Mawar Hitam #1

351 6 0
                                    

Apa yang dilihat saat ini, tidak seperti kenyataan. Bunga mawar hitam penuh misteri masih terus menghantui, tanpa pemilik jelas. Bunga itu segar dan bewarna hitam asli, bukan dari pewarna apa pun. Entah si pemilik meninggalkannya, atau memang sengaja meletakkan di depan rumahku. Sudah seminggu aku terus mencari tahu siapa pemilik bunga tersebut. Mengapa misterius?

Selain tanpa pemilik jelas, bunga ini bisa berpindah-pindah tempat dalam enam jam sekali. Aku sendiri tidak bisa tidur saat memikirkan ketidakwajaran ini. Apa lagi hanya tinggal berdua dengan asisten rumah tangga di rumah besar dan bergaya klasik.

Rumah ini adalah peninggalan kakek dari ibuku yang sudah lama meninggal dunia. Orang bilang, dulu rumah ini dijadikan perkumpulan para pembunuh wanita. Katanya, setiap wanita yang memiliki masalah utang piutang dengan kakekku, maka akan dibawa ke sini lalu diperlakukan dengan tidak baik. Jika berontak, maka mereka akan dibunuh dan dikubur di halaman belakang rumah yang sekarang diubah menjadi kolam renang.

Aku sendiri tidak percaya dengan kata-kata orang, karena selama delapan belas tahun aku tinggal di sini, tidak pernah ada kejadian apa pun, kecuali setelah bunga misterius ini datang. Kedua orangtuaku sedang ada kerjaan di luar kota, karena aku anak tunggal, alhasil tidak ada teman selain Bi Inan. Kata bibi, semenjak adanya bunga misterius itu, rumah menjadi aneh. Kadang terdengar suara orang berbisik, lalu bernyanyi, teriak, suara langkah kaki, dan satu lagi, bunga itu berpindah tempat setiap enam jam sekali. Semua itu terjadi saat aku sedang tidak di rumah. Antara percaya dan tidak, tapi tidak mungkin juga jika bibi berbohong hanya untuk menakutiku.

Bi Inan sudah lama bekerja di sini, sebelumnya tidak ada kejadian yang ganjil dan membuatnya takut. Namun satu minggu ini, semua berubah dan sangat mencekam. Kata bibi, beliau merasa tinggal di kuburan yang ada di tengah hutan. Aku pernah bermaksud membuktikannya, namun ... tidak pernah berhasil.

Kadang aku terbangun di malam hari, keluar kamar, ke dapur, kolam renang, balkon, tapi tidak ada apa-apa. Sedangkan bibi, jika bangun tengah malam, maka ia akan melihat penampakan atau yang lainnya.
Pagi ini aku terbangun pukul empat, padahal baru tidur tiga jam yang lalu karena tugas kampus menumpuk. Bergegas ke kamar mandi, lalu ke dapur karena tenggorokanku terasa sangat kering. Saat sedang menuruni anak tangga, aku melihat Bi Inan sedang memasak. Ah, ternyata bibi selama ini membuatkan sarapan untukku butuh perjuangan bangun pagi. Luar biasa.

"Masak apa, Bi?" tanyaku, sambil membuka kulkas dan mengambil minum.

"Nasi goreng," jawabnya singkat.

"Emangnya, bibi selalu bangun jam segini, ya?" tanyaku lagi.

Bibi mengangguk, tidak memberi jawaban satu pun. Selesai minum, aku bergegas kembali ke kamar. Betapa terkejutnya saat melihat Bi Inan keluar dari kamarnya dengan wajah khas bangun tidur dan masih mengenakan daster.

"Non, bibi jadi kaget," ucapnya.
Aku masih terpaku, pandanganku teralih dari wanita itu dan dapur.

"Non, kenapa? Seperti melihat set ...," capannya terhenti, membuat mataku beralih menatapnya lagi. Bibi diam dan langsung melangkah mendekatiku dengan tangan yang bergetar.

"Non, kenapa sudah bangun jam segini?" tanya Bi Inan setengah berbisik.

"Aku haus, Bi."

Dahi Bi Inan berkerut dalam. "Bukannya tiga puluh menit lalu sudah ambil minum untuk dibawa ke kamar, ya? Emangnya sudah habis?"

Kali ini dahiku yang berkerut mendengar penuturan bibi, "Aku sudah tidur tiga jam."

"Ya ampun, Non. Ini baru jam sepuluh, mana mungkin sudah tidur tiga jam. Apa lagi, Non Nara tidur selalu larut malam, kadang jam satu atau jam dua."

Mataku mendelik, beralih menatap jam berukuran besar di dekat tangga. Jantungku terasa ingin lepas saat melihat jam besar itu, masih pukul sepuluh malam.

"Non baik-baik saja, kan?" tanya Bibi, hati-hati.

Aku gugup, bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin salah mataku melihat jam di kamar tadi, pukul empat. Apa jam itu rusak? Itu adalah jam yang baru kubeli karena yang lama sudah tidak berfungsi.

Sentuhan telapak tangan Bi Inan yang dingin di pundak, membuatku tersadar dari lamunan yang menyesatkan. Seketika tubuhku terasa sangat dingin, ditambah lagi baju tidur yang kupakai tidak menutupi lengan.

"Aku baik-baik saja, Bi," jawaban yang sangat tidak masuk akal.

"Jangan berbohong, apa yang mengusik pikiran Non Nara?" tanya Bibi, memastikan. Kepalaku menggeleng lalu segera beranjak meninggalkan Bi Inan yang masih terlihat tak percaya. Malam ini aku benar-benar membuktikan semua yang diceritakan olehnya. Sial!
Yang pertama kali kulihat saat masuk ke dalam kamar adalah jam, ternyata masih pukul sepuluh malam, lalu yang tadi itu aku lihat jam siapa?

Jelas-jelas tadi jarum jamnya tepat diangka empat. Rasanya kepalaku berdenyut mengingat sosok yang ada di dapur tadi. Kalau aku bilang pada Bi Inan, wanita itu juga pastinya akan takut. Jadi, sepertinya aku akan mengatakan kejadian ini besok pagi, saat sedang sarapan.

*****

Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Sial! Aku kesiangan gara-gara semalam bertemu sosok misterius itu dan keganjalan yang semakin jelas di rumah ini. Saat mataku beralih, aku terjingkat dengan adanya bunga mawar hitam misterius di atas nakas. Baiklah, ini sudah begitu jelas. Lebih baik hari ini aku tidak ke kampus dulu, memanggil ustaz untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya pada rumah peninggalan kakekku ini.

Apakah yang dikatakan orang-orang benar? Atau ... kejadian ini karena bunga mawar misterius ini? Entahlah.
Aku bergegas mandi lalu memutuskan untuk menemui Bi Inan, agar mau membantuku memanggil ustaz yang bisa membersihkan rumah ini jika memang ada makhluk halusnya.

~~

Lanjut sebelah yups🤗

By : somplaker

bby_widis

~~Terima kasih sudah membaca~~

Kumpulan Kisah InspiratifWhere stories live. Discover now