[ Eight : Rusuh ]

512 48 0
                                    

Damar sudah geleng-geleng kepala sambil sesekali memijat pelipisnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Damar sudah geleng-geleng kepala sambil sesekali memijat pelipisnya. Anak-anak buahnya terlalu hiperaktif sampai Damar sendiri bingung cara untuk menenangkannya.

"DAMARR!! INI SI EMMA RESE MASAK GUE NGGAK BOLEH MASUK KELAS KALO BELUM BAYAR UTANG PULSA!" teriak Reza dari luar kelas.

Emma berdiri di tengah pintu sambil bersedekap menatap Reza garang. "Bayar atau lo gue kunciin dari dalem."

Reza menekuk mukanya. "Elahh utang dua puluh ribu aja kaya utang satu milyar aja lo, Em."

"YA MASALAHNYA ELO UTANG DARI KAPAN ANJIR?!"

"Buset ngegas. Sabar, Em. Orang sabar jodohnya cakep kayak Jonathan Christie."

Emma membuka buka batik kecil yang sedari ia masukan di saku roknya. "Liat ini lo punya utang pulsa dari sebelum lebaran, Ja."

"Eh masak dari jaman puasa sih?" Reza mengambil buku catatan milik Emma. "Lo manipulasi data kali."

"Cepet bayar atau beneran gue kunciin dari dalem nih!" ancam Emma.

"DAMAR GUE MAU DIKUNCIIN SAMA EMMA DARI LUAR NIH!!"

Kepala Damar semakin terasa nyut-nyutan mendengar suara gaduh dari berbagai sudut kelas.

"ZIDAN ITU BUKAN KUTEK! YA GUSTI LIPTINT BARU GUE!"

Damar melirik ke arah pojok kiri kelas, ada Sani yang sedang loncat-loncat meraih liptint dari tangan Zidan.

"Kalian ngapain di depan pintu?!"

Baik Emma maupun Reza langsung berlari masuk ke kelas menuju kursinya masing-masing.
Elka yang sedari tadi fokus membaca webtoon di ponselnya langsung mendongakkan kepalanya ketika sudah tak mendengar suara gaduh dari teman-temannya.

"Selamat siang. Ibu minta waktunya sebentar, semua murid harap berdiri di depan whiteboard tanpa membawa barang apapun ."

Semua murid dengan patuhnya berbondong-bondong berdiri di depan whiteboard kelas sambil bertanya-tanya dalam hati tentang tujuan kedatangan Bu Rana dan Bu Dessa di kelasnya.

Baik Bu Rana maupun Bu Dessa langsung berjalan menuju kursi demi kursi untuk mengecek isi tas dari murid-muridnya.

"Masih kelas sepuluh aja bawaannya udah macem-macem," gumam Bu Rana ketika sudah lebih dari lima merk liptint terkumpul di tangannya.

"Tasnya siapa ini?" tanya Bu Dessa lantang sambil mengacungkan tas berwarna coklat muda ke atas.

Sani mengangkat tangannya pelan-pelan. Bu Dessa langsung menajamkan pandangannya ke arah perempuan berambut bob itu.

"Kamu mau sekolah atau jualan make up, Sania?"

Sani menunduk sambil meremas-remas jarinya.
"Sekolah, Bu."

SKETCHWhere stories live. Discover now