Chapter 4 (Past)

5.2K 686 29
                                    

Jimin mendongakan kepalanya, hujan lebat turun kala itu, menghapus jelaga yang menempel di kaca jendela yang usang, meninggalkan jejak dari rintik air yang mengalir membentuk garis tak beraturan.

Ia mengambil nafas dalam, lalu membuangnya bersamaan dengan kelopak matanya yang terbuka perlajan, memperlihatkan iris coklat kemerahan miliknya, "Hujan sudah tak selebat tadi, walaupun samar aku masih bisa mengendus mereka," Ucapnya pada sosok di sebelahnya, Yoongi menatapnya lekat, "Jungkook bersama Seokjin. Sepertinya berteduh di suatu tempat karena aku merasakan tak ada pergerakan dari bau mereka." Lanjutnya.

Yoongi menghela nafas, menepuk bahu Jimin dan tanpa berkata apa-apa ia berjalan menuju perapian, membantu Hoseok yang terlihat kesulitan menyalakan api.

Jungkook dan Seokjin terpisah saat mereka berlari menghindari hujan, tanpa disangka, saat itu kabut turun, membuat pandangan mereka melemah. Setelah sadar bahwa Jungkook dan Seokjin terpisah, Namjoon langsung berlari dalam wujud wolf-nya, mencari mate dan anggota termuda mereka.

"Taehyung-ah," Panggil Hoseok, mengusap surai coklat tua milik Taehyung yang sedang memeluk lututnya di depan perapian, ekspresinya yang gelisah dan mata yang berkaca-kaca menandakan bahwa ia khawatir, "mereka akan baik-baik saja."

Taehyung masih dalam posisinya, ia mendongak pada Hoseok, "Aku harusnya tak melepaskan genggaman tanganku padanya." Ucapnya lirih.

"Tidak apa-apa, itu bukan salahmu." Hoseok menepuk lembut kepala Taehyung, mencoba menenangkannya, ia mengerti bahwa Taehyung begitu sedih karena ini pertama kalinya ia terpisah dengan Jungkook.

"Aku melihat mereka diluar sana saat kita berlari tadi." Mereka semua menoleh ke arah Yoongi, pandangannya kini sulit dibaca, aura yang memancarkan ketegangan terasa diantara mereka. "Tidak hanya satu," matanya memincing tajam, ia memandang ke arah pintu kayu yang terbuka lebar, "aku yakin itu Ravi dan Leo." Kilat menyambar, tak ada satu pun yang bergerak, mereka semua mematung setelah Yoongi menyebut dua nama yang tak asing bagi mereka, dua nama yang mereka kira tak akan pernah mereka dengar lagi.

"Hyung," Hoseok perlahan berdiri, "apa kau yakin itu mereka?" bisiknya pelan. Bukannya ia meragukan indera penglihatan Yoongi yang terkenal paling tajam itu, namun ia merasa mustahil, bahwa orang yang mereka kira sudah mati, muncul kembali dihadapan mereka.

"Aku, Taehyung, bahkan Namjoon dan Jimin saja tidak merasakan bau atau keberadaan mereka." Hoseok mengikuti arah pandangan Yoongi yang menatap derasnya hujan di luar.

"Aku rasa hujan yang hampir seperti topan tadi menutupi indera penciuman kita." Taehyung berkata, ia bangkit berdiri, meremas jemarinya dengan gelisah. "Yoongi hyung apa mereka akan baik-baik saja di luar sana?"

"Namjoon bersama mereka, aku yakin mereka akan baik-baik saja." Yoongi menatap Taehyung dan pandangannya beralih saat Hoseok bertanya, "Hyung apa kau yakin itu Ravi dan Leo?"

"Aku yakin itu mereka." Yoongi mengepalkan tangannya erat. "Terhitung sampai hari ini mereka sudah tiga kali terlihat dalam teritori kita." Yoongi menatap Jimin lekat yang kini terlihat gemetaran, tangan kirinya menekan erat bahu kanannya, pandangannya tak stabil.

"Jimin-ah? Hey. tatap aku." Yoongi mengguncang bahu Jimin pelan, ia tahu persis penyebab Jimin menjadi begitu tak stabil. Tubuhnya gemetar hebat, giginya bergemelatuk, iris coklat kemerahannya tampak membelalak dan ada sedikit air di ujung matanya. Yoongi tahu persis, Jimin bereaksi seperti orang yang sangat ketakutan saat mendengar nama Leo, werewolf yang telah mengubahnya.

But, I Still Want You [End]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon