Part 32

19.4K 1.4K 18
                                    

Sudah dua hari semenjak malam terakhir persami atau lebih tepatnya malam api unggun, Putri masih tidak menegor Adira.

Pulang persami dia memilih memasang earphone ditelinga nya dan tertidur. Kemarin pun sama, cewek itu selalu menghindar saat ingin berpapasan dengan dirinya. Di chat atau di telpon ponselnya tidak aktif.

Saat jam pertama dan kedua Adira melirik Putri, gadis itu hanya tetap fokus ke papan tulis, memperhatikan dengan serius bu Riana menjelaskan, tanpa minat menoleh sedikitpun.

Tapi kali ini Adira tidak akan membiarkannya lolos lagi. Saat ini jam kosong tengah berlangsung, kesempatan bagus untuk nya mendekati Putri meminta penjelasan.

Bagaimana pun juga Putri itu sahabatnya, Adira paling tidak bisa jika ada masalah antara dirinya dengan salah satu dari sahabatnya. Pasti gadis itu akan kepikiran sampai masalah itu tuntas.

Disaat Adira ingin melangkah menuju bangku Putri dan Syabila, tiba tiba gadis itu sudah berjalan mendahuluinya terlebih dahulu menuju pintu kelas. Menghindar lagi.

"Woi Put, mau gue anter gak?" tanya Syabila yang masih sibuk mengancing kembali tasnya.

"Gak usah," jawab Putri tanpa menoleh sedikit pun, kakinya terus melangkah keluar kelas.

Adira yang melihat itu, dengan cepat berbalik dan mengikuti langkah Putri keluar kelas.

Curiga dengan tingkah kedua sahabatnya itu, membuat Syabila hendak menyusul juga, tapi langkahnya terhenti karena Amira.

"Biarin mereka selesaikan masalah mereka sendiri. Saat yang gue tunggu akhirnya terjadi juga," ucap Amira tenang, seperti sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Tapi Ra, nanti kalo ada apa apa diantara mereka gimana?" tanya Syabila cemas.

"Ya gak mungkinlah. Semarah marahnya orang kalo terikat dengan namanya persahabatan, mereka gak akan saling nyakitin, yang ada saling mengalah," mendengar ucapan Amira, Syabila mengangguk mengerti.

Di lain tempat, Adira masih terus mengikuti langkah Putri, sesekali memanggil namanya. Tapi makin lama langkah gadis itu semakin semakin cepat hingga membuat Adira berlari mengejarnya.

***

Taman belakang sekolah, disini lah mereka berada. Putri dan Adira. Dua gadis itu saling berhadapan. Adira berhasil mengejar cewek itu, dan meraih tangannya, agar berhenti melangkah.

"Ngapain ngikutin gue?" tanya Putri lalu melepas tangan Adira yang masih menggandengnya.

"Lo kenapa Put akhir akhir ini lo beda dari biasanya. Lo aneh," pertanyaan yang selama ini terpendam akhirnya keluar juga oleh Adira.

"Gak ada apa apa," jawab Putri singkat.

"Tapi lo selalu menghindar dari gue, kenapa Put?"

"Gue lagi males aja."

"Put, tolong jelasin ke gue lo kenapa? Lo tau sendirikan kalo gue gak bisa kayak gini."

Adira terus mendesak membuat Putri menghela napas. "Lo yakin Dir, mau dengar semua yang gue pendam selama ini?"

"Iya," jawab Adira seyakin mungkin.

Putri tersenyum, bukan senyum alami tapi senyum yang penuh dengan isyarat. "Lo kenapa Dir nolak Arif waktu dia nembak lo pas persami?" tanya gadis itu To The Point

My Ice Senior [Complete]Where stories live. Discover now