[ Two : Dandelion and Him ]

849 75 0
                                    

Elka mengerucutkan bibirnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Elka mengerucutkan bibirnya. Baik Pito, Adib maupun Reza sudah sekuat tenaga membujuk perempuan ini untuk segera menyusul anggota kelompoknya.

Namun bukan Elka namanya kalau tidak berkepala batu. Perempuan itu tidak bergeming sedikitpun dari kursinya.

"Kita kawal sampe rumahnya Damar deh, Ka," bujuk Adib yang diangguki oleh Pito dan Reza.

"Gue maunya satu kelompok sama kalian. Nggak mau sama mereka, maunya sama kalian, titik!" Elka tetap merajuk seperti anak kecil. "Kenapa juga sih Miss Nela harus bagi kelompoknya acak. Sebel gue!"

Reza berdecak pelan. "Ayolah, Ka. Jangan childish gitu. Kita udah ditungguin anak-anak lainnya di rumah Tiara nih."

"Kenapa kalau gue childish? Udah nggak mau temenan sama gue lagi? Ya udah sana pergi!" Elka sedikit berteriak kepada ketiga teman laki-lakinya itu.

"Kelamaan! Biar gue aja yang pergi." Elka menyambar tasnya kemudian beranjak menuju parkiran.

Elka memasang helm fullfacenya dan langsung menstater motor satria f150nya lalu dengan kecepatan sedang ia melaju meninggalkan kawasan sekolah.

Sepanjang jalan Elka terus melafalkan nama-nama penghuni ragunan tanpa henti.
Sekalipun ada Damar di kelompoknya namun Elka tetap saja malas untuk datang ke acara kerja kelompok itu. Anggota kelompoknya kali ini terlalu serius-serius anaknya. Elka nggak suka, pasti isinya monoton cuma ngerjain tugas doang, nggak ada bahan candaan receh seperti yang biasa Pito dkk lakukan.

"Shit!"

Elka mengerem motornya mendadak lalu dengan cepat ia memarkirkan motornya disela-sela gang sempit. Setelah merasa motornya sudah aman terkendali dari hantaman batu atau sejenisnya, Elka bergegas mengambil batu yang ukurannya lumayan besar lalu maju beberapa langkah mendekati massa tawuran yang sedang dalam kondisi ricuh-ricuhnya.

Belum sempat ia melemparkan batunya, tiba-tiba suara sirine polisi terdengar dari arah berlawanan. Semua massa saling berlarian mengamankan dirinya masing-masing.

Begitupun juga Elka, gadis itu langsung berlari-lari dengan kekuatan penuh menghindar dari para aparat yang mulai menciduki satu persatu massa tawuran tadi.

Elka merasa dadanya mulai sesak, oksigen di dalam paru-parunya seakan-akan kehabisan stoknya.

Hingga sebuah tangan mencekal lengan Elka dan menarik gadis itu bersembunyi di dalam tempat pembuangan sampah.

Mata Elka membulat, dirinya hampir saja berteriak jika mulutnya tidak dibekap oleh sosok laki-laki itu. Keduanya jongkok sambil menunduk di tempat pembuangan sampah yang kecil ini. Suara gedebukan kaki para aparat semakin lama semakin tak terdengar, laki-laki di depan Elka secara perlahan-lahan menyembulkan kepalanya untuk memeriksa keadaan sekitar.

"Emmm. Emmm." Elka menaboki tangan laki-laki yang sedang membekap mulutnya itu.

Laki-laki itu langsung melepaskan tangannya dari mulut Elka dan lekas keluar dari tempat pembuangan sampah sambil menepuk-nepuk bagian celananya yang sedikit kotor.

SKETCHWhere stories live. Discover now