17 : Kiara

13.7K 1.1K 20
                                    

Kiara POV

Flashback On

Aku dan Karrel hanya dapat memandang Deeva yang berlari keluar dari teritori sekolah. Mataku dengan sengaja melirik ke arah Karrel yang jelas-jelas memperhatikan Deeva dengan intens.

Kulangkahkan kaki di hadapannya lalu mengunci pandangan matanya. Hingga dia benar-benar mengkerut heran.

"Apa?"

Tanpa bersuara aku mengedikkan dagu ke jejak arah berlarinya Deeva. Seakan belom mengerti maksudku. Karrel mengangkat satu alisnya lalu berkata,"Gue. Kejar. Deeva? Gitu maksud lo?"

Aku menjentikkan jari puas. Namun rasa puas itu hanya seketika.

"Kejar sana. Kayaknya Deeva lagi terpukul gitu kalo melihat wajahnya yang suram,"tandasku tersirat nada memerintah.

Karrel mengibaskan tangannya. "Gak perlu. Gue yakin dia butuh waktu sendiri,"

Aku mengerjap. Jawaban yang berada di luar dugaanku.

"Terus lo engga nelpon dia atau sms atau line dia gitu? Kasih kalimat motivasi atau-"

"Apa harus gue yang melakukan hal itu semua? Ra, gue bukan pacarnya. Gue cuman temen. T E M E N," jelasnya dengan pengakhiran yang penuh penekanan.

"Tapi-"

"Ngomong lagi gue cium,"ancam Karrel dengan sorot mata serius. Untuk kedua kalinya aku mengerjapkan mata tak percaya.

Tapi bukan berarti diancam seperti itu aku akan diam saja. Saat Karrel berbalik dan hendak melangkahkan kaki menelusuri koridor, aku menghalangi laju jalannya.

"Gak usah nutup-nutupin perasaan lo deh Rel. Kalo lo emang mau kejar Deeva yaudah kejar. Gausah ada rasa gengsi atau gimana,"ucapku dan sejujurnya terdengar sotoy atau gimana. Bahkan aku gak tau perasaan Karrel sebenarnya.

Karrel mencebikkan bibirnya. "Dari dulu sifat sotoy lo ga pernah berubah ya? Plis deh Ra, lo gak ada hak juga untuk nyuruh gue ngejar Deeva,"

Entah kenapa perkataannya seakan menohokku. Aku menelan ludah gugup.

"Lo sayang sama dia kan?" Mempertanyakan hal itu sama dengan aku menyakiti perasaanku sendiri.

Mata Karrel membola. "Maksud lo gue cinta ama dia gitu?"

Aku mengangguk.

Karrel menggelengkan kepalanya tak abis pikir. "Kiara, bukan dia orang yang gue cintai tapi-"

"Bukan Deeva orang yang lo cintai? Lo yakin dengan asumsi lo itu? Jangan hipokrit deh Rel. Gue tau semuanya. Gue tau-"

Sesuatu yang lembut tiba-tiba menempel pada bibirku membuatku otomatis berhenti berbicara. Mataku melotot saat melihat wajah Karrel yang sangat dekat denganku. Bukan, bukan itu yang membuatku terkejut. Ada fakta lain yang benar-benar membuatku terkejut.

KARREL MENCIUMKU!

Dalam ciuman itu tidak terjadi apa. Karrel hanya menempelkan bibirnya ke bibirku. Dan mendiamkannya selama 8 detik. Selanjutnya dia menjauhkan wajahnya dari wajahku. Lalu menatapku dengan sinar mata yang redup.

"Lo harus tau satu hal tentang perasaan gue Ra. Gue sayang sama lo. Pendekatan gue dengan Deeva hanya sekedar rasa penasaran gue ke dia. Namun perasaan gue masih untuk lo. Sampai sekarang sampai detik ini,"

"Gue kecewa saat lo menuding gue dengan mengatakan gue sayang sama Deeva. Oke gue jujur. Gue sayang sama dia sebagai teman. Itu aja gak lebih. Tapi lo bersikeras kalo gue sayang sama dia. Lo gak tau semuanya Ra. Bahkan perasaan cinta gue ke elo aja lo gak sadar sampai gue harus menjelaskannya seperti ini. Gue..." Karrel menundukkan kepalanya lalu berbalik membelakangiku.

FarewellWhere stories live. Discover now