10. Perubahan sang Pangeran Kegelapan (part II)

245K 13K 653
                                    

Play list : Beautiful - Crush

*****

"Pelempar yang bagus."

Gumam Christoff dengan seringai jahatnya.

_________________________________
_________________________________

Hamerra menelan salivanya dengan susah payah, ketika ia menyaksikan Christoff dengan tenangnya mencabut pisau yanh menancap di telapak tangannya.

Hamerra bergidik ngeri karena pisau itu sampai menembus punggung tangan Christoff.

Darah mengucur cukup deras ketika pisau itu berhasil di cabut. Hamerra menahan nafas, menunggu pembalasan dari Christoff, mungkin sebentar lagi ia yang akan merasakan ketajaman dari pisau itu.

Dengan masih ketenangan yang luar biasa tanpa memperlihatkan kesakitannya, Christoff mengambil sapu tangan di balik jubahnya, lalu ia melilitkan dengan asal sapu tangan tersebut pada tangannya untuk mencegah darahnya mengalir.

"Makanlah."

Perintah Christoff dengan tegas pada Hamerra sambil meminum minuman didalam gelasnya dengan santai seolah tidak terjadi insiden apa-apa di antara mereka berdua.

Hamerra pun menurut, dengan perasaan tidak enak hati.

"Kau... tidak membalasku?" gumam Hamerra bertanya sambil memotong daging di piringnya.

"Itu yang kau mau?"

"Biasanya itu yang kau lakukan padaku, saat aku berontak padamu."

"Aku sedang tidak berselera menyiksa seseorang."

Hamerra menghembuskan nafas yang sedari ia tahan dengan kasar.

"Baguslah, tubuhku juga sedang tidak siap menerima siksaan darimu."

"Kalau begitu jangan terus memancing emosiku, karena aku jarang bersikap sabar seperti sekarang."

"Kalau begitu jaga bicaramu agar aku tidak memancing emosimu."

Christoff terkekeh pelan dan hal tersebut membuat Hamerra terdiam di tempat dengan menatap takjub pada Iblis itu. Ini kedua kalinya Christoff tertawa di depannya. Jujur saja, suara tawanya cukup merdu karena suara berat yang ia punya, dan Christoff terlihat normal layaknya makhluk yang mempunyai sebuah hati ketika ia mengeluarkan suara tawanya.

Hamerra memilih memfokuskan dirinya pada makanan di piringnya, ia memakan makanan nya secara perlahan.
Tidak ada suara yang keluar dari mulut keduanya, karena baik Hamerra ataupun Christoff sama-sama memfokuskan dirinya dengan santapannya masing-masing.

Hamerra menyimpan garpu dan pisaunya di atas piringnya yang sudah kosong. Ternyata ia kelaparan.

Dengan sedikit perasaan malu, ia melirikan matanya pada Christoff. Hamerra mencoba menyunggingkan senyumnya pada iblis itu yang ternyata sedang memperhatikannya.

"Kau terlalu banyak berpura-pura." cibirnya dengan menggelengkan pelan kepalanya.

"Bukan seperti itu, aku hanya tidak tega saja jika di depan mataku kau menyantap---"

Dewi HamerraWhere stories live. Discover now