Chapter 9 (Friends)

4.6K 570 12
                                    

Dua hari, tiga malam. Hyuk berjaga di depan pintu ruangan yang mengurung Ken selama dua hari tiga malam, ia bersyukur tak perlu repot-repot berkeliling atau pergi berburu, namun tugasnya kali ini cukup membosankan. Hyuk merasa bosan karena ia dilarang bicara pada siapapun selama proses 'pencucian otak' berlangsung.

Suasana di ruangan dan sepanjang lorong tempat mereka mengurung Ken memang dibuat sehening mungkin. Beberapa hari yang lalu Hyuk melihat Hongbin dan Ravi membawa lentera bulat dengan sinar kehijauan, metronom, dan theremin ke dalam kamar yang mengurung Ken setelah itu mereka meninggalkannya disana sendirian dan menyuruhnya berjaga disini dan ia hanya boleh meninggalkan lorong tempatnya berjaga untuk makan dan kebutuhan pribadi lainnya.

'Mereka membiarkan Ken hyung kelaparan...' Diantara yang lainnya, memang Hyuk tidak begitu mengenal Ken, karena saat Ken kabur dari kelompoknya, ia baru bergabung dengan kawanan Hakyeon. Namun, Hyuk mengerti, mereka melakukan hal ini pada Ken karena suatu alasan, 'Ini juga demi kebaikan Ken hyung dan keutuhan klan ini.' Ia baru saja hendak menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi saat mendengar suara gaduh dari dalam kamar dibelakangnya.

"AARGGHH!" Suara erangan yang keras. Hyuk menyeritkan dahinya, ia yakin suara erangan itu berasal dari dalam kamar Ken, namun ia tidak yakin karena suara itu terdengar lebih berat dari suara asli pemuda yang dikurung didalamnya.

Dengan jantung yang berdebar dan keringat mulai turun dipelipisnya, Hyuk menelan salivanya saat tangannya menyentuh kenop pintu, namun tangan lain yang tak asing mencegahnya untuk membukanya. "Ravi hyung?" Bisiknya saat menatap orang yang menghalau tindakannya, "Hyung, kurasa terjadi sesuatu di dalam, Kenー"

Hyuk segera mengatup bibirnya saat Ravi menutup mulutnya dengan sebelah tangannya, "Ssshh, prosesnya sudah selesai, kita harus pergi dari sini." Ravi berbisik seraya menuntun Hyuk melangkah menjauh dari tempat mereka berdiri.

Hyuk menengok kebelakang sekali lagi, menatap lorong tempatnya berjaga tadi dengan tatapan ngeri, erangan itu menggema dan terdengar mengerikan sekaligus menyayat hati. Dalam langkahnya menjauh dari tempat itu, dalam hatinya Hyuk berdoa agar Ken baik-baik saja.

But, I Still Want You

Seokjin menatap senja dengan hening dari luar jendela kamarnya, tangan kanannya menopang dagu dan tangan kirinya menggenggam gagang cangkir berisi teh camomile yang sesekali ia sesap. Ia sudah jauh lebih baik sekarang, luka sayatan pendek namun dalam di dahinya yang diakibatkan pecahan kaca pun sudah mengering, tapi dalam batinnya, Seokjin masih memikirkan Jaehwan. Sejujurnya ia tidak marah padanya, Seokjin hanya merasa bingung dan sedih.

24 Jam setelah kejadian di malam itu, ayah Seokjin menghubunginya lewat sambungan telepon, ia bicara dengan suara gemetar, beliau bilang ia sudah tahu semuanya dari Lee Ahjussi yang mengubunginya. Dan Seokjin menceritakan semuanya, dengan menahan tangis, ia bicara pada ayahnya, bahwa Jaehwan yang menyerangnya. Tak ada tanggapan berarti dari sang ayah, ia hanya menyuruh Seokjin kembali ke Seoul setelah putranya sembuh betul. Seokjin tidak protes saat ayahnya jelas-jelas menyembunyikan sesuatu darinya, ia merasa ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan masalah sepenting ini di telepon. Seokjin akan menanyakan semua tentang Jaehwan saat ia menemui sang ayah nanti.

Helaan nafas yang kesekian kalinya ia hembuskan, "Apa yang harus kulakukan?" Sejujurnya Seokjin bertanya-tanya dalam hati, dimana keberadaan Jaehwan sekarang? Apa yang sedang ia lakukan?

Seokjin mengakuinya, ia memang mencintai Jaehwan, namun sebagai seorang hyung sekaligus teman baginya, bukan perasaan cinta yang khusus layaknya sepasang kekasih. Memang, Jaehwan begitu baik padanya, ia sering memberi perhatian lebih pada Seokjin, ia selalu ada saat Seokjin membutuhkan.

But, I Still Want You [End]Where stories live. Discover now