21. KITA

82 7 1
                                    

-KITA.
.
.
.
.

Apa yang membuat kamu merasa sangat jatuh dan sakit. Apakah tergantikan? Atau digantikan?. Jika iya, kalian bernasip sama dengan gadis yang tengah berdiri di balkon kamarnya. Dengan air mata sebagai temannya malam ini. Diiringi dengan hembusan angin malam yang tamara rasa lebih dingin dari biasanya, ia terus memandangi gemerlap kota dengan mata sembabnya.

Sendirian dan tergantikan. Tamara sangat benci dalam suasana sekarang. Ia harus menangis sendirian tanpa ilham atau pun geo. Dan yang lebih menyakitkan, tak ada sosok mama yang selalu mendekapnya saat ia menangis dan bersedih. Tamara benci mengakui kalau ia takut gelap. Benci mengakui kalau ia takut dengan bunyi angin yang bertabrakan dengan gorden di jendela kaca. Tapi, apa yang bisa ia lakukan. Mengadu dan menyuruh mamanya untuk menghampiri dan memeluknya?. Tentu itu terlalu mustahil. Bukan, lebih tepatnya gengsi dan ego.

Tak tau harus mengadu pada siapa. Berbicara dan bercerita pada seseorang yang bisa mengerti akan dirinya seperti yang biasanya diperankan oleh anna-mamanya. Kini ia sendiri. Meraung dalam diam dan menutup sebagian wajah dengan telapak tangannya. Membiarkan air mata mengalir dipipi mulusnya.

Ia tak pernah ingin pergi dari rumah.  Atau menentang apa yang dikatakan orang tuanya. Melawan ataupun membangkang kepada mamanya, jelas itu bukanlah tamara. Tapi batinnya sendiri berontak saat ia harus berhadapan dengan seseorang yang keberadaannya tak diharapkan oleh tamara. Rasa tak nyaman selalu merambati hatinya setiap menatap niswa.

Tamara tau semua ini ulah niswa. Anak perempuan teman mamanya yang paling disayang oleh orang yang ada di rumahnya. Tamara tau, sejak awal niswa sudah mengetahui bahwa tamara tak menyukainya. Tamara juga tau bahwa niswa juga membencinya. Dan tamara juga tau bahwa niswa jelas-jelas menyukai albyan saat pertama kali mereka bertemu.

Tamara tau sebab kenapa albyan datang terlambat saat hari itu. Yang membuatnya harus menunggu lebih dari satu jam dengan panas menyengat disiang itu. Tamara juga tau bahwa niswa marah dan melempar boneka yang diberikan albyan untuknya. Niswa menuduh bahwa ia menikung dan merebut albyan darinya. Niswa jelas-jelas menunjukan kemarahannya saat itu pada tamara. Tamara yakin niswa sengaja pulang terlambat agar tamara semakin emosi pada nya. Dan sengaja membuat tamara seperti seseorang yang begitu membenci gadis berponi itu.

Tamara juga tau kalau niswa melihat albyan memeluknya sore tadi. Pantulan bayangan dari kaca mobil albyan sudah jelas menampakkan wajah marah dan cemburu niswa. Kepalan tangan dan wajah merah sudah cukup membuat niswa terlihat marah dan cemburu.

Niswa bukan gadis berponi polos yang orang-orang tau. Niswa lebih dari itu. Gadis itu lebih gila dan nekat dari apa yang terlihat dari wajah polosnya. Yang membuat siapapun akan menganggap niswa adalah gadis baik dan pendiam. Dengan wajah bak bidadari pe-maaf tanpa dendam sukses membuat niswa menjadi pribadi yang disenangi semua orang.

Bayangan saat mamanya dengan mudah membiarkan tamara pergi tanpa menahannya membuat sesak di dada tamara semakin terasa. Rasa tercekat di tenggorokannya membuat suara raungan tamara tak terdengar lagi.

"Nggak ada yang berubah!! Semuanya sama!! Sepertinya kamu yang berubah!! Kamu nggak seperti tamara yang mama kenal!! Tamara yang mama kenal nggak pernah membangkang dan melawan kayak gini!!

"Biarin dia pergi!!"

Bak dihantui, tamara terus tergiang ucapan anna yang membuat hatinya merasa tersayat. Merasa tak lagi memiliki kekuatan di dirinya. Sebab,pondasi pertama yang memberinya kekuatan untuk beridir sudah memilih untuk lepas tangan darinya.

TAMARA (COMPLETE)Where stories live. Discover now