Enjoy~
***
Deeva, Kiara dan Karrel asyik berbincang-bincang di tengah keramaian kelas. Suara mereka yang cenderung keras tak membuat penghuni kelas merasa keberisikan. Toh mereka juga berisik.
"Bocah gak boleh masuk ke wilayah SMA!"
"Aku bukan anak SMP. Aku anak baru di sekolah ini. Minggir aku mau masuk dan mau ketemu Kak Deeva eh maksudku Deeva,"
Merasa namanya terpanggil Deeva langsung mengalihkan pandangan ke pintu kelas yang mulai ramai. Suara bisik-bisik pelan mulai terdengar dilanjuti dengan tatapan bertanya seisi kelas pada Deeva.
Tanpa mempersalahkan hal tersebut Deeva bangkit diikuti Karrel dan Kiara yang saling bertatapan.
"Misi, ini kenapa sih ribut-ribut?"tanya Kiara sembari menerobos setengah penghuni kelas di depan pintu.
Karrel ikut angkat tangan menangani keramaian yang mulai tak terkendali.
Bocah yang sedang berargumen dengan lawan bicaranya langsung sumringah saat mendapati sosok Deeva yang memperhatikannya. Bocah perempuan itu menarik lengan Deeva secara paksa lalu memelototi lawan bicaranya tadi.
"Aku ada keperluan sama dia. Aku sodaranya! Udah paham kan?"desis bocah itu pada seorang yang tadi menjadi lawan bicaranya.
Deeva menatap bocah itu penuh tanya.
Dia bilang aku sodaranya? Sejak kapan..., batin Deeva heran.
Mata Deeva tak lepas pada bocah perempuan yang menariknya menuju lorong sepi. Memperhatikan bocah itu dengan detail. Rambut panjang sebahu, mata cokelat dengan bulu mata lentik, hidung mancung dan bibir tipis. Mata Deeva beralih pada lengan bocah yang berwarna putih.
"Bentar deh," Deeva menarik lengannya, melepaskan genggaman tangan bocah itu dari lengannya.
"Kita sodara? Kok aku gak tau ya?"tanya Deeva menyuarakan isi pikirannya.
Bocah itu memutar bola matanya dengan jengah. Deeva merasa jengkel dengan tingkah bocah dihadapannya ini.
"Kakak gak bisa diajak kompromi ya? Orang di kelas Kakak tadi hampir bikin aku meledak tau. Kakak bukannya bantuin malah ngeliatin aja. Jahat ih!"ketusnya dengan kedua tangan dilipat di depan dada.
Sikap bocah itu mengingatkan Deeva pada seseorang. Deeva berusaha mengingat.
Tiba-tiba bocah itu menepuk dahinya pelan. "Aku Syahel Kak. Aduh lupa kalau minjem tubuh orang. Aku minjem tubuh orang yang lagi tidur. Tapi tenang aku udah ijin kok," Bocah yang mengaku Syahel itu tertawa pelan.
Mata Deeva membola. "Syahel? Lah bukan masalah tubuh siapa ini. Tapi kok bisa? Maksudku sejak kapan kamu punya kemampuan mengambil alih tubuh orang? Kenapa gak dari dulu aja kamu ngelakuin itu? Terus-"
"KAKAK! Bawel banget sih,"gerutu Syahel dengan bibir mengerucut sebal.
Deeva menghela nafas secara berlebihan. Mencoba mengontrol penyakit keponya yang muncul mendadak.
"Tapi kenapa Hel kok tiba-tiba kamu masuk tubuh orang gitu? Emang kamu mau ngapain?"tanya Deeva perlahan.
Syahel tersenyum sendu. Dia berusaha menghindar kontak mata pada Deeva. "Ada masalah yang harus aku clear-in Kak,"
"Masalah?"
TET TET TET
Suara bel mengterupsi perbincangan mereka. Deeva mencoba menyimpan pertanyaannya dan bertekad menanyakannya lagi saat istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farewell
Teen Fiction"Aku mendengar yang mereka bicarakan dari jarak kilometer. Aku dapat membaca isi pikiran mereka saat menatap mata mereka langsung. Aku dapat melihat suatu yang tak bisa dilihat orang lain. Aku istimewa kan? Dan aku benci itu - Adeeva "Gue orang...