Part 12

25.4K 1.8K 35
                                    

Adira tengah duduk di sofa depan TV, sambil memangku laptop ditemani oleh Mama yang masih fokus ke layar TV, Papanya yang sibuk membuka lembaran kertas dan duduk diantara mereka, sedangkan Faiz tengah bermain game online di ponsel miliknya. Malam ini udara terasa dingin, jadi dia mengurungkan niatnya untuk menuju balkon kamar sambil bermain gitar untuk mengisi rasa bosannya.

Kumpul bersama keluarga, ini moment yang jarang baginya dan dia tak mau menyia nyiakan.

Cewek itu membuka blog sekolah. Disana terdapat karangan karangan puisi dan cerpen dari anak anak eskul jurnalistik, foto anak olimpiade, foto setiap anak eskul, dan terdapat juga foto foto pengurus Osis dari tahun tahun sebelumnya. Disana ada foto Febby, wajahnya datar seperti tak ada ekspresi, tapi tetap menawan di mata para siswi termasuk Adira.

Tapi sayangnya, belum ada satu cewek pun yang berani mendekatinya. Mungkin pertama karena tatapan matanya yang tajam, membuat siswi ciut melihatnya, kedua mereka bingung harus punya alasan apa agar bisa bicara dengan cowok itu, karena jika pertanyaan mereka tak penting cowok itu akan membalas sesingkat mungkin.

Dan satu satunya cewek di sekolah yang dekat dengan Febby, hanya Wenda dan dirinya-mungkin. Adira merasa percaya diri saja, karena diantara teman temannya, dirinya lah yang pernah dibonceng Febby di Motor hitamnya.

Mengingat cowok itu, membuat Adira mengingat juga kejadian di UKS tadi.

Kira kira kak Febby dikasih hukuman apa ya? Atau jangan jangan di skors. Semoga aja enggak ucapnya dalam hati.

Cewek itu kembali menjelajahi blog sekolahnya, membaca puisi dan cerpen milik anak anak jurnalistik.

Hingga terdengar suara seseorang yang membuat aktivitas Adira terhenti.

"Ngapain sih dek? Daritadi Mama perhatiin senyam senyum aja," ucap Rahma yang berada disampingnya, lalu melirik layar laptop Adira.

"Jatuh cinta kali Ma," sahut Faiz dengan pandangan masih ke layar ponsel.

"Diem Bang gak usah nyaut!" balas Adira sambil menatap sengit Faiz. "Ini lagi buka blog sekolah Ma," jelasnya kepada Rahma.

"Gimana sekolah kamu?" ucap Andra-Papanya yang duduk di kursi single sebelah kanan darinya.

"Masih seperti biasanya Pa gak ada yang berubah. Gedung gedung kelasnya masih sama, guru guru masih sama, teman teman juga masih sekelas yang beda Adira punya adek kelas," ucap Adira polos membuat Papanya tertawa dan Mamanya yang menggelengkan kepala.

"Iya Papa juga tau, tapi maksud Papa perkembangan kamu selama di sekolah," jelas pria paruh baya itu.

Adira menggaruk tengkuknya, "Hehehe, lumayan sih Pa. Sudah ada perkembangannya sedikit." kemudian menyengir.

"Gak pa-pa yang penting kamu sudah berusaha," ujar sang Papa " Oh iya, Kamu kan tahun depan udah kelas 12, tahun depannya lagi lulus. Kamu udah kepikiran kuliah nanti mau masuk jurusan apa?"

"Belum kepikiran sih Pa, masih bingung. Kok Papa udah nanyain kesitu, kan masih lama."

"Halah sok mikir, biasanya juga kamu ikut Abang. Dari TK sampe SMA selalu ngikut Abang, mungkin nanti kuliah juga ikut ngambil jurusan Abang dan kuliah di tempat Abang" ucap Faiz panjang lebar membuat Adira melayangkan sebuah bantal ke arah cowok itu.

"Heh, aku gak ngomong sama Abang ya! Jadi you diem" ucap Adira menatap kesal kearah Faiz.

"Walaupun masih lama, waktu terus berjalan, kamu harus menentukan dari sekarang supaya tidak bingung nantinya"

"Iya Pa"

"Noh dengerin" Faiz menyahut lagi, tapi tak Adira hiraukan.

"Sambil memikirkan jurusan untuk nanti jangan melupakan belajar" ujar Papanya dan Adira mengangguk mengerti sambil tersenyum.

My Ice Senior [Complete]Where stories live. Discover now