Chapter 16 (Storm)

3.4K 478 18
                                    

Mata Seokjin perlahan terbuka, cahaya temaram menyelimuti indera penglihatannya, ia mendesis kala merasakan nyeri di seluruh tubuh terutama didadanya. Seokjin mencoba menelaah apa yang baru saja terjadi, ia berbaring di lantai dingin dalam sebuah ruangan gelap, dedaunan kering yang mulai basah mengelilingi tubuhnya, aroma tanah yang kental tercium olehnya dan suara gelegar dari petir terdengar dari balik dinding yang catnya mulai mengelupas. Dimana dia?

Perlahan-lahan Seokjin mencoba bangun dengan bertumpu pada sikunya, duduk pun rasanya sulit karena sekujur tubuhnya seolah babak belur, ia menyeka debu yang menempel di pipi kirinya, sekali lagi Seokjin mencoba menerawang apa yang sebenarnya terjadi, dan saat ia ingat bahwa ada dua orang werewolf menyerang Sandeul dan orang tuanya hingga tewas, visualisasi kondisi sahabat dan kedua orang tuanya membayang-bayangi benak Seokjin seketika, membuat mata yang sudah sembab bertambah bengkak dan merah karena air mata yang tak bisa ia kendalikan mulai berjatuhan tanpa henti, isakannya terdengar memenuhi ruangan gelap yang hampir tanpa ventilasi itu.

Kedua tangan Seokjin terangkat untuk memeluk dirinya sendiri, tangan kurus dan pucat itu mengepal erat, meremas hoodie putih yang telah kotor oleh debu dan darah hingga kusut. Seokjin mengangkat wajahnya, ia tak boleh terus seperti ini. Seokjin sadar kalau ia diculik, oleh kawanan werewolf yang tak dikenalinya, ia sadar betul bahwa nyawanya dalam bahaya. Ia harus mencari cara untuk segera keluar dari tempat yang Seokjin yakini adalah sarang mereka. Ia memaksakan tubuhnya untuk berdiri.

Seokjin mengigit bibirnya yang pucat saat kedua lututnya gemetar dan membuatnya hampir bersimpuh membentur tanah, dengan refleks manusia itu berpegangan pada tembok lembab disampingnya, setelah berhasil berdiri, ia memincingkan kedua matanya dan melihat sekeliling, mencoba mencari celah untuk lari.

Percuma. Ruangan ini tak memiliki jendela. Namun pandangan Seokjin tertuju pada pintu besi berkarat yang ada di ujung ruangan, tepat di belakangnya. Sambil sesekali memegang dada kirinya yang luar biasa nyeri, Seokjin melangkah dengan hati-hati menuju satu-satunya pintu yang menghubungkan ruangan ini dengan entah apa yang ada diluar sana.

Jika manusia normal pada umumnya akan merasakan debaran tak karuan disaat seperti ini, Seokjin kebalikannya, ia merasa khawatir dan gusar saat tahu kalau kondisi jantungnya sedang mengalami masa kritis, detaknya melemah, dan seluruh sendi di tubuhmya terasa lemas.

Manusia itu meringis saat tangannya menyentuh dinginnya pintu besi tua yang kini ada dihadapannya, dalam lubuk hatinya Seokjin tahu, Namjoon, Jungkook dan yang lain pasti sedang mencarinya, tetapi entah mengapa ia merasa sangat khawatir dan tidak ingin mereka segera sampai disini, karena ia takut bahwa mereka akan terluka mengingat betapa kejam dan buasnya seseorang yang sedang menjadikannya tawanan saat ini. Seokjin lebih memilih untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

"Kau sudah bangun?" Saat ia hendak menggenggam kenop pintu itu, suara yang asing bagi telinganya terdengar dibalik pintu. Dengan spontan, Seokjin menjauh dua langkah dari sana, dan benar saja, sesosok pria tinggi dengan wajah yang dingin memperlihatkan dirinya, tatapannya tajam namun tidak mengancam dimata Seokjin. "Ikut 'lah denganku." Ucapnya masih dengan posisi yang sama, pria itu berdiri di ambang pintu seraya menatap dengan dingin manusia yang mematung di hadapannya.

"Siapa?" Untuk sesaat mereka tak bergeming.

Dan saat pria itu berbalik seraya membuat gestur di dagunya agar Seokjin ikut dengannya ia menjawab, "Kau tak perlu tahu siapa aku, ikuti saja aku sekarang kalau kau masih ingin hidup." Seokjin sadar, tak ada seorang pun di dalam rumah tua ini yang akan memperlakukannya dengan ramah, tentu saja, saat ini ia sedang diculik, mereka yang menculiknya bisa memotong lehernya kapan saja, untuk itu ia harus bergerak dan bicara dengan penuh kehati-hatian, dan Seokjin memilih untuk menuruti apa yang dikatakan pria asing yang berjalan satu langkah di depannya.

But, I Still Want You [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora