Part 19

82.8K 3.3K 70
                                    

Jangan lupa Vote

Happy Reading

Rayhan berjalan keluar kamarnya. Ia tak menemukan Clara di sana.

"Dimana Clara?" tanya Rayhan saat berpaspasan dengan pelayan.

"Nona ada di taman belakang Tuan. Nona tidak beranjak dari tadi pagi dari sana" sahut pelayan itu. Hari bahkan sudah sore, entah apa yang di pikirkan Clara, hingga betah berdiam diri di sana.

"Apa dia sudah makan siang?"

"Belum Tuan. Nona Clara menolak makan" sahut pelayan itu takut. Bagaiman pun semua pelayan di sini sudah mendapat perintah dari Rayhan, untuk menjaga Clara.

"Siapkan Makanannya. Setalah itu bawa ke kamarku!" Rayhan beranjak pergi. Tapi terhenti saat pelayan itu memanggilnya.

"T-tuan,-"

"Ada apa?"

"N-nona Clara tampak berbeda sejak bertemu keluarganya pagi tadi-" Rayhan pun tak mengiraukan ucapan pelayan itu dan memilih lari menemui Clara.

.
.
.

Clara menatap kaki, kaki nya masih sakit walaupun tak sesakit saat Bibi Ji menginjaknya. Walaupun sakitnya berkurang, tapi sekarang Clara tak bisa menggerakan kaki kanannya. Jika Clara menggerakkan kakinya sedikit saja, kakinya akan terasa sangat sakit.

Clara tak tahu harus meminta tolong pada siapa, ia tak enak jika harus meminta bantuan pada pelayan. Entah berapa lama Clara diam di sini, dan hari juga semakin sore.

"Clara"

Rayhan berlari menghampiri Clara.

"Kau baik baik saja?" Clara melihat ada rasa ke khawatir di mata Rayhan. Benarkah Rayhan khawatir padanya?

"Aku tidak apa apa. Ehh- i-itu, apa kau bisa me-mengendongku ke kamar" pipi Clara memerah menahan malu, baru kali ini ia meminta di gendong terlebih dahulu pada Rayhan. Biasanya Rayhan selalu menggendongnya langsung, tanpa diminta pun. Tapi keadaannya berbeda sekarang.

"Kemana tongkatmu?" tanya Rayhan, ia masih tak percaya Clara akan meminta itu pada nya.

"Aku menjatuhkannya di sana" Clara menunjuk tongkat yang jatuh di pinggir kursi yang ia duduki, Rayhan berpikir Clara masih dapat menjangkau tongkat itu, tapi Rayhan tak tahu rasa sakit yang sedari tadi Clara tahan.

"K-kalau tidak mau. A-aku bisa meminta bantuan pada pe- Akkhh pelan pelan" Rayhan langsung menggendong Clara.

"Apa sakit?" Clara menggelengkan kepalanya, wajahnya pucat menahan rasa sakit saat Rayhan tak sengaja mengayunkan kakinya saat akan menggendongnya.

.
.
.

"Ku dengar Bibi mu datang ke sini" Rayhan menyerahkan nampan makanan pada Clara.

"Iya. Dia meminta aku untuk menandatangi surat penyerahan" Clara mulai memakan makanannya.

"Terus apa yang kau lakukan?"

"Aku merobek kertas itu. Aku tidak menyangka, Bibi Ji akan buta karena harta" sahut Clara. Tak lama Clara menghabiskan makannya. Ia sangat lapar karena belum makan dari tadi siang.

.

"Aku akan mengganti perbannya" Rayhan mengambil perban baru yang sudah ia siapkan.

"T-tidak. A-aku bisa sendiri" Rayhan mengabaikan penolakkan Clara dan membuka perban yang ada di kaki Clara.

"Akh-" Rayhan mengerutkan dahi nya bingung, tangannya memegang kaki Clara lembut, tapi Clara terlihat kesakitan. Rayhan pun membuka kembali perban itu.

The Teacher is My Husband (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang