37. ARA's SADNESS

63 4 2
                                    


Ruang ICU di lorong lantai empat rumah sakit menjadi saksi apa yang telah menimpa tamara dan keluarga syaniel. Apa yang mereka takutkan akhirnya menjadi kenyataan. Ilham, meninggalkan mereka semua. Akhirnya mereka dipisahkan oleh jarak yang begitu jauh. Jarak yang tak bisa ditempuh dengan jet tercepat sekalipun.

Ditangga darurat yang jarang dilewati orang-orang ini lah menjadi tempat bagi tamara meluapkan semuanya. Rasa tak percaya ilham pergi meninggalkannya dengan cara seperti ini. Tamara tak bisa menerima apa yang menimpanya satu jam yang lalu. Saat denting monitor jantung berbunyi seiring berubahnya garis grafik menjadi lurus memanjang seakan merenggut semuanya dari tamara. Saat helaan nafas pasrah dokter dan tatapan menyesal mereka berikan kepadanya,tamara seakan tak percaya apa yang ia lihat. Laki-laki yang selalu bisa menjadi segalanya untuk tamara merenggut nyawa di depan mata kepalanya sendiri. Saat hembusan nafas terakhir ilham yang terdengar menakutkan di telinganya.

Tamara tetap tak bicara sepatah kata pun setelah dokter mengatakan ilham benar-benar pergi. Ia tetap bungkam dengan air mata yang terus keluar dari kedua matanya. Tamara memilih diam dan menyembunyikan sesak di dadanya tanpa bersuara. Disaat anna dan geo menangis di samping tubuh kaku ilham tamara justru pergi menyendiri.

Gadis itu terduduk lemas sambil menyandarkan kepalanya di dinding. Mencoba mencerna semua yang terjadi. Apa yang ia lakukan sehingg semuanya terjadi dalam waktu yang bersamaan. Belum kering lukanya karna hubungannya yang kandas dengan albyan, tuhan kembali memberinya luka yang jauh lebih sakit berkali-kali lipat dari yang pernah ia rasakan.

Gadis malang itu menatap nanar ke anak tangga di bawahnya. Menyadari bahwa tak ada lagi seseorang yang akan mendengarkan curhatannya. Tak ada lagi usapan di kepala saat ia pergi ke sekolah. Tak ada lagi genggaman hangat saat mereka berjalan berdampingan. Tak akan ada lagi seseorang yang memeluk tamara saat gadis itu punya masalah. Tak ada lagi seseorang yang sangat peka padanya sekarang. Tak ada lagi seorang ilham yang begitu sempurna di mata tamara.

Ilham segalanya bagi tamara. Hanya ilham yang mampu membuatnya bicara saat yang lain mendiamkannya. Ilham yang dengan sengaja akan menghampirinya ke kamar saat yang lain membiarkannya. Hanya ilham yang mau mengantarnya saat tamara tak ingin pergi dengan siapapun. Ilham lebih dari apapun bagi tamara. Dan saat ilham pergi, kakak laki-lakinya itu juga membawa semua bagian dari tamara bersamanya. Ilham pencipta tawa,senyuman, bahagia tamara sampai saat ini. Ilham tak akan pernah terganti oleh siapapun. Karna ilham satu-satunya bagi tamara.

"Bang ilham,... orang bilang sebelum tujuh hari arwah masih di dunia!! Ara minta bang ilham balik...plis, peluk ara sekarang!! Ara nggak kuat,,," tangisnya dengan suara parau.

"Ara cuma minta bang ilham kembali,,, ara nggak akan ngerapotin abang lagi!! Ara mohoonn,,!!"

"Abang yang bilang nggak bakal ninggalin ara,, abang yang bilang bakal meluk ara kalau ara sedih,, abang yang bakal marahin orang yang bikin ara nangiss!!!.......kenapa sekarang abang nggakada di sini? Abang ilham bohong!!" Ricauan frustasi tak henti-hentinya keluar dari mulut tamara yang bergetar. Terlalu berat untuk tamara mengikhlaskan ilham.

🌬🌬🌬

Albyan mengusap wajah frustasinya. Dibalik pintu putih bertuliskan tangga darurat itu albyan mendengar jelas isakan tamara. Albyan mendengar dengan jelas semua isi hati gadis itu. Tamara jelas tak bisa menerima semuanya. Begitu juga dengan albyan yang tak menyangka ilham akan pergi dengan cara seperti ini.

Setelah mendengar bahwa ilham mengalami kecelakaan dengan mobil lain saat akan memutar arah dan mengalami koma, albyan jelas tau bagaimana hati tamara sekarang. Isakan dan lirihan putus asa yang keluar dari mulut tamara juga membuat hatinya terluka, sesak dan perih. Albyan bahkan tak bisa membendung air matanya saat mendengar tamara meminta ilham untuk kembali dengan hal yang tak mungkin seperti tadi.

TAMARA (COMPLETE)Where stories live. Discover now