23. INSIDEN.

88 6 0
                                    

-INSIDEN.
.
.
.
.
.

Hari ini seperti biasa tamara berangkat ke sekolah menggunakan mobilnya kembali, karna kemarin ia berangkat sekolah dengan nathan. Kenapa nathan? Karna nathan sudah datang ke apartemen tamara pagi-pagi buta dengan alasan karna tamara sakit dan harus mengantarnya ke sekolah. Dari pada berdebat dengan nathan akhirnya tamara mengiyakan akan masalah cepat selesai.

Dan kenapa nathan ada dijakarta, itu karna laki-laki itu meliburkan diri sebab ada yang harus diurus oleh mama dan papanya di jakarta. Itu lah alasan yang diberikan nathan pada tamara. Dan tamara, she is dont care.

Entah kenapa tiba-tiba saja nama albyan terlintas di pikirannya. Terbayang wajah merah albyan saat temannya menggoda albyan di uks tempo hari. Wajah malu albyan yang berhasil membuat tamara tersenyum disela-sela kepalanya yang pusing.

Tamara belum melihat albyan dari kemarin setelah albyan menghampirinya di apartemen. Entah ini hanya perasaan tamara saja, ia merasa kalau albyan sedang menghindar dari tamara sebab saat di kantin kemarin tamara tak melihat albyan. Padahal yang tamara tau albyan bukan lah seseorang yang melewatkan jam makan siangnya.

Ingin rasanya bertanya pada jehan atau pun aldo namun ada  gengsi dan malu membuat tamara mengurungkan niatnya untuk bertanya dan malah menyimpan sendiri rasa penasarannya.

Kenapa tidak menanyakan langsung pada albyan? Tamara merasa ada sesuatu yang terjadi pada albyan. Ia seperti merasa bersalah sekaligus malu diwaktu yang bersamaan. Dan lagi-lagi gengsi mendominasi hati gadis itu.

"Hai ra..Udah mendingan?!" Tanya nadhin yang menyambut tamara. Tamara tersenyum lalu meletakkan tasnya.

"Jehan mana?!"

"Jehan lagi dipanggil bu susi!!" Tamara lalu mengangguk.

Lalu duduk dikursinya sambil menghembuskan nafas kasar. Nadhin yang menyadari ada yang berbeda dari gelagat sahabatnya itu berusaha untuk mengamati tamara. Dan yang nadhin tau wajah tamara menampilkan wajah seseorang yang bosan.

"Kenapa?!" Tanya nadhin. Tamara memanyunkan bibirnya.

"Nggak tau dhin, Gue kayak ngerasa ada yang kurang!!" Ucap tamara dengan wajah polosnya.

Nadhin menyerngit keheranan, tak mengerti arah pembicaraan tamara. "Maksudnya?"

"Gimana ya? Pokoknya kayak ada yang kurang, Kesepian, Rasa bosan,Ya gitu-gitu deh!!" Cerocos tamara yang terdengar kesal.

"Itu tandanya lo lagi kangen seseorang!!" Sorak jehan yang sontak membuat nadhin dan tamara menoleh. "Iyan yah!! Ciyee lagi kangen iyaann!!"

Tamara langsung merasakan desiran saat jehan menyebut nama albyan. Apa benar ia merindukan albyan. Dan kenapa jantungnya berdegup lebih cepat saat nama albyan terdengar di telinganya. Apa ia menyukai albyan? Lalu, perasaannya pada nathan?

"Telpon gih!! Tanyain dia dimana!!" Goda jehan sambil menyenggol bahu tamara.

"Ck, apaan sih!!" Gusar tamara.

"Caaeelahh!! Sok jual mahal, Yaudah biar gue yang telpon dia!!" Lalu jehan menempelkan ponsel di telinganya.

Nada sambung terdengar. Dan saat nada sambung ketiga albyan mengangkat telpon jehan.

TAMARA (COMPLETE)Where stories live. Discover now