Chapter 3

26 8 3
                                    

Malam hari, suara gaduh terdengar dari kamar pasangan suami istri. Siapa lagi kalau bukan orang tua Mel. Valerie marah dengan sikap Mel yang semena-mena terhadap nya, dan mengadukan nya kepada suaminya. Namun seperti biasa, malah berakhir dengan adu mulut.

Mel yang berada di kamar sebelah pun dapat mendengar suara berisik yang mereka perbuat. Sumpah serapah yang keluar dari mulut Valerie terdengar jelas.

"Sial, berisik!" bisik nya pelan dengan rasa kesal yang memuncak. Ia sedang berusaha untuk tidur! Mel pun mengambil headset dan mendengarkan beberapa lagu pop yang ia sukai. Hape nya pun diatur dalam mode tidur. Namun, headset tersebut tidak membantu banyak, suara teriakan si ibu tiri tetap terdengar. Mel menaikkan volume lagu yang ia dengar, membuat dentuman musik memenuhi gendang telinga nya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit yang akan ia derita. Yang penting, ia bisa tidur malam ini.

~~~~~~

Pagi nya,Mel datang ke sekolah tepat jam 7.10 seperti biasanya.  Namun, tatapan orang-orang yang ia lewati tidak jarang terpaku kepadanya. Mel merasa aneh. Mungkin mereka salah fokus ke rambut Mel yang tergerai seluruh nya. Mel tampak berbeda. Bukan nya sengaja untuk tidak mengikat sebagian rambutnya, lebih tepatnya malas, yaitu malas berlama-lama di rumah.

Mel memasuki kelas dan langsung duduk di bangku nya. Mel menaruh tas berwarna biru nya di bangku sebelah yang kosong. Mel duduk sendiri, karena jumlah siswa di kelas tersebut berjumlah ganjil.

"Valerie! Ada Nath tuh!" Seseorang memanggil nama depan Mel. Suara panggilan tersebut membuat telinga Mel sakit. Mungkin efek mendengarkan lagu terlalu keras tadi malam. Mel tidak mau meributkan masalah namanya kali ini karena rasa perih yang berusaha ia tahan.

Mel langsung bangun dan berjalan menghampiri Nath, seperti hari-hari sebelumnya. Saat melewati Adria, perempuan yang biasanya memanggilnya pagi-pagi karena Nath, "Hey, kalau sudah jadian, jangan lupa PJ ya~" Katanya sambil mengedipkan matanya.

Mel melirik sekilas dan sedikit menelengkan kepalanya. Adria tidak mengerti. Mel juga tidak mengerti.

"Pagii Mel~ eh?" sapaan Nath yang ceria diakhiri dengan muka terheran-heran.

"Kenapa?" tanya Mel.

"Ah.. Tidak apa-apa~" Nath menyentuh helaian rambut bagian kanan Mel ."Rasanya aneh saja, Mel."

Mel menepis tangan Nath. Nath malah cengengesan. Sekilas, Mel tersipu.

Nath tampak berpikir sejenak,
"Hm.. Sebentar ya, jangan kemana-mana!" tiba-tiba Nath berlari dengan sangat tergesa-gesa.
Meninggalkan Mel yang terbengong.

Nath menuju gerbang sekolah. Ternyata masih ada! Nath menghembuskan napas lega. Nath menghampiri pedagang yang menjual pernak - pernik tersebut, dan membeli sebuah ikat rambut pita berwarna merah. Nath pun kembali dengan senyum sumringah.

Mel yang melihat Nath kembali dengan keadaan ngos-ngosan  merasa heran, "Kamu gapapa??"

"Hee? Kamu khawatir sama aku ya?" goda Nath sambil menyikut Mel. Mel malah memalingkan pandangan nya.

"Oh.. Ini!" Nath menunjukkan ikat rambut yang baru saja ia beli. "Sini aku pakaikan~"

Kriiinggg

Baru saja Nath hendak menyentuh rambut Mel, Bel tanda masuk kelas berbunyi. Nath menghembuskan napas nya. Ia kesal, namun tidak marah. Ia malah tersenyum dan memberikan ikat rambut tersebut kepada Mel.

"Jumpa besok, Mel." Ucap Nath seraya tersenyum, sebelum berbalik badan.

"Em, sampai jumpa besok." balas Mel pelan. Nath masih bisa mendengarnya, dan ia kembali mengembangkan senyum. Hatinya terasa penuh dengan kupu-kupu yang ingin membawanya terbang ke langit. Rasanya sangat menyenangkan! Padahal hanya sebuah kalimat perpisahan, bukan.. Itu artinya Mel ingin bertemu dengan nya lagi besok!

Mel bergerak untuk mengikat rambutnya. Hm, sudah seperti biasa. Mel pun bercermin di kaca jendela.

Seperti inilah Mel yang sebenarnya.

Mel berusaha untuk tersenyum, namun sia sia. Ia memilih untuk masuk ke ruang kelas.

~~~~^^^~~~~

"Jadi, hari ini kamu tidak membawa buah tangan? Huh! Pelit!" ambek Riata.

Seperti kemarin dan kemarin nya lagi,  Mel pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Riata. Ruangan ini masih sama, warnanya, letaknya, aromanya, yang berbeda disini hanyalah Riata.

Mukanya semakin pucat, tubuhnya juga kurus. Mel turut prihatin, apakah sahabatnya akan baik-baik saja?

"Riata, kamu yakin gapapa? Apa kata dokter?" Riata gak menjawab, malah sok-sok an bertingkah ngambek karena pertanyaan sebelumnya tidak dijawab.

"Riata, aku serius!" tegas Mel.

Riata memutar bola matanya kesal,"Aku gapapa! Besok paling udah sembuh!" jawab Riata dengan nada membentak. Ia langsung menidurkan dirinya membelakangi Mel.

Jelas saja Mel tidak suka dengan sikap Riata. Namun ia memilih diam,  mencoba memahami apa yang sedang dirasakan Riata saat ini. Pasti berat.

"Yasudah, lusa kamu harus datang sekolah." Ucap Mel sebelum meninggalkan Riata di ruangan tersebut.

Suara pintu yang tertutup membuat Riata kembali duduk. Ia berdiam cukup lama di posisi tersebut.

"Apa yang harus kulakukan?" lirih nya.

>>>Bersambung>>>

Melyavaritta Where stories live. Discover now