Chapter 19 (Forever)

8.8K 698 97
                                    

Seluruh rasa sakit di tubuh Seokjin seolah terangkat. Ia membuka kedua matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah pohon wisteria yang sudah tak asing lagi baginya. Seokjin melihat sekelilingnya tetapi ia tak menemukan seorang pun, ia sendirian disini, dan bagaimana caranya ia bisa berada disini seorang diri?

Hembusan angin menerpa wajah Seokjin dengan lembut, ia kembali memejamkan matanya, sampai akhirnya sebuah tangan menyentuh pipinya, halus. "Eomma?" Kedua mata Seokjin membuka perlahan-lahan, ia mengerjap sampai wajah sang ibu akhirnya terpatri jelas dalam pantulan kedua iris hazel-nya.

"Seokjin-ah." Seokjin segera menghambur dalam pelukan wanita yang telah lama ia rindukan, dan betapa bahagianya ia saat ia merasakan kehangatan dari pelukan ibunya yang masih terasa sama seperti dahulu.

Tak ada yang bicara. Seokjin mempererat pelukannya saat sang ibu membelai lembut kepala putranya. "Kau telah melewati banyak hal." Seokjin terdiam, kemudian mengangguk pelan, ia tersenyum lembut saat mengingat memori-memori indah yang telah ia ukir dalam benaknya.

"Aku bertemu dengan adikku, Jungkook." Mereka berdua melepaskan pelukan hangat itu perlahan, dan saling bertatapan.

"Ibu tahu." Seokjin melebarkan senyumnya, tentu saja ibunya sudah tahu, ia percaya bahwa kedua orang tuanya selalu mengawasinya dan Jungkook di surga. "Setelah sekian lama, akhirnya keluarga kita bisa berkumpul." Angin yang kembali berhembus lembut mengayunkan surai hitamnya, dan Seokjin seketika menoleh pada sesosok pria paruh baya yang datang menghampiri mereka.

"Appa?" Kedua iris Seokjin memanas, ini pertama kalinya ia melihat ayah kandungnya secara langsung. Seokjin memang baru melihat wajah sang ayah lewat foto, dan itu hanya sekali, namun Seokjin sangat ingat wajah dan postur tubuh dari ayahnya.

"Putraku." Seokjin mendengar suara sang ayah, suaranya mirip dengan Jungkook, hanya saja lebih berat, dan beliau nampak lebih tampan dan gagah saat dilihat secara langsung seperti ini. Ingin rasanya Seokjin membisikan kata penuh kerinduan pada ayahnya, tapi lidahnya terasa kelu, ia mematung dan memandang sang ayah yang menepuk pelan bahunya, "Kau tumbuh menjadi pria yang sangat tampan, seperti dugaanku."

Seokjin tersenyum penuh arti saat sang ayah mulai memujinya, terlebih pada kedua bahu bidangnya. Keluarga kecil itu tertawa riang, namun setelahnya berganti menjadi senyum kesedihan saat Seokjin bicara, "Aku sangat senang bisa bertemu kalian kembali, tapi aku meninggalkan Jungkook." Dalam benaknya, Seokjin yakin, seperti ini lah bentuk surga baginya, dimana ia berkumpul bersama orang-orang yang paling ia kasihi di tempat yang paling indah yang pernah ia kunjungi selama ia hidup. Sang ayah menggeleng pelan, membuat Seokjin menaikkan kedua alisnya.

"Tidak, adeul-ah." Sang putra hanya tertunduk, tak mengerti perkataan ayahnya, ia menatap kedua kakinya yang tak beralas.

"Padahal aku sudah berjanji pada mereka." Ia terdiam.

"Aku sudah berjanji pada Taehyung untuk membuat lukisan mereka dengan latar belakang pohon wisteria ini." Ucap Seokjin seraya menatap rerumputan yang ia pijak.


"Aku sudah berjanji pada Jungkook untuk mengajaknya ke Australia." Senyum tipis Seokjin terangkat perlahan.

"Aku sudah berjanji pada Hoseok untuk meminjamkannya buku anatomi manusia." Kali ini Seokjin menggigit bibir bawahnya.

"Aku sudah berjanji pada Jimin untuk membantunya melupakan masa lalunya." Kedua mata Seokjin berubah sayu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

But, I Still Want You [End]Where stories live. Discover now