35. TERGANTIKAN

63 3 13
                                    


Albyan langsung berlari mengejar tamara. Tanpa peduli dengan seragam basah dan wajah babak belur albyan berlari di tengah para siswa yang menontonnya tadi. Albyan meraih tangan tamara yang membuat perempuan itu berbalik. Nafas albyan terdengar bergemuruh karna baru saja berlari. Hatinya sakit saat melihat tamara yang menatapnya penuh dengan kebencian.

"Aku salah, aku minta maaf!!!" Ucap albyan di hadapan tamara. Gadis itu membuang wajah.

"Ngomong ke adam, bukan ke gue!!" Ucap tamara hendak pergi dari albyan.

Albyan menahan tangan gadis itu. Tamara berhenti namun tak berbalik. Helaan nafas albyan terdengar di telinga tamara yang sejajar dengan mulut albyan. Helaan berat dan dalam tergambar dari satu helaan tersebut.

"Kita udah lewatin dua bulan dua puluh sembilan hari sama-sama! Dan banyak hal yang terjadi dan berubah!! Dan nggak ada satu pun yang bisa dijadiin alasan untuk bertahan!"

Tamara masih diam menyimak ucapan albyan. Walaupun sekarang di hatinya ada rasa takut yang teramat besar untuk mendengar kata selanjutnya. Ia juga merasakan getaran tangan albyan yang menggenggamnya.

"Lo mau putus sama gue?!" Tanya tamara dengan suara bergetar.

Albyan mengangkat kepalanya. Walaupun mereka saling membelakangi tamara bisa tau karna helaan nafas albyan kembali terdengar.

"Bukan aku, tapi hati kamu..aku nggak bisa nahan kamu! Maaf untuk ketidaknyamanan yang selama ini kamu alami karna aku,, mungkin kita hanya cocok untuk berteman!!" Albyan melepaskan genggamannya. Senada dengan desiran yang ada di hati tamara.

Rasa tak rela saat albyan mengatakan hal seperti itu. Namun mulutnya seperti terkunci rapat yang membuatnya tak bisamegatakan apa-apa.

"Makasih tamara titanea syaf!! Untuk kebahagiaannya!" Ucap albyan dengan suara bergetar. Tanpa berbalim tamara melangkahkan kaki tanpa berniat menoleh kepada albyan. Langkah kakinya membawa tubuh yang basah itu menjauh dari albyan yang kini sudah berstatus sebagai mantannya. Meninggalkan albyan dan semua kenagan singkat mereka dengan hati yang sesak dan sakit ia terus melangkah menjauh.

Tanpa tamara ketahui, albyan kini menitikan air mata. Bahunya bergetar menahan suara tangis. Deon, aldo dan jehan langsung menghampiri albyan. Jehan langsung mengusap bahu albyan. Saat ini albyan hanya lah sebuah hati yang patah yang tak ada pengulas nya selain sang empu tamara.

🌬🌬🌬

Waktu memang cepat berlalu, tak terasa ujian nasional hanya tinggal menghitung minggu. Tak ada yang berubah dari pertemanan mereka kecuali status albyan dan tamara yang sudah berubah dan sikap mereka berdua saat bertemu. Namun tak ada yang bisa dilakukan oleh teman-teman albyan selain membiarkan mereka. Karna mereka tau albyan dan tamara sama-sama butuh waktu untuk menyembuhkan luka mereka masing-masing.

Mereka tetap melakukan berbagai hal bersama-sama namun bedanya saat ada albyan tamara memilih untuk tidak ikut bergabung dan jika tamara datang albyan dengan sadar diri akan pergi karna ia tau tamara pasti tak nyaman dan tidak suka jika ada dirinya disana.

"Sorry guys!! Tadi bu dian keluarnya lama!!" Sorak syanas yang datang bersama jehan, yuka,nadhin dan juga tamara.

"Nggak papa,, udah gue pesenin,, yang penting lo yang bayar!!" Ucap aldo.

"Enak ya dirimu,, makan geratisan mulu!!" Cibir syanas.

"Kuy duduk!!" Ajak syanas.

Albyan menatap bangku disampingnya. Hanya itu bangku yang tersisa dan tamra masih belum duduk. Albyan langsung berdiri.

"Duduk aja, gue juga mau pergi!!" Ucap albyan dengan santai sambil tersenyum pada tamara.

TAMARA (COMPLETE)Where stories live. Discover now