Dra

498 9 10
                                    

Gesekan semak-semak membuat suara sangat gaduh. Seorang gadis dengan cepat berlari. Beberapa kali ia terjatuh karena takut pada makhluk menyeramkan yang terus mengejarnya.

Gadis itu memang sudah merasa lelah, hanya saja rasa takut mengalahkan rasa lelahnya yang membuat ia terus berlari. Gadis itu sesekali menatap ke belakang dan melihat jika monster itu masih mengejarnya.

Dia menemukan sebuah celah pada akar pohon yang benar-benar besar. Gadis itu bersembunyi di sana sambil berdoa agar monster itu tidak menemukannya.

Suara geraman dari monster membuat gadis itu semakin ketakutan. Dari tempatnya, ia dapat melihat monster sedang mencarinya. Wajah yang benar-benar tidak terbentuk dan mengeluarkan bau anyir, membuatnya semakin ciut.

Gadis itu menutup mulutnya untuk menahan agar ia tidak menjerit. Ia seharusnya tidak masuk ke hutan ini. Dan seharusnya bisa melawan rasa penasarannya sehingga tidak masuk ke hutan ini.

Berawal dari sebuah rumor mengenai penampakan sebuah makhluk aneh membuat gadis itu penasaran. Ia ingin melihatnya secara langsung. Akal sehatnya mengatakan jika itu adalah hal berbahaya, bukan karena makhluk itu melainkan hewan buas yang berada di hutan itu. Tetapi rasa penasarannya mengatakan, jika ia harus memasuki hutan itu.

Monster menghilang. Gadis itu secara perlahan keluar dari persembunyian dan kembali berlari, keluar dari hutan itu. Tetapi ada sesuatu yang menabraknya sehingga ia terjatuh. Gadis itu berbalik dan melihat bahwa monster itu sedang menatapnya tajam.

Gadis itu bergetar ketakutan, ia bergerak mundur dengan perlahan saat melihat monster itu mendekatinya. Terus bergerak hingga punggungnya mengenai sebuah batang pohon dan tidak bisa bergerak lagi.

Gadis itu menelan ludahnya, dia berdoa agar monster itu tidak melakukan hal yang aneh. Monster itu hanya menatapnya tanpa melakukan apapun. Wajahnya yang tidak terbentuk terpampang di depan wajahnya.

“Ma-mau apa kau?”

Gadis itu bertanya pada monster secara spontan. Ia tahu jika itu adalah hal yang sia-sia, tapi rasa takut tak dapat dihindari. Monster itu menggeram pelan membuatnya kembali ketakutan.

Mulut monster itu terbuka dan menampilkan gigi yang banyak dan terlihat sangat runcing. Gadis itu semakin merasa ketakutan. Ia menutup mata karena merasa ini adalah akhir dari hidupnya. Namun, sudah lama dirinya menutup mata, tak ada apa pun yang terjadi. Dengan sisa keberanian, matanya terbuka perlahan dan mendapati mosnter tersebut telah mengatupkan mulut.

Gadis itu mulai penasaran dengan monster yang berada di depannya. Terlepas dari wajah yang mengerikan, tubuh monster itu dipenuhi dengan bulu berwarna coklat dan terlihat sangat lebat dan lembut.

Tangan gadis itu secara perlahan terulur untuk mengelus bulu sang monster dengan pelan. Sementara monster itu mendengkur layaknya seekor kucing.

Gadis itu mulai berani untuk mengelus lebih. Kali ini ia mengelus dengan kedua tangannya. Dirinya merasa kagum dengan bulu sang monster. Benar-benar lembut dan lebat, seperti boneka.

Monster itu kembali menegakkan tubuhnya. Wajah sang monster sudah mulai terbentuk dan tidak terlihat mengerikan seperti semula. Gadis itu merilekskan tubuhnya, dia memperhatikan monster itu yang mulai mundur.

Cara berjalannya seperti kucing, mempunyai empat kaki, dan ekornya yang  panjang dengan duri berada pada ekornya.

“Aku ... aku Clara, apa kau punya nama?”

“...”

“Apa kau mengerti apa yang kukatakan?”

“...”

“Sepertinya kau mengerti, kalau begitu ... aku akan memanggilmu Dra. Itu nama yang bagus bukan?”

Monster itu hanya menggeram pelan. Gadis itu, Clara, berdiri dan menatap sang monster yang juga sedang menatapnya.

“Kalau begitu, maukah kau mengantarkanku keluar dari hutan?”

Monster itu menggeram marah. Dia menabrakkan tubuhnya pada Clara hingga terjatuh. Monster itu menggenggam lengan Clara dengan kakinya yang memiliki kuku panjang dan tajam.

Clara membelalakkan mata saat melihat keadaannya. Ia mencoba untuk tenang dan memahami perasaan sang monster. Dirinya tahu, kalau monster ini juga memiliki rasa takut jika masyarakat mengetahui mengenai keberadaannya di hutan ini.

Clara menatap monster itu tepat di kedua bola matanya yang terlihat ingin keluar dari tempatnya.

“Aku tidak akan memberitahu keberadaanmu pada siapapun.” Clara tidak akan melakukan hal sekejam itu. Ia berjanji akan sering mengunjungi Dra.

Clara tersenyum pada monster itu. Ia tidak boleh terlihat takut, dirinya hanya harus terlihat tenang untuk bisa dipercayai oleh sang monster.

Monster itu mundur dan menggeram. Dia mendorong Clara agar berjalan beriringan dengannya. Rasa aneh muncul dalam pikiran Clara, mengapa dirinya tak lagi takut pada monster itu?

Clara menatap monster yang berada di sampingnya itu lalu tersenyum. Baru saja ia melakukan aksi kejar mengejar dengan monster itu. Dan sekarang ... dirinya berjalan beriringan hingga akhirnya jalan raya pun terlihat. Tatapannya tepat ke samping, pada sang monster yang juga melakukan hal sama.

“Nah, aku harus kembali sekarang.”
Clara berbalik dan melihat bahwa monster itu sudah menjauh. Sambil tersenyum tipis dan bernapas lega, ia mulai melangkah menjauh.

“Mungkin aku tidak harus memberitahu keberadaannya di hutan itu. Biarkanlah itu menjadi mitos. Toh, itu dia tidak berbahaya, kan?” ujar Clara. Ia mengambil hikmah dari kejadian ini bahwa hal yang terlihat buruk belum tentu membayakan hidup kita. Bisa jadi itu adalah salah satu anugerah yang diberikan untuk kita jaga.

*****

Selesai

By : Somplaker

Aldyva12

~~Terima kasih sudah membaca~~

Kumpulan Kisah InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang