Part 42

18.4K 1.3K 172
                                    

Motor sport yang Febby pun sudah terpakir rapih di garasi rumahnya. Disana terdapat mobil milik Papanya juga yang ikut terparkir di garasi. Itu artinya Papanya sudah pulang.

Cowok itu melangkah menuju pintu utama, tapi tiba tiba matanya melirik kearah mobil yang tampak asing sedang terparkir di halaman rumahnya.

Paling mobilnya temen Papa. Batin Febby.

Cowok itu mengangkat kedua bahunya lalu berjalan masuk kedalam rumahnya. Di ruang tamu tampak sepasang suami istri yang sedang mengobrol dengan orang tuanya.

Sadar akan kehadiran Febby yang baru saja datang, Hellen–sang Mama langsung menyambutnya. "Ini dia anaknya." wanita paruh baya itu menarik lengan Febby agar ikut duduk bergabung disana. "Kamu gak bareng Farhan?"

"Enggak Ma, dia lagi ngerjain tugas kelompok dirumah temannya," ucap Febby.

"Febby kan ya?" mendengar namanya disebut, cowok itu menoleh ke sumber suara. Didepannya kini ada Tante Reta yang mencoba memastikan namanya.

"Iya Tante." ucap Febby ramah, lalu mencium punggung tangan Tante Reta dam suaminya.

"Tante suka keliru deh sama kalian berdua, mirip banget sih sampe gak bisa bedain," ucap wanita itu sambil terkekeh.

"Ada kok bedanya. Kalo Febby matanya tajam, kalo Farhan matanya teduh dan dia juga punya tahi lalat di pinggir alisnya yang sebelah kiri." Hellen menjelaskan perbedaan putranya yang hampir mirip ini.

"Kalo Mamanya mah memang yang paling tau." Interaksi ibu ibu itu berlangsung lama. Febby pun tak tahu harus ngapain, dirinya hanya berdiam diri memperhatikan yang sedang mengobrol sesekali memainkan ponselnya.

"Oh iya Febby, Papa mau ngenalin teman Papa. Ini yang namanya Om Panji." Anggara memperkenalkan pria yang seumuran dengan dirinya itu.

"Om Panji ini, orang baru ya Pa? Soalnya Febby baru liat"

"Iya benar, saya memang  baru pindah beberapa bulan di Jakarta. Waktu itu saya mengabari Papamu bahwa saya akan pindah ke Jakarta dan ingin fokus mengurus perusahaan disini, beliau pun menjemput saya dan keluarga di bandara," kata Pria itu. Lalu beliau menyesap kopi nya sejenak.

"Sebelumnya kita cuma saling ngasih kabar aja lewat ponsel, itu juga jarang karena kita sama sama sibuk. Dan sekarang walaupun saya sudah di Jakarta, saya sama Papamu juga masih jarang bertemu," jelasnya kepada Febby.

"Om dan Papa saya sepertinya sahabatan udah lama."

"Iya Febby, Om Panji ini teman Papa waktu SMA." jawab Anggara. "Papa gak gak sempet memberitahumu karena Papa sibuk dan ujung ujungnya lupa." Panji terkekeh merespon ucapan Anggara.

"Kata Anggara, kamu murid berprestasi di sekolah ya? Bukan hanya jago di bidang prestasi tapi kamu juga aktif di organisasi. Keren, kamu bisa jadi penerus Anggara ini." ucap Panji. Sebenarnya hal ini yang tak Febby suka dari Papanya.

Beliau menekan anak anak nya untuk jadi yang terbaik di mata semua orang, atau bahkan untuk jadi ajang pamer dengan rekan rekan bisnisnya antar perusahaan. Walaupun begitu, ada Farhan yang memberontak dengan alasan dia ingin menjalani masa remaja nya dengan bebas tanpa kekangan sebagaimana teman teman yang lain. Sedangkan Febby hanya menurut dan mengikuti alur yang Papanya buat itu selama itu wajar.

Saat sedang asik mengobrol, tiba tiba terdengar suara gadis dari arah dapur rumahnya. "Mi, noda jus nya gak mau hilang. Yang ada bajuku basah gini." perhatian semua orang yang berada di ruang tamu mengarah kepada gadis itu, termasuk Febby.

"Lusi, cepet kesini," ujar Reta kepada gadis yang bernama Lusi itu.

Gadis yang tengah mengelap bajunya dengan tissu itu pun berjalan mendekat kearah Reta.

My Ice Senior [Complete]Where stories live. Discover now