Part 16

23.6K 1.8K 14
                                    

Adira berjalan menuju kelasnya sambil tersenyum mengingat kejadian tadi. Untung saja suasana kooridor tampak sepi kalo tidak dia akan dikira kurang waras.

Saat di lapangan tadi, Adira diajak Febby dan Derwin untuk ke kantin. Mungkin mereka tau, kalau saat itu Adira sudah mulai lemas berdiri disana dan kakinya mulai pegal disertai kantuk yang datang. Cocok sudah.

"Emang gak pa-pa kak? Gak takut ketahuan Bu Dini?" tanya gadis itu berada ditengah tengah dua cowok yang sedang berjalan.

"Santai ajalah ada ketos ini. Daripada lo pingsan kan berabe," ucap Derwin dengan santai, sedangkan Febby masih berjalan dengan tampang datar.

Untung saja ada Derwin yang mampu mencairkan suasana, setidaknya Adira tidak merasa jalan bersama papan triplek kutub berjalan.

Menurut Adira, Derwin si kakak kelasnya yang masuk dalam golongan cogan tapi sayang otaknya setengah dan suka buat onar ini, orangnya asik dan bersahabat jadi tak ada rasa canggung bagi Adira jika sudah mengobrol dengannya.

Derwin dan Adira duduk di salah satu meja, sedangkan Febby melangkah menuju salah satu penjual disana. Setelah itu, Febby berjalan menuju meja mereka sambil membawa tiga botol air mineral.

Cowok itu menyerahkan sebotol pada Derwin yang asik bermain game lewat ponselnya yang sudah dimiringkan. Kemudian menyerahkan sebotol lagi pada Adira.

"Minum dulu" ucapnya dengan suaranya yang berat itu.

Cewek itu mengangguk lalu menerima pemberian Febby. Setelah minum, Adira mengatur napasnya sejenak. Berada di dekat Febby rasanya tak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Muka lo pucat," kata Febby. Tunggu,ternyata ini cowok sedang memperhatikannya. "Mau ke UKS?" lanjutnya.

"Eh?" Adira menunduk menutupi pipinya yang mungkin bersemu sambil memikirkan tawaran cowok itu, tapi bel pergantian jam ke tiga sudah berbunyi.

Adira menghela napas pelan, sebenarnya dia mau aja ke UKS untuk istirahat sebentar, tapi Adira sudah memikirkan jawaban lain setelah memikirkannya. Walaupun kesempatan emas ini akan hilang, tapi, setidaknya Adira terbebas dari Febby.

"Gak deh kak, gue ke kelas langsung, diluan ya! Makasih air mineralnya" Adira bangkit dan berjalan meninggalkan kantin.

Adira tersadar dari lamunannya disaat keningnya menabrak tembok didepan kelas. "Lha sejak kapan nih pintu pindah?" tanyanya pada diri sendiri sambil mengusap kening.

Cewek itu cemberut, lalu bergeser sedikit dimana letak pintu kelasnya berada dan masuk kedalam. Suasana kelas sudah mulai ribut bahkan murid disana sudah berpindah pindah tempat, karena guru yang mengajar belum juga muncul.

"Gue kira lo gak masuk tadi Dir," ucap Amira memukul pelan pundak Adira yang baru saja duduk di kursinya.

"Gimana tugas Pak Rausyan punya gue?" tanya Adira.

"Untung lo nitip ke Arif...." Amira mengambil sebuah buku dari dalam laci mejanya. "Nih, buku lo."

Adira membuka buku tersebut dengan malas, disana tertera nilai 80, dari lima soal hanya empat yang benar. "Masih ada yang salah juga ternyata, padahal gue ngerjainnya sampe tengah malam." lalu cewek itu menguap.

"Syukur Syukur lo dapet segitu, lha gue baru ngerjain satu nomor terus nyalin punya lo baru dua nomor tuh bapak udah masuk. Untung tiga nomor itu bener jadi lumayan dapet nilai 60." Amira memperlihatkan buku tulisnya.

"Eh, Put. Kita tukeran kursi sementara ya? Gue ngantuk semalem kurang tidur," ucap Adira kepada Putri yang tengah fokus bermain game helix jump bersama Syabila di meja guru.

My Ice Senior [Complete]Where stories live. Discover now