Chapter 13 (Mate)

6.2K 552 14
                                    

Uap putih lembut melayang diantara pintu kaca yang tergeser pelan, aroma earthy nan lembut dari shampoo yang baru Seokjin pakai dapat tercium kemana pun ia melangkah. Tetesan air perlahan jatuh dari surai hitamnya yang basah, sebelum langkah kakinya membawanya kembali ke kamar, Seokjin menyempatkan diri untuk membuat teh camomile di dapur dan membawa secangkir cairan kuning kermasan itu bersamanya.

Ia membuka pintu kamarnya perlahan, dan senyuman lembut terukir indah di bibirnya kala ia melihat Jungkook yang berbaring diatas kasurnya seraya membaca atlas dunia. "Hyung, apa kau tahu tempat ini?" Tepat saat Seokjin meletakkan cangkir kaca dalam genggamannya di atas meja, Jungkook bertanya sambil menunjuk sebuah pulau di antara laut pasifik.

"Ya, itu Australia." Jungkook mendengus saat mendengar jawaban singkat dari hyung-nya.

"Aku tahu nama pulau ini, tapi apa kau pernah kesana?" Tentu saja Jungkook tahu, diatas sketsa pulau itu tertulis jelas namanya.

Seokjin tertawa pelan, ia menggelengkan kepalanya saat berucap, "Tidak, aku belum pernah kesana." Jungkook menghela nafas beratnya, ia kembali memfokuskan diri pada atlas yang ia baca, "Memangnya ada apa dengan 'Australia' Jungkook-ah?" Seokjin menarik kursi dari bagian dalam meja dan duduk disana.

"Aku pernah baca buku tentang Australia," tanpa mengalihkan pandangannya dari atlas yang ia baca, Jungkook berkata seraya menopang dagunya dengan sebelah tangan, "aku mau kesana."

"Aku akan membawamu kesana, kita bisa pergi bersama."

Ucapan Seokjin berhasil membuat Jungkook mendongak, menatap hyung-nya dengan mata bulat yang berbinar, "Benarkah?"

Seokjin tersenyum lebar sambil membuka jurnal yang belum sempat ia baca kembali, "Tentu saja Jungkook-ah." Hyung-dongsaeng itu sudah terbiasa dengan suasana seperti ini, sudah dua hari mereka hidup sebagai saudara. Seokjin bahkan memberikan perpustakaan kecil di rumah itu untuk mengalih-fungsikannya menjadi kamar pribadi Jungkook, hanya satu kendalanya, Jungkook belum terbiasa hidup lebih manusia.

Di malam saat mereka pertama kali mengetahui kenyataan bahwa mereka adalah saudara kandung, Jungkook dan Seokjin bertukar cerita, sang adik bertanya seperti apa sosok ibu mereka dan sang kakak ingin tahu lebih mengenai sang ayah. Tawa bahagia mengiringi tiap kisah yang mereka bawa tentang masa kecil mereka bersama ayah dan ibu, meskipun telah berpisah sekian lama.

"Hei, Jungkook-ah," Seokjin memanggil, mata indahnya yang terbingkai kacamata baca yang ia kenakan beralih menatap sang adik kala ia menoleh padanya, "Apa menurutmu aku ini mate Namjoon?" Jungkook mengalihkan pandangannya dari atlas yang masih ia baca untuk menatap hyung-nya, lama.

"Apa kau sudah selesai membaca bab itu?" Ia balik bertanya seraya menunjuk jurnal diatas meja yang ada di hadapan Seokjin.

Seokjin menggeleng, "Belum, baru paragraf pertama."

"Baca dulu sampai habis, hyung." Jungkook kembali membaca atlasnya, meninggalkan pertanyaan yang Seokjin ajukan menggantung begitu saja. Meski begitu, Seokjin tetap melanjutkan bacaannya, setiap kata ia cerna dalam benaknya, kalimat-kalimat yang tertulis dalam jurnal itu banyak yang mengundang tanya, tetapi ia memutuskan untuk menyimpannya,dan tetap fokus.

Sandeul menyuruhnya untuk membaca bab ini, bab tentang Mate, saat mereka membicarakan Namjoon. Yang Seokjin tangkap adalah, ia memang mencintai werewolf itu, tetapi ia tidak yakin, apa memang ia adalah mate Namjoon? Ikatan yang mereka miliki belum sedalam itu, menurutnya. Jika memang benar benang merah itu ada diantara mereka, tentu saja Seokjin merasa sangat senang, namun ia juga takut, ia takut kehilangan pria itu. Melihat bahwa ia adalah manusia, akhir dari kisah ibu dan ayahnya membuatnya trauma, dapat dikatakan bahwa ia takut kejadian itu akan terulang kembali. Meskipun begitu, ia tidak akan berhenti mencintai Namjoon.

But, I Still Want You [End]Where stories live. Discover now