang, Lee Ahjussi fokus dengan setirnya dan disebelahnya Lee Ahjuma duduk diam sambil sesekali memainkan pita putih di hanbok-nya yang serba hitam. Seokjin sendiri duduk di kursi belakang, menatap kosong gedung-gedung dan pepohonan di luar sana yang dibasahi guyuran hujan, kedua tangannya terlipat diatas pahanya, sesekali ia memejamkan mata, ia merasa lelah, fisik maupun mental.

Dan tak membutuhkan waktu yang lama, Pasangan Lee dan Seokjin tiba di rumahnya, rumah yang meninggalkan banyak kenangan tentang kedua orang tuanya, rumah tempatnya dibesarkan.

"Seokjin-ah, kau belum rekam jantung pagi ini 'kan?" Seokjin tersenyum kecil seraya menanggalkan jas hitamnya, ini sudah hampir malam, dan memang sudah kelewat telat dari jadwalnya yang biasa, namun ia harus tetap melakukannya.

"Tolong ya, Ahjuma." Dalam rumah besar itu ada juga ruang medis khusus untuk Seokjin yang terletak di sebelah kamar ayahnya.

"Ganti 'lah dulu pakaianmu." Seokjin mengangguk hormat sebagai tanda permisi untuk beranjak dari sana menuju kamarnya dan berganti pakaian. Langkahnya diikuti orang tua Sandeul yang turut mengganti pakaian mereka yang telah disediakan di kamar tamu.

Keluarga Seokjin tak banyak memiliki kerabat dekat, kakek dan ayahnya adalah anak tunggal, dan ibunya adalah seorang yatim piatu, karenanya Seokjin hanya memiliki kerabat jauh, dan hanya beberapa dari mereka yang Seokjin kenal, lagi pula sebagian besar dari mereka tinggal di luar negri dan telah terlupakan. Ia merasa begitu beruntung, meskipun pasangan Lee memang hanyalah teman kecil dari ibunya, namun Seokjin merasa seperti memiliki orang tua kedua yang tak kalah perhatian dengan orang tuanya dulu.

But, I Still Want You [End]Where stories live. Discover now