[ Fiveteen : Sibling ]

467 42 1
                                    

Tiba di depan rumahnya, Elka langsung bergegas turun dari motor dan tergopoh-gopoh masuk ke rumah untuk melihat keadaan temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tiba di depan rumahnya, Elka langsung bergegas turun dari motor dan tergopoh-gopoh masuk ke rumah untuk melihat keadaan temannya. Mata Elka membulat ketika melihat sosok Zidan sedang terbaring di sofa ruang keluarganya.

Arik menoleh ke arah, laki-laki itu langsung menyemburkan tawanya. "Pulang tarawih Pak Haji?"

Elka mendengus lalu berjalan mendekat ke arah Zidan yang sedang tertidur pulas. Perempuan itu mendekatkan wajahnya ke wajah Zidan. "Bau alkohol banget anjir nih si tempe mendoan."

Dikta yang baru masuk langsung memposisikan dirinya duduk di karpet sebelah Karel yang lagi main pees sama Arik.

"Mau kemana, Dek?" Walaupun matanya fokus ke layar televisi namun Arik bisa melihat pergerakan adeknya.

"Kamar. Ganti celana."
Arik mantuk-mantuk. Mata Elka melirik Dikta yang sedang duduk bersandar sofa sambil menundukkan kepalanya. Elka merasa bersalah udah buat Dikta mangkas waktu tidurnya cuma buat nganterin Elka pulang. Elka berjalan menaiki tangga menuju arah kamarnya.

Damar membawa nampan berisi tiga gelas dan satu botol fanta satu liter ke arah nakas tv. Mata Damar menyipit ketika melihat satu sosok tambahan yang sedang duduk bersandar di sofa sambil memejamkan matanya.
"Sebelahnya Karel orang kan bukan dedemit?" tanya Damar asal pada Arik.

"Gebetannya Elka," jawab Arik singkat. Damar celingukan mencari sosok Elka. "Lagi di kamar anaknya, Dam."

Damar membulatkan mulutnya sambil bergumam. Kemudian laki-laki itu kembali fokus dengan ponselnya. Tak menghiraukan betapa panasnya pertandingan balapan mobil di layar televisi yang sedang dimainkan oleh teman dan kakak temannya itu.

"Ncuk! Dikit lagi padahal."

Arik cengengesan melihat mobil lawannya nabrak pohon. Karel udah misuh-misuh nggak jelas liat mobilnya ketinggalan jauh dari mobil Arik. Suasana di ruangan ini yang udah panas malah makin panas.

Elka geleng-geleng liat dua anak manusia beda umur itu lagi balapan misuh. "Cocok udah kalian berdua sama-sama hobi ngabsenin penghuni ragunan."

Damar mendongakkan kepalanya menatap Elka. "Duduk sini, El."

"Gimana kronologisnya sampe si kunyuk ketemu sama kalian berdua?"

Damar meletakkan ponselnya. "Karel malem-malem gini minta anterin gue beli kuota. Karena udah jam segini konter di daerah komplek gue kan udah pada nutup. Terus kita keluar komplek buat nyari konter 24 jam. Bukannya nemu konter kita malah ketemu orang yang lagi duduk di pinggiran trotoar sambil ngoceh-ngoceh. Pertama kita masa bodo, tapi ketika tau itu Zidan gue sama Karel langsung puter balik."

"Jangan bilang kalian bonceng tiga sampai rumah gue?" Damar mengangguk polos. Elka otomatis langsung menyemburkan tawanya.

"Masa iya Zidan mau kita gelindingin dari sana sampe rumah lo, El."

SKETCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang