[ Twentyeight : Kejutan ]

358 32 0
                                    

Kak Ara : besok dikta ultah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kak Ara : besok dikta ultah.

Elka menghela nafas panjang. Sudah satu minggu ini dirinya lost communication dengan laki-laki itu. Elka sengaja menjauh sejauh mungkin dari jangkauan Dikta. Bukan apa-apa, masih ada hati yang perlu ditata kembali.

Omong kosong rasanya jika dirinya tak berharap lebih pada kakak kelasnya itu.

Tidak.

Ini bukan salah Dikta. Ini salah dirinya yang terlalu terlena pada perasaan nyaman yang Dikta ciptakan.

Elka memejamkan matanya pelan, berharap bisa sesegera mungkin terlelap tidur dan tak memikirkan hal-hal yang memang tak pantas ia pikirkan.

Alih-alih tidur, Elka malah berjalan ke arah balkon kamarnya. Menatap langit yang malam ini dipenuhi oleh berbagai jenis bintang.

Angin berhembus pelan, menerbangkan helai rambut Elka sampai menutupi mata kanannya. Gadis itu menghirup nafas sedalam-dalamnya, lalu menghembuskannya secara perlahan.

Ada sedikit perasaan tidak rela. Ketika pertama kali mendengar bahwa laki-laki yang telah bersamanya lebih dari tiga bulan itu ternyata lebih memilih perempuan lain dari pada dirinya.

Ada secuil perasaan marah dan kecewa. Ingin rasanya Elka berlari ke arah Dikta dan memaki-maki laki-laki itu seperti yang biasa ia lakukan ke orang-orang yang mengusik hidupnya. Namun Elka tak berhak untuk melakukan hal itu. Karena Dikta tak sepenuhnya salah, dirinya yang terlalu melibatkan hati dan perasaan ketika bersamanya.

Teman satu kelas Elka tidak tau perihal masalah ini. Dirinya hanya diam dan tersenyum ketika salah satu temannya ada yang iseng membawa nama Dikta dalam guyonan mereka.

Prinsipnya ialah;
Berani berharap lebih, berani menanggung luka.

Jadi, rasa ketidakrelaan, rasa kecewa, rasa hancur, dan rasa yang menyakitkan ini ia anggap sebagai rangkaian punishment atas pilihan yang ia ambil yaitu berharap lebih.

Tangan Elka bergerak ke saku kardigannya, mengambil ponsel lalu mengarahkan kameranya ke langit. Setelah mendapat foto yang ia anggap lumayan untuk dijadikan snap instagram, Elka mengetikkan sesuatu disana sambil berjalan masuk kembali ke kamarnya.

Elka melirik jam berbentuk kepala kucing yang ia letakan di meja belajar. Pukul 00:00. Tanpa menunggu lama, Elka langsung mengirim snapgramnya. Gadis itu sesegera mungkin menyimpan ponselnya ke laci dan bergegas untuk tidur.


Keesokan harinya Elka hampir kesiangan. Masih hampir. Setelah memarkirkan motornya sembarangan, Elka berlarian menuju kelasnya. Disaat seperti ini ia pasti akan merutuk dalam hati karena letak kelasnya yang berada di lantai tiga.

Gubrak!

Aman. Kelasnya belum ada guru. Elka memegangi dadanya, nafasnya ngos-ngos an. Ia berjalan sambil sesekali menyeka peluh di pelipisnya. Baru saja mendaratkan bokongnya di kursi, Elka langsung ditarik oleh Emma dan Sani ke belakang.

SKETCHWhere stories live. Discover now