Mawar Hitam #2

222 5 0
                                    

Bi Inan pun pergi mencari ustaz yang sekiranya ada waktu untuk membantu kami. Di perumahan ini ada dua ustaz, dan mereka adalah orang-orang sibuk, banyak mengisi acara di mana-mana, jadi jarang ada di rumah. Aku berharap kali ini mereka ada walau hanya sebentar.

Sudah sepuluh menit Bi Inan meninggalkan diriku sendirian di rumah dengan suasana mencekam ini. Mengingat kejadian semalam, seketika rasa takut menjalar di tubuh, dan otakku memikirkan hal bukan-bukan. Sial! Aku terpaksa menunggu di luar rumah seraya membaca ayat suci dalam hati, setidaknya untuk menetralisir rasa takut berlebihan. Tak lama kemudian, sosok Bi Inan dengan seorang ustaz yang kukenal bernama Ustaz Amir pun datang.

“Syukurlah, Ustaz Amir bisa membantu kami.”

Ustaz Amir tersenyum padaku lalu menatap sekeliling rumah bagian luar ini dengan mata tajam. Aku tidak paham apa yang ditangkap mata beliau. Setahuku, beliau memiliki kemampuan untuk melihat makhluk halus. Ah, aku hanya tidak siap jika Ustaz Amir mengatakan yang tidak-tidak.

“Mari kita masuk, Pak,” ajakku sopan.
Ustaz Amir masuk lebih dulu, barulah aku, dan Bi Inan. Kugenggam tangan Bi Inan dengan erat, rasanya tidak ingin terpisah karena ketakutan yang semakin besar.

“Saya seperti merasakan ada sebuah benda misterius, ya?” tanya Ustaz Amir.

Kepalaku mengangguk lalu mengambil bunga mawar hitam di atas meja ruang tamu, bunga itu sudah dibungkus dengan plastik.

“Dapat ini dari mana?”

Aku dan Bi Inan saling bertatapan. “Di halaman depan rumah.”

Ustaz Amir membuka plastik yang menutupi bunga itu, lalu membacakan ayat suci di hadapan bunga tersebut. “Sebenarnya bunga ini dikirim untuk menyelakai kalian.”

Dahiku berkerut. “Apa ada hubungannya dengan rumah ini?”

“Ya, bunga ini membuat penghuni rumah marah karena sudah mengusik.”

Aku bergidik ngeri, baru kali ini aku percaya tentang sejarah rumah ini.

“Kalian tidak perlu khawatir, hanya bunga ini yang berdampak buruk dan menyebarkan aura negatif di rumah ini. Penghuni di rumah ini marah karena adanya penghuni lain yang memancarkan keburukan,” jelas Ustaz Amir sambil memasukkan bunga itu ke dalam plastik.

“Apa penghuni rumah ini tidak mengusik kami lagi?” tanya Bi Inan dengan hati-hati.

Ustad Amir tersenyum seraya menatapku. “Syukurnya tidak. Nara dilindungi oleh sosok yang sangat baik. Seorang wanita muda yang dibunuh secara tidak sengaja.”

Dahiku berkerut, lagi. “Wanita muda? Siapa itu?”

“Sepertinya dia adik dari ayahmu. Dia akan melindungi kalian berdua, jika kalian melakukan hal positif di rumah ini. Kalian tidak perlu takut, lakukan pengajian rutin setiap malam jumat dan pengajian besar sebulan sekali. Saya hanya menyarankan yang terbaik saja,” ujar Ustaz Amir memberikan saran yang menurutku sangat bagus.

“Apa penghuni di rumah ini tidak bisa diusir?” tanyaku, hati-hati.

“Tidak bisa. Mereka meninggal di sini, jadi bagi mereka rumah ini adalah rumah mereka. Mereka hanya minta ketentraman dan kenyamanan saja. Mereka yang meninggal di rumah ini, kebanyakan adalah orang-orang baik semasa hidupnya.”

“Saya dengar, rumah ini dijadikan sebagai tempat pembunuhan bagi siapa pun yang tidak bisa membayar utang pada kakek saya. Apa itu benar?” tanyaku, penasaran.

“Tidak. Itu berbanding terbalik, ayah saya adalah teman kakekmu. Mereka sangat taat pada agama, sering menggelar pengajian di rumah ini. Jangan dengarkan kata orang-orang di luar sana, mereka hanya iri karena tidak bisa mendapatkan tanah di sini.”

Dahiku semakin berkerut. “Maksudnya, Ustaz?”

Jadi, tanah rumah ini, dulu menjadi rebutan warga. Kebetulan keluarga Nara adalah orang berada, pendatang kaya yang langsung bisa membayar tanah ini dengan harga sesuai permintaan. Warga iri dan marah, mereka melakukan banyak cara untuk menyingkirkan kakek, istri, dan anak-anaknya. Mereka tidak ingin ada yang bisa mewarisi rumah ini, agar bisa dibongkar dan tanahnya dijual kembali. Waktu itu, tanah ini yang paling luas dan murah, tapi warga tetap menawar agar harganya lebih murah lagi. Karena pemilik tanah tidak mau, tidak menjualnya sampai kakek Nara datang membeli dengan harga sesuai.

Penuturan Ustaz Amir membuat hatiku sakit, setega itu warga sampai ingin menyingkirkan keluarganya dulu.

“Lalu hari pembunuhan itu tiba, hanya ayahmu yang selamat dan berhasil keluar dari rumah ini. Dia meminta pertolongan pada ayah saya, kami mengamankannya di rumah kami beberapa hari. Akhirnya pemilik tanah melapor pada polisi dan meminta warga yang menentang untuk angkat kaki dari perumahan ini. Mereka menolak, akhirnya dibiarkan tapi dengan syarat, berhenti bertindak kriminal atau diusir. Pelaku utama yang membunuh kakek, nenek, dan tantemu sudah mendapatkan ganjarannya,” Ustaz Amir seakan membuka memori kelam itu dan membuatku bergidik.

“Lalu, apa benar bahwa jenazah mereka dikubur, di belakang rumah yang sekarang jadi kolam renang?” tanya Bi Inan.

“Tidak, mereka dikubur dengan layak. Kalian jangan dengarkan itu,” pinta Ustaz Amir.

“Maaf, Ustaz. Apa makhluk halus yang saya lihat semalam, ada kaitannya dengan bunga mawar hitam itu?” tanyaku.

Ustaz Amir terdiam, dahinya tiba-tiba berkerut dan kepalanya miring kekanan, seolah ada yang sedang membisikkannya.

“Bukan, itu tantemu. Dia hanya ingin melihat ponakannya saja.”

Aku terenyuh mendengarnya, “Tolong sampaikan salamku padanya, Ustaz.”

“Tidak perlu saya sampaikan, dia mendengarnya. Dia selalu mendengar dan melihat apa yang kalian lakukan. Tidak perlu khawatir, dia baik.”

Aku tersenyum lebar mendengar penuturan Ustaz Amir. Setelah semuanya selesai, Ustaz Amir pamit pulang dengan membawa mawar hitam misterius itu. Setidaknya, aku bisa bernapas lega setelah ini, kasihan juga Bi Inan yang selalu ketakutan karena diusik sosok dari mawar hitam itu.

*****

Kami bisa mengambil hikmah atas semua ini. Berhati-hati dan tidak bisa sembarangan mengambil apa yang bukan milik kita. Kita tidak tahu niat orang lain memberikan sesuatu pada kita, sebelum kita membawanya masuk ke dalam rumah, maka lebih baik berdoa lebih dulu agar dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dan satu lagi, tak perlu telinga kita mendengar hal yang tak seharusnya kita dengar kecuali yang mengarah pada kebaikan.

*****

Selesai

By : Somplaker

bby_widis

~~Terima kasih sudah membaca~~

Kumpulan Kisah InspiratifWhere stories live. Discover now