[ Ten : Hujan Lokal ]

522 46 2
                                    

Elka duduk di ruang tunggu IGD sambil remes-remes rok sekolahnya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Elka duduk di ruang tunggu IGD sambil remes-remes rok sekolahnya. Tadi pas di parkiran Elka di telepon sama Mbak Nada —pegawai administrasi rumah sakit tempat papanya kerja, papanya pingsan di dalem lift setelah selesai salat asar di masjid lantai satu.

Mbak Rintik baru aja pergi ke Bandung tadi pagi. Mas Arik lagi di kampus, ditelfonin nggak diangkat-angkat. Mbak Murni —ART di rumahnya baru mau ontheway ke rumah sakit.

Baru kali ini Elka ngalamin cemas yang super hebat kayak gini. Badannya udah dingin semua, tangannya gemeteran, pikirannya semprawut.
Elka bahkan udah gigitin bibirnya sendiri buat nahan tangisnya.

"El!"

Elka menengok ke arah sumber suara. Penglihatannya sudah kabur gara-gara banyaknya cairan likuid yang sudah tertampung di matanya.

"Are you okay, El?"

Elka geleng-geleng. "Papa, Ta. Papa..."

Dikta menggenggam tangan Elka yang sudah super gemeteran ke dalam rengkuhan jarinya. Lalu membawa kepala Elka untuk bersandar dipundaknya.

Tangis Elka yang sedari ia tahan langsung pecah. Dadanya terasa akan meledak, nafasnya mulai tersengal-sengal. Disituasi seperti ini Dikta kehilangan sosok si biang onar sekolah yang hobinya.

"Pa..pa ba..kal baik-baik aja kan, Ta? Papa ng...gak bakal ninggalin gue sen...diri, kan?" Elka bertanya dengan terbata-bata. Pikirannya sudah kalut.

Tangan Dikta yang satunya menepuk-nepuk pelan pundak Elka. Mencoba menenangkan perempuan itu. "Semua akan baik-baik aja, El. Lo nggak usah takut, tenangin pikiran lo. Gue disini buat lo. Lo nggak akan sendirian."

Elka mendongakkan kepalanya menatap manik Dikta, melihat keseriusan laki-laki itu. Satu tetes hujan lokal jatuh bebas di pipi kanan Elka. "Janji, nggak akan ninggalin gue sendiri?" cicit Elka dengan suara seraknya.

Dikta mengangguk. Kemudian membawa perempuan itu ke dalam rengkuhannya.

"Thanks, Bro

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Thanks, Bro. Udah mau nemenin adek gue."

Dikta mengerjap ketika sebuah suara tiba-tiba terdengar dari samping kirinya. "Santai aja, Bang."

SKETCHOnde histórias criam vida. Descubra agora