Part 62

15.1K 1.1K 11
                                    

Rumah Febby kali ini ramai oleh Brian, Derwin dan Farel yang sedang berkumpul bermain PS dirumahnya. Lebih tepatnya di kamar cowok itu. Menghabiskan sisa waktu berkumpul mereka sebelum sibuk masing masing.

"Si Farhan mana Feb? Tumben tuh anak gak muncul dari tadi," ucap Brian, tangannya sibuk memainkan stik PS.

"Nganterin nyokap belanja ke supermarket."

"Pantesan gak ada bau bau kerusuhan."

"Oh iya Feb, lo sama Farhan keterima dia Universitas tujuan lo kalian?" tanya Farel yang sedang memetik gitar asal asalan sambil bersender di bawah kasur Febby.

"Yoi, udah beberapa minggu yang lalu," jawab Febby, cowok itu sedang rebahan di kasurnya, dengan posisi kepala berada di pinggir kasur.

"Jadi kapan lo mulai berangkat?"

"Secepatnya, karena banyak yang mau gue sama Farhan urus disana. Palingan abis acara tunangan gue, langsung berangkat deh."

"Udah pada mau sibuk semua kayaknya ya, bakal gak ada waktu kumpul kayak gini lagi nih," sahut Derwin yang berada di sebelah Brian ikut memainkan stik PS juga.

"Ya kalo mau kumpul kita buat rencana dulu lah dari jauh jauh hari," kata Febby yang disetujui ketiga temannya.

"Lo jadi ngambil kuliah dimana Bri?"

"Gue mah di Jakarta aja, kesian nyokap gue sendirian." jawab Brian

"Kalo lo Rel?"

"Gue di Jerman, kebetulan rumah nenek gue kan disana."

"Bakal jauh juga kita sama Bapak satu ini," ucap Derwin terkekeh.

"Kalo lo sendiri gimana Win?" tanya Febby yang menyimak percakapan mereka.

"Gak tau, belum ada tujuan. Gue mau wujudin cita cita gue, tapi Papa gue minta nerusin usaha nya."

"Jangan kelamaan nganggur, ntar jadi males mau kayak mana kedepannya"

"Iya lo perlu diskusiin lagi sama bokap lo," sahut Brian.

"Iya sih, ntar lah gue omongin lagi."

"Gak nyangka secepat ini ya kita semua pisah, perasaan baru kemarin gue kenal kalian," kata Febby sambil mengingat kejadian yang dia lewati bersama ke tiga sahabatnya.

"Iya sampe mau nangis gue ingetnya," ucap Brian sambil mengusap matanya, pura pura ada air mata yang mengalir.

"Idih najis banget lo kayak gitu Bri," Derwin mendorong bahu cowok itu sambil brian terbaring miring.

"Jadi dewasa itu ternyata sulit, harus memikirkan masa depan. Dulu waktu kecil kepengen bisa cepat cepat jadi orang dewasa biar bisa megang uang dari hasil sendiri. Tapi nyatanya tak semudah itu," kata Farel, disaat suasana hening tiba tiba dia menggenjreng gitar dengan cepat sehingga menghasilkan suara yang cukup keras. Hal itu membuat yang lain terkejut dan mengumpat.

"Lo ngajak ribut ya Rel, udah tau kita kita lagi serius dengerin lo ceramah, " kesal Brian.

"Tau nih, hampir jantungan gue, lama lama gue bunuh juga lo ntar Rel," ucap Derwin sambil mengusap dadanya.

"Sebelum lo bunuh gue, lo udah isdet diluan gara gara jantungan," kata Farel lalu tertawa. Dengan wajah misuh misuh, Derwin kembali memainkan stik PS untuk melanjutkan game melawan Brian.

Tak lama suara ponsel berdering, menandakan pesan masuk. Suara tersebut berasal dari ponsel milik Derwin yang berada di sebelah Febby.

Dengan iseng Febby pun membuka ponsel tersebut. Dan terlihat di lookscreen ada sebuah pesan dari Putri disana yang tak lain adalah teman Adira. Jadi dengan rasa penasaran, Febby pun membuka kode ponsel cowok itu.

My Ice Senior [Complete]Where stories live. Discover now