[ Thirty : Farewell ]

351 36 1
                                    

*biar lebih nge-feel, bisa play video diatas gaes.


Elka menatap panggung pagelaran seni dengan pandangan kosong

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


Elka menatap panggung pagelaran seni dengan pandangan kosong. Lagu milik Peterpan yang berjudul Mungkin Nanti mengalun memenuhi indra pendengarannya, menciptakan sensasi menyesakkan di dalam sana.

Sudah dua tahun lamanya, Elka tidak mendapat sedikit kabar tentang laki-laki itu. Ya siapa lagi kalau bukan Aldikta.

Sejak kejadian malam itu, semuanya berubah. Selama tiga hari Dikta tak menampakan batang hidungnya di sekolah. Ara mengatakan jika Dikta izin karena ada urusan keluarga, itu juga menurut keterangan surat izin yang dibawa guru piket.

Elka masih tenang, belum mencium gelagat kecurigaan atas keabsenan Dikta saat itu. Namun ketidakhadiran Dikta terus berlanjut sampai empat hari selanjutnya yang mengartikan jika laki-laki itu sudah satu minggu tak menapakan kakinya di sekolah.

Dan puncaknya yaitu saat kedatangan Ara di kelas Elka dengan keadaan lumayan basah ——karena memang saat itu sedang hujan deras——  Elka memiliki firasat buruk mengenai kedatangan kakak kelasnya itu, dan firasat Elka terbukti.

Elka masih ingat betul kondisi Ara saat itu, bibirnya pucat dan sedikit gemetar, rambutnya sudah sangat lepek dan berantakan. Tangan Ara yang dingin tiba-tiba menyentuh tangan Elka.

"Ka. Dikta pergi."

Tiga kata yang sukses membuat Elka mematung di tempat.

"Dikta pindah dan nggak sekolah disini lagi."

Lidah Elka terasa kelu, matanya memanas. "Pindah kemana?"

Ara menggeleng. "Kata Bu Sari, wali Dikta yang ngurus kepindahannya nggak menjelaskan secara detail kemana anak itu pindah."

Pulangnya Elka langsung bergegas menuju alamat yang diberi secara cuma-cuma oleh papanya. Elka mengetok berkali-kali pintu berwarna krem di depannya. Namun hasilnya nihil. Tidak ada sahutan sedikitpun dari dalam sana.

"Temennya Mas Aldi ya?" Elka mengangguk. "Kan Mas Aldi sama Bu Sagitta udah pindah, Neng."

"Kalau boleh tau pindah kemana ya, Bu?" Elka berjalan mendekat ke arah ibu-ibu yang sedang menyiram tanaman di depan rumahnya.

"Aduh Neng. Ibu kurang tahu. Soalnya Bu Sagitta nggak pamit sama sekali sama tetangga-tetangga disini."

"Nggak pamit ya, Bu?" Elka tersenyum kecut lalu berjalan menuju motornya.

Dikta tak cuma pindah sekolah ataupun pindah tempat tinggal. Namun laki-laki itu juga pergi selamanya dari hidupnya.

Lamunan Elka buyar seketika saat seseorang dengan sengaja menyenggol bahunya. "Apa?"

"Buset galak amat, Bu," ucap Karel sembari memberikan susu kotak vanilla pada Elka.

Elka menerima pemberian Karel. Menusuk sedotannya kemudian meminumnya pelan. "Masih sama Kak Andini, lo?"

Karel mengangguk. "Tumben nanya Andini."

SKETCHNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ