15 : Date (Part 1)

15.6K 1.3K 18
                                    

Mendapat panggilan misterius dari seseorang tak membuat Deeva curiga atau penasaran. Lagipula da sudah tau siapa pemilik nomor yang tak dikenal itu. 

Deeva pun melanjutkan kegiatan membuat mie yang sempat tertunda. Dengan lihai dia menuangkan bumbu dalam kemasan ke mangkuk dan menaruh mie ke dalam panci yang berisi air mendidih. Selang dua menit, suara deru motor terdengar di pelataran rumahnya. 

Deeva terkesiap, menerka-nerka siapa gerangan orang tersebut. Dia pun menyiapkan kuda-kuda untuk lari ke kamarnya jikalau orang itu adalah Kakaknya. To be honest, Deeva tidak takut dengan Kakaknya. Hanya saja kalau dia ketemu dengan Kakaknya, selalu saja ada perdebatan. Perdebatan sepele atau besar. 

Dengan sigap, Deeva langsung mematikan kompor, membiarkan mie-nya masih setengah keras dan setengah lembek lalu menaruhnya ke mangkuk dan mengaduknya asal. 

Suara bel bergema ke seantero rumahnya. Deeva langsung mengambil kesimpulan kalau orang itu bukan Kakaknya. Lagipula untuk apa Kakaknya repot-repot mencet bel kalau dia mempunyai kunci cadangan rumah. Fyi, masing-masing penghuni rumah Deeva memiliki kunci cadangan rumah mengingat keluarga Deeva yang serba sibuk.

"Deev?"

Suara tak asing membuat Deeva secara spontan menghentikan langkahnya untuk ke kamarnya. Saat itu juga Deeva berlari menuju pintu utama dan mendapati sosok yang sudah dapat Deeva tebak.

"Karrel? Eh iya ayo masuk-masuk,"ajak Deeva menyambut kedatangan Karrel yang memang direncanakan. 

Karrel melepas sepatu converse-nya lalu memasuki rumah Deeva dengan agak canggung. Mata Karrel langsung nyalang memperhatikan sekitar. Lalu terpaku pada satu pigura besar berisikan foto keluarga Deeva. 

"Ini lo Deev?"tanya Karrel sembari menunjuk posisi Deeva di foto.

Deeva yang saat itu masih kecil, masih dekat dengan keluarganya dan masih akrab dengan Kakaknya. Bertolak belakang dengan kondisinya sekarang. Seakan foto itu hanya fatamorgana dan kenangan itu hanyalah delusi. 

Deeva menoleh ke arah tunjuk Karrel lalu mengangguk. Karrel kembali menulusuri setiap jengkal foto keluarga Deeva lalu matanya terpaku pada foto seorang anak cowok yang berdiri berdampingan dengan Deeva. 

"Ini..."

"Kakak gue,"kata Deeva saat menyadari ekspresi bertanya dari Karrel. 

"Oh," Karrel hanya manggut-manggut paham. 

Deeva duduk di sofa dan mengajak Karrel untuk duduk bersamanya. Sekaligus ingin menanyakan tujuan Karrel datang ke rumahnya.

"Kenapa kok tumben tiba-tiba minta ke rumah gue?"tanya Deeva sembari meniup-niup mie-nya lalu melahapnya.

Karrel memperhatikan tingkah Deeva geli. Dengan gerakan spontan, Karrel menarik hidung Deeva gemas. Sementara Deeva bersusah payah untuk melepaskan pautan jari Karrel di hidungnya.

"Rel!"

"Elo sih, ada tamu disini bukannya disediain air minum atau apa kek gitu. Elo nya malah makan mie dengan tenangnya tanpa nawarin gue,"argumen Karrel dengan kekehan kecil.

Deeva mendengus. "Iya,iya tuan tamu. Gue bakal kasih lo sesuatu," 

Deeva beranjak ke dapur dengan ogah-ogahan.

"Jangan aneh-aneh!"teriak Karrel saat Deeva sudah berada di dapur.

"KALAU BAWEL,, GUE KASIH YANG ANEH-ANEH!"teriak Deeva gak mau kalah. 

Karrel tertawa keras sampai ia bisa mendengar Deeva menggerutu. Karrel juga heran, Deeva yang sekarang tampak bebas. Tidak kaku ataupun datar. Suatu hal langkah buat Deeva.

FarewellNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ