08. Racun sang Pangeran Kegelapan

263K 13K 905
                                    

"Christoff kerajaan Phonix telah mengerahkan anak buahnya untuk mencari Hamerra."

"Lalu?" tanya Christoff pada Zavad dengan tatapan datarnya.

"Lalu jika mereka mengetahui Hamerra kita sekap disini, maka, peperangan akan terjadi antara Negri putih dan Negri hitam." sergah Igor dengan tenang. Memang di antara para abdinya, Igor adalah yang paling berani menghadapi Christoff selain sang guru, Yakov.

Christoff tergelak mengejek dengan mengedarkan pandangan pada para Abdi terdekatnya itu, Igor, Zavad dan Dimitri.

"Hal tersebut tidak akan terjadi, mungkin sekarang Negri Putih sedang berbahagia karena Putri pembawa aib untuk kaum mereka telah menghilang."

"Lalu bagaimana dengan panglima perang Phonix? Kita semua tau bagaimana kekuatannya. Dan ia sangat gigih untuk mencari keberadaan Hamerra."

"Aresh memang kuat, tapi ia bukan tandinganku." Christoff menatap dingin pada Dimitri dengan nada tidak suka. Karena perkataan Dimitri seolah kekuatan Christoff tidak sebanding dengan kekuatan panglima perang Phonix yang tidak ada apa-apanya jika dibandingin dirinya.

"Memang benar, tapi para penghuni kastil benar-benar tidak nyaman dengan keberadaan Hamerra----"

"Tidak nyaman karena wanginya yang menggairahkan tenggorokan kalian? atau... karena kecantikannya yang membuat kalian penasaran sampai sulit menahan nafsu?" tanya Christoff dengan memotong perkataan Zavad. Ia kembali mengedarkan matanya pada yang lain untuk menuntut jawaban, namun para Abdi yang sudah di anggap kerabatnya itu hanya bisa terdiam.

Christoff tersenyum miring,

"Apa kau melupakan Nill? Kejadian yang menimpa Nill akibat tersentuh tangan terkutuk Hamerra menyebabkan ia sampai sekarang masih berjuang dengan nyawanya."

"Dan itu salah satu alasan penghuni kastil tidak nyaman dengan keberadaan Hamerra." lanjut Dimitri menimpali ucapan Igor.

"Meredith sedang berusaha mencari penangkalnya untuk kesembuhan Nill." Christoff memejamkan matanya mencoba berfikir keras.

"Tapi ini sudah lebih dari 3 minggu Christoff---"

"Aku percaya pada kemampuan Meredith!" Christoff membuka matanya kembali.

Meredith adalah iblis tertua di kastil Astaroth. Kemampuannya meracik ramuan penangkal racun sudah tidak di ragukan lagi. Dan Christoff menugaskan Meredith untuk mendampingi Hamerra bukan tanpa alasan. Selain dirinya, Raja Salazar, Valerian, Elektra dan Yakov, dan juga para pemburu Astaroth, Meredith adalah satu-satunya pelayan dari kaumnya yang bisa menahan hawa nafsunya dengan baik.

Christoff menatap satu persatu Abdinya dengan serius,

"ku ingatkan kalian semua untuk menahan hasrat membunuh, jika tidak, kalianlah yang akan mati. Terlebih.... Hamerra hanya milikku! Paham?!"

Christoff bangkit dari kursi dengan kasar, lalu ia beranjak melenggangkan dirinya meninggalkan para abdinya begitu saja.

*****

Hamerra beberapa kali memuntahkan cairan biru dari mulutnya, kondisinya begitu lemah membuat Meredith begitu khawatir. Wajahnya pucat sepucat batu kapur. Mulutnya mulai membiru, Kuku-kukunya sudah mulai menghitam. Tubuhnya menggigil dengan leher yang menghitam bekas cekikan Christoff.

Tidak ada yang bisa di lakukan pelayan tua itu karena belum ada perintah dari Christoff untuk mengobati atau setidaknya mencegah luka dalam yang di alami Hamerra. Terlebih memang tidak ada obat yang mampu menyelamatkan bidadari malang itu, karena Christoff telah menancapkan kuku beracunnya pada leher Hamerra. Jika pun ia di perintahkan Christoff untuk mengobatinya, meredit hanya bisa memberikan ramuan penahan sakit untuk sementara.

Dewi HamerraWhere stories live. Discover now