Epilog

782 51 5
                                    

Dulu Dikta tak pernah berekspetasi tinggi soal siapa, bagaimana sifatnya, dari keluarga yang seperti apa istrinya kelak di masa depan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dulu Dikta tak pernah berekspetasi tinggi soal siapa, bagaimana sifatnya, dari keluarga yang seperti apa istrinya kelak di masa depan. Bahkan tadinya ia berniat untuk melajang sampai tua agar dirinya tak meninggalkan orang yang amat ia sayangi; Sang Ibu.

Sampai suatu hari, saat ia hendak membeli bunga untuk ibunya di perkampungan kecil, ia berpapasan dengan orang-orang yang sedang memakai seragam putih abu-abu seperti dirinya sedang saling melempar batu dengan beringasnya.

Dikta waktu itu enggan untuk mencampuri urusan mereka dan lebih memilih menyuruh abang ojeknya untuk segera pergi dari tempat ini, sedangkan laki-laki itu lebih memilih menonton saja dari jarak yang lumayan jauh.

Tak lama kemudian, suara sirine aparat terdengar membuat anak-anak yang sedang saling melempar batu langsung menyebar sambil berlarian, menyelamatkan diri masing-masing. Termasuk Dikta, ia langsung meloncat masuk ke dalam tempat pembuangan sampah yang berada dekat dengan dirinya berdiri.

Ia yang sedang mengintip keberadaan aparat dari dalam tempat persembunyian, sedikit terkejut dengan kehadiran sosok perempuan yang mempunyai logo sekolah yang sama. Entah setan apa yang merasukinya siang itu, dengan sekali tarikan perempuan berwajah sengak itu langsung berada di dalam tempat yang sama seperti dirinya.

Dan mulai saat itulah, Dikta mulai mengenal sedikit demi sedikit perempuan bernama lengkap Aelka Senja Rinjani yang terkenal sering ikut tawuran anak smk seberang.

Menurut Dikta, sosok Elka saat SMA dulu adalah sosok anak muda yang sangat mendambakan kebebasan. Dia tidak suka dikekang, dibatasi, dan diatur ini itu. Dia melakukan segala hal yang mampu membuat dirinya bahagia walaupun caranya memang nyeleneh. Tapi dari situlah seorang Aldikta Sandi Polaris yang hobinya coret-coret buku sketsa mulai tertarik dengan benda lain selain sketchbooknya, terlebih ini benda hidup bernamakan manusia berjenis kelamin perempuan.

Hidupnya yang terasa hitam-putih menjadi lebih berwarna setelah mengenal Aelka yang penuh dengan drama.

"Dikta, nanti setelah nikah kita tinggal di lantai dua kantorku aja ya?"

Iya satu bulan yang akan datang, dua manusia yang usianya tak muda lagi itu akan melangsungkan pernikahan di Jakarta. Setelah kepulangan Elka empat bulan lalu dari Shizuoka dan dua bulan kemudian Dikta memboyong Ibu dan Adik——yang sudah ia anggap sebagai anak——ikut serta ke Indonesia. Mereka berdua sepakat untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.

"Kenapa nggak bareng sama Ibu sama Emily aja? Aku nggak tega ninggalin mereka berdua di rumah baru."

Elka menghembuskan nafas pelan. "Aku pengen mandiri, Ta. Juga dari rumah kamu sampe kantorku jaraknya lumayan jauh."

"Tapi aku nggak tega ninggalin dua perempuan di rumah yang belum ada setengah tahun aku tempati, El."

"Ya udahlah terserah kamu aja. Aku mau balik ke kantor masih banyak kerjaan disana."

SKETCHWhere stories live. Discover now