Chapter 19 - Am I Okay?

10 3 6
                                    

Perasaan Nath tidak enak setelah mengantar Mel pulang ke rumahnya. Ia takut terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan terhadap kekasihnya tersebut, apalagi mengingat Mel pulang terlambat hari ini. 

Nath telah menempuh setengah jalan untuk pulang menuju rumahnya, namun ketidak tenangan ini terus mengganggunya, sehingga ia memutuskan berbalik kembali ke rumah Mel demi memastikan keadaannya dengan motor berkecepatan tinggi.

Mel, semoga kamu baik-baik saja.

Kedatangan Nath bersamaan dengan pulangnya Ferdi, ayah Mel. Nath pun lekas menghampirinya,"Selamat malam, Om!" Sapa Nath.

Ferdi sedikit menegang ketika Nath menyapanya dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Ya? Kamu Nath kan? Ada apa ya, malam-malam begini?" Tanya Ferdi.

"Tidak, aku hanya ingin menyapa Mel!" Nath terlihat semakin gelisah, keringat mulai bercucuran di dahinya, bahkan matanya terus tertuju kepada pintu rumah Mel. Mengingat apapun dapat terjadi apabila meninggalkan Mel berdua dengan Valerie.

Ayah Mel langsung mengerti dan ikut gelisah, merekapun bergegas membuka pintu rumah dan benar saja, Mel telah tergeletak disana. Nath berhambur mengangkat kepala Mel dengan darah yang mulai mengering di sekitar kulit kepalanya. Sedangkan Ferdi mencari-cari keberadaan istrinya. Dasar ayah tak becus!

"Ya ampun, Mel.. kamu kenapa sayang! Ayo bangunlah!" Nath mengusap-usap bekas darah di dahi Mel.

Tidak mendapatkan respon dari Mel, Nath semakin cemas, ia langsung mengangkat Mel untuk dibawa ke rumah sakit menggunakan motornya, namun langsung dicegat oleh Ferdi. "Ayo, naik mobil Om saja." Nath menganggukkan kepalanya. Mereka pun berangkat bertiga menuju rumah sakit terdekat. Sementara itu, Valerie telah dikurung di kamarnya oleh Ferdi.

Sesampainya di rumah sakit, Mel lekas ditangani oleh pihak rumah sakit, sedangkan Nath dan Ferdi menunggu di bangku panjang tepat di hadapan UGD. 

Nath tidak bisa diam, ia terus saja berjalan mondar mandir, duduk, lalu berdiri kembali, sesekali ia mengintip ke celah-celah UGD untuk melihat Mel yang sedang diobati.

Telepon genggam Nath bergetar, ibunya menelepon.

"Nath sayang, kamu dimana? Ini udah larut, kok belum pulang?" Suara lembut Ibunya langsung menyapa telinga Nath.

"Ma... Mel.." Nath meracau tidak jelas. Suaranya sedikit serak dan tertahan.

"Ada apa, sayang? Hem? Cerita ke mama."

"Mel di rumah sakit, dilarikan ke UGD." Bola matanya memerah, tubuhnya menegang. Ia terus menahan tembok terakhir sebelum akhirnya matanya kebanjiran.

"Ya Ampun, sekarang kamu ada di rumah sakit mana? Apa mama perlu kesana? Hem? Gimana keadaan Mel?"

Hening sekejab, Nath masih terisak. Ia berdehem berkali-kali supaya sanggup berbicara.

"Tidak apa-apa, Ma. Aku bisa pulang sendiri nanti. Ini sudah larut, besok mama bisa jenguk Mel kok. Atau, bolehkah aku menginap disini malam ini?"

~~^^~~

Beberapa jam kemudian, Mel dipindahkan ke kamar rawat inap. Wajar, melihat kondisinya yang parah, dokter mewajibkannya untuk menginap sementara. Saat perawat hendak mengganti pakaian Mel yang masih menggunakan seragam sekolah dengan baju rumah sakit, Mel terbangun dan langsung mencari Nath.

"Perawat, bolehkah aku pinjam ponselmu? Aku ingin menghubungi seseorang."

Sang perawat awalnya enggan memberikan ponselnya, namun belum sempat perawat tersebut mmberikan ponselnya, seseorang mengetuk pintu kamar dan langsung masuk. Itu Nath!

Mel sontak berusaha untuk bangkit dari tidurnya, namun rasa sakit semakin terasa di sekujur badan terutama bagian kepala. Ia menyentuh perban yang mengelilingi kepalanya, dan meneliti sekujur tubuh yang dipenuhi plester perban dan lebam.

"Mel! Jangan duduk dulu!" Nath menghampiri Mel dengan gelisah.

"Mel! Jangan duduk dulu!" Nath menghampiri Mel dengan gelisah

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

"Mel, ganti pakaianmu." Nath menyerahkan paper bag ke tangan Mel. Isinya beberapa helai pakaian ganti. Mel menatap Nath bingung serta penasaran.

"Itu diberikan oleh ayahmu, dan ayahmu baru saja pulang." Jelas Nath.

Mel masih saja diam. Sejujurnya, ia masih tidak dapat memahami kondisinya saat ini. Separah itukah luka yang diberikan ibu tirinya, sehingga ia berakhir di rumah sakit?

Dan, apa-apaan semua luka dan lebam ini?

Mel menatap paper bag yang diberikan oleh Nath.

"Apakah aku harus mengganti pakaian ini di hadapanmu?"

Wajah Nath memerah malu seketika karena langsung paham dengan perkataan Mel. "Aa -ahh.. oke, aku keluar ya, kalau sudah selesai ganti bajunya, aku akan masuk lagi."

Nath pun keluar dari ruang inap Mel, dan menunggu di kursi depan. Sedangkan Mel mengganti pakaiannya dibantu oleh perawat tadi. Ketika mengganti pakaiannya, Mel mengetahui bahwa perutnya juga dibalut perban. Baru saja mati rasa, namun ketika Mel menyadari keberadaan perban tersebut barulah ia merasakan sakit yang teramat sangat di bagian perutnya.

Apakah Valerie sempat menendang perutku segitu kerasnya?

Beberapa saat setelah Mel mengganti pakaiannya, Perawat mempersilakan Nath untuk masuk menghampiri Mel.

"Hei, Mel.." Nath memandang sedih dengan keadaan Mel yang terlihat memprihatinkan.

"Kau tidak apa-apa, sayang?" Tanya Nath lembut sambil meraih dan mengelus pelan telapak tangan Mel.

"Apakah aku terlihat baik-baik saja?" Balas pertanyaan Mel dengan dingin. Nath terdiam,  namun tetap mengelus tangan Mel sambil sesekali mengecupnya ringan.

"Dan apa itu tadi?"

"Hm? Tadi apanya sayang?" Tanya Nath heran.

"Nah itu.. itu apa?"

Nath bertambah heran dengan pertanyaan Mel. Mel memalingkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang bersemu,"Itu lho, panggilanmu kepadaku."

Mendengar jawaban Mel, Nath malah terkekeh pelan lalu langsung menangkup pipi Mel dengan pelan dan hati-hati, mengingat ada luka di pipinya. Mel pun secara refleks menoleh ke hadapan Nath.

"Iya sayang, kenapa dengan kata sayang, sayangku?" Nath malah menggoda Mel, pipi Mel semakin memerah bagai tomat

"Nath, berhentilah.." Mel memalingkan wajahnya spontan. Nath merasa menang saat ini.

Nath langsung duduk berhadapan dengan Mel, menuntun Mel untuk tidur di ranjang pasien, "Mel, sudah malam, kamu istirahat yah."

Terlihat mengerjapkan matanya berkali-kali, ternyata Mel memang lumayan mengantuk.

"Kamu bagaimana? Tidak tidur?" 

"Aku juga tidur kok, kamu tidur duluan ya. Setelah kamu tidur, aku tidur."

"Baiklah." Mel memejamkan matanya perlahan, Nath pun memerhatikan wajahnya sambil mengelus-ngelus punggung tangan Mel. Melihat wajah tenang Mel, membuat hati Nath tentram. Namun ketika melihat perban yang melilit kepala Mel, hatinya kembali terkikis.

"Selamat malam, sayang." Bisik Nath.

>>BERSAMBUNG>>

Melyavaritta Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum