Pengabdian Untuk Negeriku #1

2K 24 15
                                    


Di kisahkan, ada seseorang bernama Waras. Aneh memang namanya, tapi dibalik keanehan namanya ... dia merupakan orang yang sangat pintar. Dia orang yang jujur. Tapi sayang, dia orang yang mudah putus asa. Sekali dia terjatuh, dia tidak mau bangkit di tempat ia terjatuh. Dia memilih menjauh dan bangkit di tempat lain. Akan tetapi, kepintarannya itu membuat dia hampir melakukan semuanya dengan sempurna. Apapun rintangan yang menghampiri dirinya, semua bisa ia lewati. Semua masalah yang menghampirinya, dapat ia selesaikan dengan kepintarannya tersebut. Tapi semua itu hanya hampir. Tidak semua masalah, tidak semua rintangan yang datang menghampirinya bisa ia selesaikan dengan kepintarannya.

Contohnya saja saat ini. Hari ini ia sedang mencari pekerjaan sebagai guru di sekolah-sekolah. Sudah 40 sekolah ia datangi, tapi tidak ada yang menerimanya. Ia selalu gagal saat wawancara. Hari sudah sore, tapi ia masih belum dapat pekerjaan. Sudah 20 hari ia melamar pekerjaan tapi belum dapat. Rasanya ingin meyerah saja. Tapi ia sadar, perjuangannya sudah banyak. Ia juga harus menghidupi keluarganya. Ia melangkah seraya mengusap peluh yang menetes di dahinya, hingga tanpa sadar kini ia sudah sampai di depan pintu rumahnya.

"Assalamua'laikum," salamnya.

"Waa'laikumsalam," jawab kedua orangtua Waras.

"Sudah pulang, Nak?" tanya Cinta, ibu Waras.

"Sudah dong, Bu. Kalau aku belum pulang, aku nggak akan ada di rumah," jawab Waras malas.

"Iya, ya. Sudah dapat pekerjaan?" tanya Cinta.

"Belum, Bu. Lagi-lagi, aku gagal dites wawancara," jawab Waras bersedih.

"Ooh, begitu. Sudah 20 hari kamu mencari pekerjaan tapi belum dapat sekolah yang mau nampung kamu. Sudah berapa sekolah yang kamu datangi?"

"Sudah 40 sekolah, Bu. Tinggal 1 sekolah lagi. Tapi karena hari sudah sore, aku memutuskan untuk pulang dan melanjutkannya besok pagi," jawab Waras

"Ooh, begitu. Tetap semangat, ya, Nak. Mungkin 40 sekolah itu bukan rejekimu. Mungkin sekolah yang terakhir adalah rejekimu. Berdoa saja supaya kamu diterima di sekolah terakhir itu," ucap Cinta memberi semangat pada anaknya.

"Iya, Bu. Waras tidak akan patah semangat, dan Waras akan berdo'a agar bisa diterima," ucap Waras dengan mata yang berbinar-binar.

"Oh, ya, ayah belum pulang, Bu?" tanya Waras.

"Belum. Mungkin sebentar lagi," jawab Cinta.

"Assalamua'laikum," salam seseorang dari luar.

Orang tersebut masuk ke dalam rumah. Cinta dan Waras menolehkan kepalanya dan menemukan sosok seorang pria yang tidak lain adalah bapak Si Waras. Beliau berdiri sambil tersenyum menatap kedua wanita yang ia sayangi.

"Ayah, kenapa? Kok, senyum-senyum?" tanya Waras heran.

"Tidak. Tidak ada apa-apa. Bapak hanya lagi senang saja," jawab Alex, ayah Waras.

"Yang bener?" tanya Cinta mencurigai Alex.

"Iya, bener. Oh, ya, nanti setelah makan malam jangan langsung ke kamar, ya, Waras. Ayah mau ngomong," pinta Alex.

"Iya, Yah. Kalau gitu aku mau mandi terus ganti baju dulu," pamit Waras.

Waras berjalan meninggalkan ruang tamu, menaiki setapak demi setapak anak tangga hingga tiba di salah satu bilik yang tidak lain adalah kamarnya. Cinta memilih untuk menyiapkan air mandi Alex, suaminya, namun ditahan oleh Alex karena ingin membincangkan sesuatu yang sepertinya sangatlah penting.

"Emangnya kamu mau ngomong apa, sih?" tanya Cinta.

"Waras sudah 20 hari belum dapat pekerjaan. Lalu ada temanku yang memberikan tawaran bagus. Bagaimana ... kalau Waras ngajar di Papua saja? Tepatnya di kabupaten Puncak Jaya, kecamatan Mulia," jelas Alex

Kumpulan Kisah InspiratifKde žijí příběhy. Začni objevovat