[ Eleven : Bulan Bahasa 2 ]

511 53 0
                                    

Elka sudah berada di ruangan khusus peserta final bulan bahasa sejak jam tujuh tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Elka sudah berada di ruangan khusus peserta final bulan bahasa sejak jam tujuh tadi. Tangan Elka sudah panas dingin menahan rasa nervousnya.

Ponselnya bergetar, menandakan adanya sebuah pesan masuk dari aplikasi whatsappnya. Matanya menyipit ketika sebuah nomer asing bertengger paling atas di room chatnya.

0853-xxx-xxx : Ga usah grogi. B aja, El.

Elka tersenyum kecil. Tanpa melihat foto profil atau display name nya, Elka langsung bisa menebak siapa pengirim pesan ini.
Karena di dunia ini hanya ada tiga orang yang memanggilnya dengan sebutan 'El'; Almarhumah mamanya, Damar, dan Dikta. Dan opsi terakhir adalah satu-satunya kandidat terkuat yang menjadi tuan dari pengirim pesan ini.

Elka menambahkan nomer ini ke dalam kontak whatsappnya. Lalu dengan cepat mengetikkan balasannya.

Elka : Deg-deg an parah ni gw.

Drrrt... Drrt..

Dikta : Santuy, girl. Anggep aja semua ora yang nonton itu semut.

Elka : Nanti kalo tbtb jantung gue copot grgr saking deg-deg annya. Gmna?

Dikta : Pake jantung gw dulu aja. Sewa ya tapi? Ga ada yg gratis jaman skrg.

Elka menahan tawanya. Nggak lucu kalau peserta lainnya liat sisi edannya Elka. Yang terkadang kambuh tak pada tempatnya.

"Aelka siap-siap. Sebentar lagi giliran kamu."
Suara panitia menginterupsi gerakan jari Elka pada keyboard ponselnya. Ritme detak jantungnya sudah tak secepat tadi.

Elka : Udah dulu, Ta. Princess Aelka mau perform.

Dikta : Gdluck ma girl.

Elka senyum-senyum nggak jelas ketika membaca dua kata terakhir yang dikirimkan oleh laki-laki yang hobinya pacaran sama buku sketsanya itu.

"Aelka, sudah siap?" tanya salah satu panitia lomba.

Elka menganggukkan kepalanya lalu menghirup nafas dalam-dalam.

"Peserta selanjutnya, kita sambut Aelka Senja Rinjani dari kelas sepuluh tiga."

Pintu ruangan khusus peserta terbuka, menampilkan sosok perempuan berwajah judes yang kini lebih terlihat segar gara-gara senyum tipisnya.

Elka menegakkan kepalanya, gadis itu berjalan ke tengah lapangan dengan sangat elegannya. Rambutnya yang biasa ia ikat satu kini digerai dan bergoyang ke kanan kiri sesuai dengan langkah Elka.

Elka membungkukkan badannya ke arah juri yang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Silahkan Aelka memilih nomer berapa?" tanya salah satu juri.

"Empat," jawab Elka mantap.
Elka menerima amplop dengan ukuran yang lumayan besar dari MC. Lalu membukanya pelan, ditariknya kertas bufalo kuning itu dari dalam amplop.

SKETCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang