Chapter 16 - Baik-baik Saja

16 5 0
                                    

Mel menggerakkan kakinya gelisah. Sedangkan Riata menunggu dengan sabar sambil menonton acara televisi. Setengah jam berlalu, dan suasananya masih saja seperti ini. Gadis berambut hijau ini bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Mel takut untuk bertatap muka dengan Nath karena kondisi saat ini mulai kacau. Ia juga merasa bersalah karena sudah lama tidak menghubungi Nath.

Laki-laki yang terus mampir di pikiran kedua gadis ini sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk Riata seperti biasanya.

"Mel, kenapa kamu tampak takut?" Riata baru menyadari Mel yang terlihat gelisah dari gelagatnya.

"Em.. Gapapa, kok." Mel memalingkan wajahnya dari Riata, berpura-pura sedang menonton siaran televisi.

"Yakin?" Riata menekan tombol off untuk mematikan televisi. Mel tercekat.

"Riata, aku pulang dulu ya.. Cape." Mel bangkit dari duduknya secara tiba-tiba, dan Riata menarik tangan Mel untuk tetap duduk seperti sediakala.

"Kenapa Mel? Kok buru-buru sekali? Kamu sudah selesai ujian, kan? Atau.. Kamu takut dimarahin sama wanita itu?" Mel terdiam mendengar perkataan Riata.

"Untuk apa aku takut dengan wanita tak tahu diri itu?" tanya Mel kesal.

Tok tok..

Nath memasuki ruang inap Riata setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.

Raut wajah Nath terlihat terkejut ketika matanya menangkap wujud seseorang yang sangat ia kenal, namun beberapa hari ini menghilang tanpa kabar.

"Mel?" tanya Nath tak percaya. Jemarinya tergerak untuk memeluk gadis tersebut, namun ia urungkan mengingat Riata berada tepat di sebelah Mel.

"Nath! Apa kabar?" sapa Riata dengan ceria seperti biasa.

"Em.. Baik, bagaimana denganmu?" tanya Nath kembali.

"Haha, pertanyaan yang lumayan aneh tertuju padaku.. " Riata terkekeh pelan lalu tertunduk lesu.

"Oh.. Kalau begitu.. Mel? Apa kabar?" tanya Nath ragu-ragu melirik Mel yang tampak sangat kaku.

"Hm.. Baik." Mel menjawab tanpa melihat Nath. Ia tak kuasa untuk memandanginya.

Suasana macam apa ini? Canggung banget!

"Jadi, hari ini kita mau ngapain? Aku dan Mel sudah siap ujian lho. Dan aku telah diberi izin sama dokter untuk keluar dari rumah sakit khusus hari ini." sepertinya Riata sangat senang hari ini, dapat dilihat dari raut antusias yang terpancar dari matanya.

"Oh, benarkah? Bagus untukmu." ucap Nath sambil tersenyum manis terhadap Riata. Mel yang melihatnya merasa senang sekaligus sedih.

Ntah hal apa yang harus Mel sedihkan. Ini adalah keputusannya. Keputusan yang ia ambil setelah bertarung melawan egonya.

"Riata, kamu harus istirahat.. " Mel angkat bicara setelah membisu sejak tadi.

Riata mengerucutkan bibirnya,"Tapi aku bosan di rumah sakit terus. Di kamar ini tidak ada yang menarik. Taman rumah sakit juga sudah membosankan."

Memahami kondisi Riata, Mel merasa tidak tega. Pasti Riata menahan rasa bosan setiap harinya.

"Pergi ke taman kota saja, bagaimana?" tawar Nath.

"Oh! Boleh tuh! Aku lagi ingin makan sate yang dijual di dekat sana!" Riata kembali antusias.

Kalau hanya ke taman kota sepertinya tidak masalah, pikir Mel.

"Ya sudah, kalian pergi saja. Aku akan pulang." Mel kembali berancang-ancang untuk pulang. Namun, lengannya ditarik Nath.

"Kamu ikut donk." ajak Nath.

"Iya, Mel! Ikut, yuk! Sudah lama kita tidak jalan-jalan bersama." tambah Riata.

Mel hendak menolak. Namun, melihat Riata yang sangat ingin Mel bergabung dengan mereka, Mel hanya bisa menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Oke.. Aku ikut. Aku akan menunggumu di cafe dekat rumah sakit ini." ucap Mel sambil meninggalkan Riata dan Nath.

Sepeninggalnya Mel, Nath dan Riata ntah mengapa merasa canggung.

"Nath, apakah kau merasakan sesuatu yang berbeda dari Mel?" tanya Riata sambil memilih pakaian di lemari kecilnya.

"Ntahlah, sepertinya memang ada sesuatu yang mengganggu pikirannya." ucap Nath sambil bergerak untuk meninggalkan Riata.

"Mau kemana?"

"Ah, keluar... Kamu ingin mengganti pakaian, bukan?" jawab Nath kikuk.

"Hm.. Ya sudah, kamu tunggu bersama Mel saja. Aku akan segera bersiap." Nath segera pergi setelah mendengar perkataan Riata, ia bahkan lupa untuk merespon kata-katanya.

Riata hanya bisa bengong melihat tingkah Nath.

Dengan bergegas, Nath menyusul Mel yang ternyata belum pergi terlalu jauh. Koridor rumah sakit yang sepi ini pun diberisiki oleh langkah kaki  Nath.

"Mel!" panggil Nath menghampiri Mel.

Mel membalikkan badannya, dan ia langsung disambut oleh pelukan Nath.

"Kamu kemana saja?" tanya Nath.

Suara Nath bergetar di bahu Mel. Mel yang menerima pelukannya bingung harus memberi respon seperti apa.

"Nath, ini rumah sakit." Mel melepaskan pelukan Nath. Ia menundukkan kepalanya malu.

"Mel, lihat aku.." Nath memegang kedua bahu Mel. Mel menatap manik berwarna hazel milik Nath spontan.

"Kau tahu? Aku sangat merindukanmu."

Mel terdiam mendengar perkataan Nath.

"Iya.. Aku juga." Mel tersenyum dengan wajah bersemu. Tampak ia sedang menahan tangis.

"Kenapa ponselmu tidak dapat dihubungi, hm?" tanya Nath lembut sambil meraih kedua jemari Mel.

"Aku.. Merusaknya."

"Maksudmu?"

Melepaskan genggaman tangan Nath, Mel bergerak menjauh beberapa langkah.

"Maaf Nath, aku sangat menyukaimu. Aku bahkan tidak tahu akan sesakit ini melihatmu bersama Riata. Padahal, itu adalah keinginanku sendiri untuk menghibur Riata." Mel menundukkan kepalanya, berusaha untuk berbicara dengan jelas walau tenggorokannya terasa kering akibat tangis yang terus ia tahan.

"Mel.." Nath menatap Mel dengan penuh kekhawatiran. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Semuanya akan berlalu... Dan asal kau tahu, aku hanya menyukai dirimu. Bukan Riata maupun orang lain."

Mendengar hal tersebut, perasaan Mel menjadi lebih tenang. Mel bahkan tersenyum sekilas sambil mengangkat kepala dan menatap dalam manik hazel milik Nath.

"Aku juga.. Nath."

>>Bersambung>>

Melyavaritta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang