16 : Date (Part 2)

16.7K 1.3K 16
                                    

Deeva berjalan di belakang Karrel dengan pandangan bertanya-tanya. Mata Deeva tertumbuk pada tangannya yang dipegang erat oleh Karrel.

Kali ini berbeda.

Deeva tak merasakan debuman keras dari jantungnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi Deeva jika Karrel menyentuhnya, dia akan merasakan tegangan dari dalam dirinya. Namun sekarang dia tidak merasakan tegangan itu.

Deeva mengambil kesimpulan kalau ada sesuatu dalam diri Karrel. Dan dia bertekad akan mencari tau sesuatu itu.

Karrel berbalik, otomatis pegangan tangannya terlepas. Matanya menyipit, memperhatikan Deeva dari atas sampai bawah.

"Lo mau pergi pake piyama? Huh?"tanya Karrel setelah sekian detik memandangi Deeva.

Deeva langsung menundukkan kepalanya memperhatikan dirinya yang ternyata kucel abis. Semburat merah mulai merambat ke wajahnya yang langsung ia umpati dengan jaket yang dipinjam Karrel tadi.

"Oke. Pertama kita ke toko dulu beli baju buat lo. Baru kita ngedate!"usul Karrel bersemangat. Namun Deeva dapat menangkap air muka keanehan dari Karrel.

Saat Karrel hendak melangkah, Deeva bersuara.

"Definisi date itu bagi lo apa sih? Kayaknya gampang banget pergi berdua sama gue disebut ngedate."tandas Deeva menatap manik mata Karrel langsung. Mencari tau keanehan dalam diri Karrel.

Karrel menaruh telunjuknya di dagu memasang tampang berpikir. Namun Deeva yakin 100% Karrel tidak benar-benar sedang berpikir.

"Mungkin jalan berdua sama cewek gue sebut dengan date,"jawab Karrel asal.

Selanjutnya, dia sudah melangkahkan kaki di depan Deeva. Seakan ingin menghindar dari percakapan mereka.

***

Karrel menuntut Deeva ke cermin. Deeva nyaris terbelalak dengan sosok yang berada dalam cermin. Tampak berbeda sangat dengan Deeva yang biasanya.

"Rel dandanan kayak gini bukan pribadi gue banget. Bisa-bisa gue gak ngenalin diri gue sendiri,"tukas Deeva saat Karrel terus memujinya.

Karrel mendengus kesal. "Yaudah terserah lo aja. Sana pilih baju yang lain!"balas Karrel terkesan ngambek.

Deeva menghembuskan nafas secara berlebihan lalu masuk kembali ke fitting room. Sebelum ia berganti dengan piyamanya, Deeva kembal bercemin. Menatap penampilannya dengan ragu.

Rok selutut berwarna hitam dengan atasan crop tee bergambar panda, menurut Deeva penampilan seperti itu sedikit feminim dan enggak mencerminkan Deeva yang agak horror.

Sumpah.

Dapat Deeva rasakan ia mengembuskan nafas pasrah. Tanpa berganti pakaian lagi, ia menyingkap tirai ruang ganti dan mendapati Karrel yang berdiri berjarak lima meter darinya.

"Berubah pikiran?"sindir Karrel dengan alis terangkat satu. Deeva mengangkat kedua bahunya tak minat.

Bibir Karrel berkedut menahan tawa. Ia membunuh jarak dengan Deeva lalu mengamit tangan Deeva. Membawanya ke cashier.

"Pede dikitlah. Lo cantik kok,"

Deeva terkesiap, ia menggelengkan kepalanya.

Bukan. Bukan karena dia malu dipuji. Tapi...

Karrel gak pantas memuji orang dengan sorot mata yang penuh dengan kehampaan.

*

*

*

Deeva memandangi salah satu lukisan yang menarik perhatiannya sejak ia memasuki gedung pameran lukisan. Lukisan itu emang agak terkesan Deeva banget. Agak mistis dan nyentrik.

FarewellМесто, где живут истории. Откройте их для себя